1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mogadishu Organisir Bantuan Bagi Pengungsi

28 Juli 2011

Hanya satu hari setelah dimulainya 'jembatan udara' PBB bagi korban kelaparan di Somalia, kembali terjadi pertempuran. Sementara itu di kamp pengungsi situasi juga masih tegang.

https://p.dw.com/p/125g9
Foto: AP

Panci-panci besar berisi bubur dikawal oleh pasukan keamanan pemerintah transisi Somalia bersenjata. Mereka lemah dari segi militer dan hanya menguasai setengah wilayah ibukota, tetapi kamp pengungsi berada di bahwa pengawasan mereka. "Beberapa kesatuan diturunkan. Polisi, dinas keamanan nasional dan polisi lokal. Jumlahnya minimal 100 polisi." Ini menurut Muhmidiin Hassan Yunus, juru bicara sebuah 'komite paceklik' yang didirikan pemerintah kota Mogadishu beberapa hari lalu. "Sejak dua bulan, warga mengungsi dari kawasan-kawasan yang kekeringan ke Mogadishu. Setiap hari semakin banyak. Mereka tersebar di seluruh penjuru kota. Kami lalu memutuskan untuk mendirikan komite untuk mengkoordinir warga. Kami mengumpulkan mereka dan menjadikan lahan luas ini sebagai kamp pengungsi. Disini mereka bisa membangun rumah sementara."

Sejak itu anggota komite paceklik telah membawa lebih dari 16 ribu dari wilayah kota kesini. Kamp ini berupa lahan berdebu dengan semak-semak berduri. 'Rumah' yang dimaksud oleh Yunus, tidak lebih dari gubuk dengan kerangka kayu. Sebagian tidak punya bahan untuk memasang dinding kerangka tersebut. Ada keluarga yang hanya punya kelambu. Lainnya menggunakan kain, celana jins, dan karton sebagai atap. Ditambah lagi kini hujan mulai turun di Mogadishu. Sehingga para pengungsi yang dalam kondisi lemah tetap akan basah kuyup di dalam 'rumah' mereka.

Dari pemerintah mereka tidak memperoleh bantuan untuk membangun rumah yang lebih layak. Padahal jumlah korban yang membutuhkan bantuan setiap hari semakin banyak. "Pagi ini sudah ada 650 keluarga yang datang. Setiap keluarga punya lima hingga sepuluh anggota keluarga. Bisa Anda bayangkan berapa banyak orang tambahan yang datang setiap harinya. Saat tiba di Mogadishu mereka sangat lemah. Sebelum berangkat pun, kondisi mereka sudah buruk. Ditambah lagi jalan kaki yang jauh atau perjalanan dengan truk yang tidak sesuai bagi penumpang. Para penduduk Mogadishu akan membantu mereka, begitu tiba. Mereka memberikan bahan pangan dan materi bangunan untuk membangun gubuk."

Setidaknya Yunus jujur dalam hal ini. Bahan pangan, pakaian, materi bangunan, tidak ada yang diberikan oleh pemerintah. Semua adalah sumbangan penduduk Mogadishu atau sumbangan dari luar negeri. Pemerintah Qatar termasuk yang sangat royal. Tidak banyak yang diperoleh para pengungsi di kamp Mogadishu. Tetapi setidaknya, dengan berada di kamp ini, organisasi-organisasi kemanusiaan lebih mudah mencapai mereka dibandingkan jika mereka tersebar di seluruh penjuru kota.

Bettina Rühl / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Edith Koesoemawiria