1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KriminalitasAfganistan

Motif Pembunuhan Eks Anggota Parlemen Afganistan Belum Jelas

16 Januari 2023

Pembunuhan Mursal Nabizada, seorang mantan politisi muda, terjadi ketika hak-hak perempuan di seluruh Afganistan dikikis oleh Taliban. Polisi belum dapat menyebutkan nama tersangka begitu pun motifnya.

https://p.dw.com/p/4MDlB
Mursal Nabizada, eks anggota parlemen Afganistan yang dibunuh di kediamannya.
Foto: WAKIL KOHSAR/AFP

Mursal Nabizada, mantan anggota parlemen Afganistan sebelum diambilalih Taliban, ditembak mati di rumahnya, kata polisi pada hari Minggu (15/01).

Salah satu pengawal Nabizada juga tewas dalam serangan tersebut. Sementara seorang penjaga keamanan lain dan saudara laki-lakinya terluka. Polisi tidak merinci sedikit pun tentang pelaku.

Nabizada adalah satu dari sedikit mantan anggota parlemen yang tetap tinggal di Afganistan setelah Taliban mengambil kendali penuh atas negara itu pascakepergian AS dan sekutu militernya.

Kematiannya menandai pertama kalinya seorang politisi dari lembaga politik sebelumnya terbunuh di bawah kendali Taliban.

Namun, tidak ada indikasi yang membuktikan bahwa pemerintah saat ini memiliki andil dalam kematiannya, kata Ali Latifi, seorang jurnalis yang berbasis di Kabul, kepada DW.

"Kecuali jika kelompok seperti Daesh mengklaim bertanggung jawab atas kematiannya, tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada motif tersembunyi di balik kematiannya," kata Latifi, seraya menambahkan bahwa kematiannya mungkin dimotivasi oleh keadaan pribadi. Daesh adalah akronim bahasa Arab untuk kelompok Negara Islam.

Eks anggota parlemen pertama yang terbunuh sejak Taliban berkuasa

Nabizada terpilih sebagai anggota parlemen pada tahun 2019 untuk mewakili kota Kabul sat berusia 29 tahun. Dia pernah menjabat sebagai anggota komisi pertahanan parlemen serta bekerja untuk sebuah LSM swasta, Institut Pengembangan dan Penelitian Sumber Daya Manusia.

Pekerjaan dengan LSM tersebut terus ia lanjutkan meski Taliban telah kembali berkuasa pada musim panas 2021. Pekerjaannya itu bahkan sempat dia diskusikan dalam sebuah penampilan di TV lokal empat bulan lalu.

Tidak hanya itu, Nabizada juga mengutuk pembatasan Taliban yang semakin meningkat terhadap kebebasan perempuan Afghanistan.

Juru bicara polisi Khalid Zadran mengatakan motif pembunuhan belum jelas. Meski begitu, polisi mengatakan bahwa seorang pengawal Nabizada yang lain telah melarikan diri dari lokasi pembunuhan dengan membawa uang dan perhiasan.

Tindakan keras Taliban terhadap perempuan

Sebelumnya ribuan orang telah melarikan diri dari Afganistan ketika pasukan Taliban mengambil alih kendali dari pemerintahan yang didukung AS.

Hal ini membuat banyak orang takut akan kembalinya pemerintahan Islamis Taliban yang kerap menindas, seperti pada masa kekuasaan mereka pada akhir 1990-an.

Meskipun ada janji-janji dari Taliban untuk mempertahankan beberapa kebebasan yang telah didapatkan oleh masyarakat, terutama perempuan, banyak dari janji-janji ini yang secara bertahap terbukti tidak ada artinya.

Pada akhir Desember 2022 lalu misalnya, Taliban menyatakan bahwa perempuan tidak lagi diizinkan untuk masuk universitas, yang secara efektif membatasi pendidikan anak perempuan hingga maksimal kelas enam.

Yang terbaru, perempuan juga dilarang bekerja dengan LSM internasional.

bh/gtp (AP,dpa)