1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Aksi Dokter Hewan Selamatkan Satwa di Daerah Konflik

25 Februari 2020

Pernah terbayangkan bagaimana nasib hewan di kebun binatang di zona konflik? Dari Mosul hingga Aleppo, seorang dokter hewan bercerita tentang upaya penyelamatan mahkluk terlupakan itu.

https://p.dw.com/p/3YI1o
Beruang, kebun binatang Irak
Foto: picture-alliance/Vier Pfoten/A. Savan An

Di saat negara dan kota tercerabik perang, hal terakhir yang dipikirkan oleh banyak orang adalah nasib para hewan di kebun binatang. Padahal, mereka juga terjebak di tengah konflik. Dari Mosul, Aleppo, Kosovo, hingga Kairo, Amir Khalil seorang dokter hewan yang bekerja di organisasi kesejahteraan hewan Four Paws International telah menghabiskan 25 tahun dalam hidupnya untuk menyelamatkan hewan dari situasi konflik.

DW: Menurut Anda, apa misi tersulit yang pernah Anda jalani?

Amir Khalil: Bagi saya setiap misi tidak mudah, saya telah banyak menghadapi situasi yang membahayakan nyawa. Di Kosovo, saya melihat orang-orang dibunuh di depan mata saya sendiri. Pistol juga pernah diarahkan ke kepala saya. Saat itu Anda menyadari bahwa Anda harus banyak belajar - tidak cukup hanya punya emosi dan kemauan, perlu juga pelatihan. Kami bukan koboi yang pergi ke zona perang atau konflik. Keselamatan tim adalah yang utama, kedua, dan ketiga. Dan pelatihan sangat penting.

Meski bukan tim militer, kami harus bekerja sangat profesional untuk mengamankan setiap langkah, kami juga harus punya skenario untuk melarikan diri. Membawa masuk dan keluar tim adalah prioritas utama. Yang kedua, tentu saja, mengeluarkan hewan dengan selamat.

Dalam misi penyelamatan kami di Aleppo, sebuah kebun binatang terkena serangan bom sebanyak dua kali. Dari 600 hewan yang ada di sana, kami hanya bisa menyelamatkan 13 ekor. Sedangkan dari 84 hewan di kebun binatang Mosul, kami hanya berhasil menyelamatkan dua hewan, seekor singa dan beruang.

Berapa banyak hewan yang telah Anda selamatkan selama ini?

Ini bukan hanya pekerjaan saya. Saya hanya melakukan sebagian kecil dari pekerjaan ini, tetapi saya pikir tim saya sangat hebat. Mereka telah bergabung dengan saya selama bertahun-tahun. Kami telah menyelamatkan ribuan hewan di seluruh dunia dari badai, banjir, gempa bumi, kebakaran, dan perang.

Di Mesir, selama revolusi semua orang sibuk di Lapangan Tahrir di Kairo. Banyak orang lupa ada lebih dari 40.000 keluarga yang tinggal di sekitar piramida dan bergantung pada sektor pariwisata. Mereka memiliki kuda dan unta. Pada minggu pertama revolusi, lebih dari 250 hewan milik warga di sana mati kelaparan. Four Paws International saat itu memasok makanan dan obat-obatan untuk 3.000 hewan selama tiga bulan. Dan kami terus memberikan bantuan setelahnya. 

Seperti apa kondisi hewan yang diselamatkan dari zona perang, baik kondisi fisik maupun kondisi psikologis?

Semua hewan yang saya selamatkan bersama dengan tim di Four Paws mengalami trauma. Misalnya, dalam perang tahun 2014 di Gaza, Anda bisa bayangkan jika dalam sebuah kandang ada tiga singa, lalu rudal jatuh, dan singa itu melihat pasangan atau teman mereka meledak. Lalu ada penembakan, helikopter terbang di atas mereka, tetapi hewan-hewan ini tidak mengerti apa yang terjadi. Terkadang ada bom fosfor yang membuat hewan-hewan itu mati akibat terbakar bahan kimia.

Singa terbius di kebun binatang Irak
Dokter hewan Amir Khalil memeriksa singa Simba pada Februari 2017 di kebun binatang di Mosul, Irak. Mereka berhasil menyelamatkan seekor beruang dan singa dari kebun binatang itu.Foto: picture-alliance/dpa/M. Mohmmad

Di daerah perang, seekor hewan bisa tidak makan selama tiga hingga empat minggu, bahkan ada yang sampai 50 hari. Di Mosul, hewan-hewan ini mulai saling memakan satu sama lain. Jadi, ada singa betina memakan singa jantan. Singa itu kemudian lapar lagi, tetapi dia tidak memakan anaknya. Singa betina itu baru saja mati. Dan anaknya, singa Simba, berhasil kami selamatkan.

Hewan membutuhkan banyak waktu untuk tahu bahwa mereka telah berada di tempat yang damai, kadang-kadang bisa butuh satu atau dua tahun. Seiring waktu dan perhatian dari tim yang berkualitas, kondisi hewan secara fisik dan mental meningkat pesat.

Tetapi kadang-kadang, ketika ada sebuah helikopter melintas di atas kepala mereka, hewan-hewan ini kembali gelisah dan berpikir mereka kembali ke daerah konflik. Mereka pun lari dan bersembunyi. Bahkan ketika mereka sebenarnya berada di tempat perlindungan yang aman.

Dan ketika Anda menyelamatkan hewan-hewan itu, perawatan seperti apa yang biasanya mereka butuhkan?

Terkadang kondisi hewan-hewan itu sangat lemah. Misalnya di Mosul atau Aleppo, Anda dapat membayangkan bahwa hewan-hewan ini belum makan selama satu bulan, sehingga mereka sangat kurus, sakit, dan lemah. Jadi pertama-tama saya harus membuat rencana untuk meningkatkan kesehatan mereka sehingga mereka dapat melanjutkan perjalanan yang panjang atau berbahaya.

Di beberapa tempat, seperti Mosul atau Gaza, saya sering kali harus melakukan operasi untuk mengambil pecahan peluru rudal dari tubuh hewan-hewan itu. Jadi kadang-kadang ada kebutuhan tindakan medis untuk mengobati luka mereka.

Langkah kedua adalah meningkatkan kesehatan mereka dengan pemberian pakan yang benar, dan tidak mudah membawa makanan ke zona perang. Di Mosul, kami harus mengangkut makanan setiap hari sejauh 27 kilometer di jalan yang sangat berbahaya.

Misi apa yang tengah Anda kerjakan baru-baru ini?

Saya berada di Lebanon, tempat berlangsungnya banyak demonstrasi dalam beberapa bulan terakhir. Saya mengunjungi beberapa kebun binatang pribadi di selatan Lebanon. Hewan-hewan di sana sangat menderita.

Kami membantu mereka dengan cara menyuplai makanan dan obat-obatan dan kami berharap dalam waktu dekat kami dapat memindahkan hewan-hewan ini ke tempat yang aman. Namun, pada akhirnya tidak ada makanan, tidak ada dana, dan tidak ada obat untuk para hewan. Tentu saja, manusia menderita karena kondisi politik atau ekonomi, tetapi hewan juga menderita.

Saat ini Four Paws juga aktif di Australia yang dilanda kebakaran hutan, kami berusaha menemukan cara terbaik untuk membantu hewan-hewan di sana.

Wawancara ini dilakukan oleh Samantha Baker dan telah diedit sesuai konteks.

(ae/rap)