1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Napak Tilas Subkultur Berlin Barat

Anna Ilin26 Februari 2013

"Where are we now" adalah lagu terbaru David Bowie. Sebuah nostalgia menapak tilas Berlin Barat. Bagaimana semangat kota yang menjadi fron antara Timur dan Barat saat itu? Dan apa yang tersisa?

https://p.dw.com/p/17lqI
Foto: picture alliance / United Archives/IFTN

Setelah bertahun-tahun memilih isolasi, bulan Januari David Bowie merilis sebuah lagu baru yang sedih dan bijaksana dalam melihat masa lalu. Ada gambaran Berlin Barat, termasuk apartemen lamanya di distrik Schöneberg. Kini, praktek dokter gigi yang menghuni. Banyak bar dan klub dari tahun 70-an dan 80-an sudah lenyap.

Claudia Skoda adalah teman dekat Bowie saat itu. Tapi ia tidak senang dengan video dari lagu baru Bowie. Terlalu sedih dan kelam menurutnya. Skoda justru mengingat masa itu secara positif. Berlin Barat sebagai tempat seseorang dapat melakukan apapun yang mereka inginkan, mengejar impian tanpa tekanan finansial yang kini tampaknya mendominasi ibukota Jerman tersebut.

Semangat kebebasan Berlin Barat menjadi lahan subur bagi beragam subkultur
Semangat kebebasan Berlin Barat menjadi lahan subur bagi beragam subkulturFoto: VG Bild-Kunst, Bonn 2012

Menapak tilas

Wolfgang Müller baru saja menulis buku mengenai subkultur Berlin Barat. Dalam lebih dari 600 halaman, bukunya mengungkap sebuah kaleidoskop cerita, gambar dan refleksi. Tidak secara melankolis atau berlebihan, tapi lebih hidup dan terkadang aneh.

Salah satu cerita favoritnya adalah pertemuan antara desainer mode Karl Lagerfeld dan Sunshine, pengunjung bar nyentrik yang mengenakan stoking robek dan perhiasan dari sisa properti teater di „Kumpelnest 3000.“ Di sana pakar mode itu tengah mengarahkan sebuah pemotretan dan meminta segelas minuman anggur dari Sunshine yang membawa botol isi dua liter, untuk properti model dalam pemotretan.

Terpisah tembok, dua Berlin begitu dekat namun terpisah jauh
Terpisah tembok, dua Berlin begitu dekat namun terpisah jauhFoto: imago/imagebroker

Ruang untuk eksperimen

Semangat kebebasan membuat subkultur Berlin sangat istimewa. Masih terlantar dan penuh subsidi, kota tersebut menawarkan peluang unik bagi seniman dan calon seniman. Kerumunan turis belum sampai ke Berlin, tapi ada pendatang-pendatang seperti Bowie yang tertarik akan kehidupan di fron antara Timur dan Barat.

Müller menggambarkan Berlin sebagai tempat pelarian bagi mereka yang tidak setuju dengan eksploitasi ekonomi yang mulai berkembang pengaruhnya di wilayah Jerman Barat pada tahun 80-an. Tembok Berlin bisa dibilang membawa keuntungan, menurutnya, karena sisi barat menjadi habitat perkembangan gaya hidup alternatif.

Semangat Berlin 70-an dan 80-an terus hidup di Galerie Studio St. St.
Semangat Berlin 70-an dan 80-an terus hidup di Galerie Studio St. St.Foto: Anna Ilin

Berlin masih terus menarik pendatang yang ingin bereksperimen - baik dalam kehidupan malam, seni maupun karier profesional. Namun apakah wujudnya masih sama dengan masa lalu, menjadi sebuah pertanyaan lain. Banyak yang dianggap skandal pada tahun 80-an kini justru menjadi bagian dari arus utama. Dan selain para seniman, para investor juga sudah beralih ke Berlin. Aliran dana mereka mendorong harga-harga naik secara perlahan.

Di mana Berlin sekarang?

Sisi baik Berlin Barat menurut Müller masih dapat ditemukan di studio "Galerie Studio St. St." di distrik Neukölln. Campuran galeri, kabaret dan bar. Sang pemilik Juwelia berbakat dalam menerima orang tanpa melihat dari ujung kaki sampai ujung rambut.

Pasangan dari London tengah berkunjung dan mengatakan besok mereka berencana membuat grafiti. Tidak ada menu. Pengunjung minum apapun yang ditawarkan malam itu dan membayar dengan meninggalkan uang di dalam toples.