1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Minat Budaya Remaja Jerman

15 Juli 2006

Meskipun Eminem, Britney Spears dan Robbie Williams masuk urutan teratas idola remaja Jerman, namun seniman lukis seperti Picasso, Dali dan Van Gogh juga mendapat tempat dalam kehidupan budaya para remaja.

https://p.dw.com/p/CPWl
Lukisan karya Picasso
Lukisan karya PicassoFoto: Jacqueline Picasso Collection, Mougins

Minat remaja akan seni dan budaya sangat tergantung dari pendidikan dan tingkat pendidikan orang tuanya. Kesimpulan ini pertama kalinya diketahui dari hasil studi Barometer Budaya Remaja, yang diumumkan kementerian pendidikan Jerman pekan lalu di Bonn. Dari jajak pendapat dalam rangka studi tersebut lebih dari 2600 remaja yang berusia antara 14 sampai 24 tahun di seluruh Jerman terlibat dalam jajak pendapat sehubungan studi tersebut. Mereka ditanya tentang minat di bidang budaya dan kegiatan budaya yang dilakukannya masing-masing. Selain itu lebih dari 1000 orang tua yang memiliki anak di bawah usia 25 tahun juga dilibatkan dalam penelitian ini.

Minat budaya remaja Jerman yang berusia antara 14 sampai 24 tahun tidak berkurang, malahan lebih bervariasi ketimbang dulu. Memang musik beraliran HipHop, Techno dan Pop menjadi kegemaran utama. Itu sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Namun musik klasik juga mendapat tempat di lingkungan remaja. Eminem, Britney Spears dan Robbie Williams adalah urutan teratas idola remaja Jerman.

Seniman lukis seperti Picasso, Dali dan Van Gogh juga mendapat tempat dalam kehidupan budaya para remaja. Sementara itu pertunjukan seni budaya klasik seperti opera, teater dan konser yang dikenal dengan harga tiketnya yang mahal, masih menjadi penghalang minat budaya para remaja. Tawaran yang sesuai untuk ukuran remaja masih kurang. Demikian dikatakan Susanne Keuchel dari Pusat Analisa Budaya:

“Pertunjukan serupa itu sangat ditujukan untuk kelompok masyarakat berumur. Tentu saja kelompok muda meminta agar tema-tema yang banyak digeluti anak muda diperhatikan, misalnya juga diberi kesempatkan bagi seniman muda diberi kesempatan agar dapat tampil di gedung-gedung kesenian klasik bergengsi tersebut.”

Semakin dini anak-anak atau remaja mengenal seni dan budaya, semakin berpengaruh positif bagi minat budayanya di kemudian hari. Yang juga menentukan adalah tingkat pendidikan orang tua dan pengaruh dari teman-temannya.

Barometer budaya remaja berhasil menunjukkan pengaruh timbal balik antara aktivitas pendidikan dan penawaran budaya. Remaja yang terlibat aktif dan sering berhubungan dengan budaya, di waktu senggangnya lebih banyak membaca dan lebih terbuka terhadap seni dari budaya asing.

Susanne Keuchel: “Di sini suara pro dari masyarakat yang meminati budaya sangat positif, agar lebih banyak yang harus dilakukan untuk memacu pengertian antar budaya.”

Sekolah memegang peranan penting. Meskipun demikian terbukti tidak terdapat kesempatan merata dalam pendidikan budaya. Hanya 15 persen murid-murid di sekolah kejuruan yang berkesempatan paling tidak satu kali mengunjungi musium atau teater. Sementara bagi lulusan sekolah menengah jumlah itu mencapai 50 persen. Ketidakseimbangan ini sudah mulai terjadi di sekolah dasar, demikian menurut hasil studi tersebut. Sekolah-sekolah di kawasan pemukiman yang baik lebih banyak menawarkan aktivitas budaya dibanding sekolah-sekolah di kawasan sosial yang lemah.

Klaus Hoffmann dari kelompok kerja teater dan drama di Hannover berpendapat:

“Sebenarnya latar belakang juga masa depan selalu berarti bagi karier. Dan sekolah tentu saja merupakan salah satu kuncinya, karena sekolah lah yang meraih semua anak. Meskipun demikian kami harus tetap berusaha untuk meraih anak-anak dan remaja dari lapisan sosial lainnya. Misalnya untuk menjangkau mereka yang memiliki latar belakang migrasi, mengajak mereka bicara dan bekerja sama dengan mereka.”

Pengaruh latar belakang orang tua dan teman-teman juga sangat besar, jika menyangkut hobi di bidang seni: Bermain musik, melukis, menari – dua pertiga remaja yang diikutkan dalam jajak pendapat mengenal semua ini dari rumah orang tuanya. Sebagian besar dari mereka adalah lulusan sekolah menengah, sementara bagi murid sekolah kejuruan jumlahnya hanya berkisar 8 persen. Hubungan sosial bagi kegiatan budaya masing-masing berperan penting dalam kaitannya dengan masalah integrasi yang banyak diperbincangkan. Demikian pendapat Klaus Hoffmann dan menyebutkan sasaran tujuannya:

“Kami bergerak langsung, misalnya melakukan kerja sama dengan sekolah-sekolah di kawasan sosial lemah Berlin-Neukölln, dimana kami membentuk kelompok yang juga melibatkan anak-anak berlatar belakang migrasi. Di masa mendatang kami juga harus meningkatkan aktivitas untuk ini.”

Sementara itu para remaja yang ditanya dalam jajak pendapat bersikap sangat kritis terhadap rumah-rumah seni. Tidak ada suasana yang menarik bagi remaja, aspek hiburan sangat kurang, selain itu media bagi remaja kurang diperhatikan.