1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Myanmar Tak Ijinkan OKI Buka Kantor Perwakilan

15 Oktober 2012

Presiden Myanmar melarang badan Islam dunia membuka kantor perwakilan di negara itu. Pejabat setempat menyebut penolakan itu terkait dengan konflik Rohingya di Rakhine.

https://p.dw.com/p/16Q8t
Foto: dapd

“Presiden tidak akan memperbolehkan Organisasi Konferensi Islam Internasional OKI membuka kantor karena tidak sesuai dengan keinginan rakyat,“ kata seorang pejabat di kantor Presiden Thein Sein. Keputusan dibuat setelah ribuan biksu menggelar protes terakhir menentang OKI di dua kota besar pada hari Senin (15/10).

Pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu menolak berkomentar terkait penandatanganan perjanjian sebelumnya yang telah dibuat dengan Organisasi Konferensi Islam Internasional. OKI pekan lalu kepada kantor berita AFP telah membenarkan bahwa mereka telah mendapat lampu hijau untuk membuka kantor perwakilan di Myanmar.

Tekanan Biksu

Sekitar tiga ribu biksu, beberapa diantaranya meneriakkan dan memegang spanduk bertuliskan “Tidak untuk OKI” berdemonstrasi di Yangon.

Ribuan lainnya menggelar protes di kota terbesar kedua Mandalay. Demonstrasi serupa terjadi di kota Pakokku di wilayah Magway bagian tengah Myanmar.

„Kami tidak menerima keberadaan kantor OKI di sini,“ Oattamathara, seorang pemimpin demonstrasi para Biksu di Mandalay sambil menegaskan ”Tidak untuk sementara waktu maupun permanen.“

Ketegangan sektarian masih berlangsung menyusul bentrokan antara pengikut Budha dengan komunitas muslim Rohingya di Rakhine, yang mengakibatkan puluhan orang tewas dan memaksa puluhan ribu kaum minoritas Rohingya mengungsi di tempat-tempat penampungan sementara.

Konflik Sektarian

Para Biksu ada di garda depan gerakan pro demokrasi tahun 2007 yang dengan brutal dihabisi oleh junta militer yang ketika itu berkuasa. Para pemuka agama Budha ini terlibat dalam rangkaian protes atas OKI dan kelompok Rohingya, komunitas muslim yang oleh PBB digambarkan sebagai salah satu kelompok minoritas paling teraniaya di dunia.

57 anggota negara-negara OKI bulan lalu melakukan lawatan ke Rakhine setelah munculnya tuduhan kelompok hak asasi manusia bahwa pasukan keamanan Myanmar melepaskan tembakan kepada kaum Rohingya selama kerusuhan sektarian, yang memicu keprihatian di dunia muslim.

Komunitas Rohingya di Myanmar, mempunyai dialek yang mirip dengan warga di negara tetangga Bangladesh, dan dipandang oleh pemerintah dan banyak orang di negara yang dulu bernama Burma itu, sebagai imigran ilegal.

Ketegangan di Rakhine telah menyebar ke negara tetangga Bangladesh, di mana baru-baru ini polisi mengatakan telah menangkap hampir 300 orang dalam kaitannya dengan sebuah gelombang kekerasan yang menyasar kuil dan rumah-rumah para penganut Buddha.

AB/ AS (afp,ap)