1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mursi Didakwa Bersekongkol dengan Hamas

26 Juli 2013

Pemerintah Mesir, hari Jumat (26/7) memerintahkan penahanan 15 hari atas presiden terguling Mohamed Mursi, menyusul penyelidikan atas tuduhan bersekongkol menyebarkan “sikap permusuhan” di Negara itu.

https://p.dw.com/p/19EgS
Foto: Reuters

Perintah itu dikeluarkan oleh hakim penyelidik yang mendakwa Mursi berkonspirasi membantu gerakan kelompok Islamis Palestina Hamas melakukan aksi-aski di negara itu selama pemberontakan rakyat yang berakhir dengan tergulingnya dictator Hosni Mubarak, pada awal 2011.

Aksi-aksi, yang dikaitkan dengan Hamas itu termasuk sejumlah serangan atas gedung keamanan, penjara, dan pembunuhan berencana atas polisi serta penculikan.

Hakim menanyai Mursi dan menyajikan sejumlah bukti, demikian laporan media milik pemerintah Al-Ahram. Tak dikatakan bagaimana reaksi Mursi atas tuduhan tersebut.

Pada puncak pemberontakan tahun 2011, polisi sempat menahan Mursi dan lebih dari 30 pemimpin Ikhwanul Muslimin lainnya tanpa tuduhan.

Tuduhan atas keterlibatan Hamas

Mereka dibebaskan bersama dengan banyak narapidana lain dari penjara yang berlokasi di barat ibukota Kairo setelah sekelompok orang bersenjata menyerbu tempat tahanan itu.

Pengadilan Mesir mengatakan pada Juni lalu bahwa Mursi dan para pemimpin Ikhwanul lainnya “berterimakasih kepada persekongkolan internasional” yang membebaskan mereka. Persengkokolan yang dimaksud melibatkan Hamas, gerakan Hizbullah Libanon dan sejumlah militan lokal.

Mursi telah berada di tahanan militer di lokasi yang tidak diungkapkan sejak militer menjungkalkannya sejak 3 Juli lalu, setelah jutaan orang Mesir turun ke jalan meminta presiden yang didukung kelompok Ikhwanul Muslimin itu mundur.

Perintah penahanan Jumat ini dikeluarkan bersamaan dengan menguatnya seruan dari Amerika Serikat, Uni Eropa dan Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) yang meminta militer agar membebaskan Mursi.

Seorang pejabat Ikhwanul menolak perintah penahanan atas Mursi dan menyebutnya sebagai “lelucon”.

“Keputusan ini tidak dibuat oleh hakim, tapi militer,” kata juru bicar kelompok Islamis itu Ahmed Sabeeh.

“Ini adalah kasus palsu, yang mengingatkan kita akan praktik-praktik rezim Mubarak,” kata dia melalui Al Jazeera.

Para pendukung Mursi dan lawannya, sementara itu menggelar demonstrasi untuk menyaingi satu sama lain pada hari Jumat, di seluruh negeri, terutama ibukota Kairo, meski ada kekhawatiran mengenai potensi terjadinya kekerasan diantara kedua kelompok.

ab/ap (rtr,ap,afp)