1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Minat Myanmar Pada Jerman Sangat Besar

Rodion Ebbighausen14 Februari 2014

Presiden Jerman Joachim Gauck baru-baru ini meresmikan Goethe Institut di Myanmar. Minat masyarakat sangat besar, kata pemimpin Goethe Institut Yangun, Franz-Xaver Augustin.

https://p.dw.com/p/1B86V
Foto: picture-alliance/dpa

Deutsche Welle: Dalam kunjungan ke Myanmar, Presiden Jerman Joachim Gauck meresmikan Goethe Institut yang baru di Yangun. Bagaimana pesta peresmiannya dan sambutan masyarakat?

Franz-Xaver Augustin: Perayaan dengan Presiden Jerman sangat meriah. Orang yang datang malah lebih banyak dari yang kami undang. Banyak media yang mengirim wartawan untuk meliput, sampai ada tumpukan besar mikrofon di atas podium. Di depan gedung penuh dengan hiasan payung tradisional Burma. Para tamu kelihatannya senang.

Berapa besar minat masyarakat Myanmar pada bahasa dan budaya Jerman?

Pertama-tama harus dikatakan, minat masyarakat terhadap negara dan budaya asing sangat besar, karena negara ini mengalami isolasi selama hampir 50 tahun. Banyak orang muda yang ingin tahu dan belajar tentang Jerman, agar bisa bekerja di sektor pariwisata. Ini potensi yang sangat besar. Itu sebabnya kami membuka Goethe Institut di sini.

Dulu, Myanmar adalah jajahan Inggris, jadi pengaruh bahasa Inggris memang sangat kuat. Tapi bahasa Jerman dilihat sebagai alternatif menarik. Sudah ada banyak pemandu wisata yang mahir berbahasa Jerman.

Selain itu, ada minat yang besar untuk pertukaran budaya dengan Jerman dan Eropa. Termasuk dalam bidang musik, film dan teater. Proyek-proyek kecil dalam bidang budaya bisa punya dampak besar.

Porträt - Franz-Xaver Augustin
Franz-Xaver AugustinFoto: privat

Dalam acara pembukaan Goethe Institut misalnya, ada pementasan bersama para pemain gendang Myanmar dengan pemusik jazz Eropa. Hasilnya sebuah atraksi musik yang sangat menarik.

Proyek yang lain adalah workshop untuk film yang dilakukan oleh Yangon Film School dari Berlin. Mereka melatih para pembuat film dokumenter dan jurnalis televisi untuk membuat siaran-siaran bertema politik. Selain itu, Goethe Institut punya proyek media di Asia Tenggara yang membuat serial ilmu pengetahuan untuk anak-anak. Proyek itu juga sekarang dilaksanakan di Myanmar dan mendapat sambutan besar.

Apa saja tujuan jangka pendek dan jangka panjang dalam program pertukaran budaya?

Target jangka pendek adalah menyelenggarakan kursus bahasa Jerman yang kualitatif. Baik kursus untuk pemula maupun kursus tingkat lanjutan. Fokusnya memang lebih dulu untuk para pemandu wisata dan yang bekerja di bidang turisme. Bidang pariwisata sedang berkembang pesat dan cukup menguntungkan. Itu langkah pertama.

Langkah kedua adalah, menawarkan pelajaran bahasa Jerman di sekolah lanjutan di Myanmar. Tapi ini proyek jangka panjang yang mulai kami rintis.

Langkah ketiga, melanjutkan program budaya seperti konser musik dan pelatihan film, dan menawarkan tema-tema yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Selain itu, kami akan melakukan pameran-pameran seni.

Itu semua yang menjadi tugas besar Goethe Institut. Untuk menjadi wadah pertukaran budaya yang terbuka dan bebas sensor. Terbuka untuk kreativitas dan inovasi dalam seni dan budaya.

Franz-Xaver Augustin adalah direktur Goethe Institut untuk Asia Tenggara, merangkap sebagai direktur Goethe Institut di Yangun. Wawancara untuk Deutsche Welle dilakukan oleh Rodion Ebbighausen.