1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Momen Bersejarah dan Kesempatan Emas

25 Juli 2007

Untuk pertama kalinya wakil dari Liga Arab menjejakkan kaki di Israel.

https://p.dw.com/p/CTAb
Menlu Israel Tzipi Livni diapi menlu Mesir dan Yordania
Menlu Israel Tzipi Livni diapi menlu Mesir dan YordaniaFoto: AP

Kunjungan delegasi Liga Arab ke Israel bukan lawatan resmi. Tidak ada bendera Liga Arab berkibar di atas kediaman presiden, saat menteri luar negeri Mesir dan Yordania bertemu presiden Israel Shimon Peres. Tapi, lawatan sehari ini tetap merupakan peristiwa bersejarah.

Di antara Negara Arab, hanya Mesir dan Yordania yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Namun, saat berkunjung ke Israel Rabu (25/7), menteri luar negeri kedua negara ini mengemban misi sebagai wakil Liga Arab. Dalam sejumlah pertemuan, Menlu Mesir Ahmed Aboul Gheit dan Menlu Yordania Abdel Ilah al-Khatib mencoba mengaktifkan kembali gagasan perdamaian Liga Arab yang direvisi Arab Saudi. Selain bertemu presiden Israel Shimon Peres, menteri luar negeri Mesir dan Yordania juga bertemu rekan sejawatnya Tzipi Livni yang mengatakan:

„Ini adalah momen yang menentukan, suatu kesempatan emas. Saya yakin inisiatif dan dialog dengan Liga Arab adalah kesempatan bersejarah untuk meningkatkan hubungan Arab dan Israel, dan yang tak kalah penting memajukan proses perdamaian Palestina dan Israel.“

Menlu Mesir Aboul Gheit memuji respon positif Israel untuk menghidupkan kembali cetak biru perdamaian yang pertama kali diajukan Liga Arab tahun 2002. Isinya, normalisasi hubungan Liga Arab dengan Israel bila negara itu menarik diri dari kawasan Arab yang didudukinya sejak perang enam hari tahun 1967. Selain itu, Israel mengupayakan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan mencari solusi bagi ribuan pengungsi Palestina yang tersebar di sejumlah negara Arab.

Selama ini, Israel terutama mempermasalahkan soal batas negara yang diajukan Liga Arab sebagai syarat. Namun belakangan sikap politisi Israel tampak melunak. Perdana Menteri Ehud Olmert misalnya menyatakan: „Saya akan berupaya keras agar tercapai kesepakatan dalam mencari solusi bagi negara Palestina yang merdeka.“

Apakah ini merupakan terobosan dalam sengketa Timur Tengah? Sekjen Liga Arab Amir Mussa menandaskan, wakil Liga Arab yang berkunjung ke Yerusalem tak punya wewenang menegosiasikan tahap akhir kesepakatan damai. Sementara Presiden Shimon Peres mengakui bahwa suatu solusi tak mungkin dicapai dalam satu atau dua pertemuan saja. Baik Menlu Mesir maupun Menlu Yordania mendesak Israel untuk segera melakukan perundingan dengan Palestina untuk membahas soal batas-batas negara.

Pihak Israel pun tampak menyadari bahwa upaya untuk memajukan proses perdamaian selama ini belum mencukupi. Kembali menteri luar negeri Israel Tzipi Livni:

„Perlu ada peningkatan upaya untuk mencapai perdamaian antara Israel dan Palestina. Liga Arab berperan penting dalam membantu dan mendukung proses ini untuk mewujudkan solusi dua negara.”

Rabu (25/7), Perdana Menteri Ehud Olmert bertemu Presiden Palestina Mahmud Abbas untuk membahas batas-batas negara. Keduanya sepakat untuk melanjutkan perundingan sampai ada hasil yang nyata, tapi ada kemungkinan solusi dua negara ini berarti pembentukan negara Palestina merdeka yang mencakup Jalur Gaza dan 90 persen kawasan Tepi Barat Yordan. (zer)