1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialIndonesia

Milenial, Tidak Ada Kata Terlambat Siapkan Dana Pensiun

10 Desember 2024

Banyak milenial sadar bahwa anak bukan dana pensiun. Tapi sekitar 80% milenial masih belum persiapkan keamanan finansial bagi masa pensiun mereka.

https://p.dw.com/p/4nxtX
Tangan lansia memegang lembaran uang dan koin
Ilustrasi uang di masa pensiunFoto: SvenSimon/picture alliance

Bukan hanya jadi generasi sandwich, kebanyakan generasi milenial Indonesia juga punya masalah keuangan lain, persiapan dana pensiun. Menurut laporan dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan Indonesia (DPLK) tahun 2020, 86% generasi milenial tak mempersiapkan program pensiun.

Dalam survei yang serupa oleh DPLK pada 2023 tentang Dana Pensiun untuk Pekerja Biasa, sekitar 63% pekerja tak punya tabungan pensiun atau hari tua. Survei ini dilakukan pada 100 pekerja biasa dengan rentang usia produktif 22-35 tahun dan tingkat Pendidikan S1.

Sementara dalam survei oleh Populix, generasi milenial belum menjadikan dana pensiun sebagai prioritas. Faktanya, posisi pertama prioritas keuangan mereka adalah soal dana darurat. Di posisi dua dan tiga ada investasi dan dana pensiun. Di posisi empat dan lima ada pembayaran utang dan membeli barang tertentu.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Kelompok milenial menempatkan rumah tangga pengeluaran sebagai prioritas utama, diikuti oleh pendidikan anak, kepemilikan aset seperti rumah atau tabungan, investasi, menjalankan bisnis, dan memenuhi perjalanan ibadah.

Namun ketika bicara tentang milenial yang sudah menikah dan punya anak, mereka lebih fokus pada rencana keuangan jangka panjang, yaitu untuk menjamin masa depan mereka dan keluarga.

Hal ini menjadikan menabung untuk dana pensiun serta alokasi dana pendidikan jauh lebih penting dari keinginan lain seperti punya rumah atau mobil baru, bisnis baru, atau jalan-jalan.

Anak bukan dana pensiun

Perencana Keuangan Andy Nugroho menyebut banyak generasi milenial yang bahkan belum aware dengan persiapan dana pensiun. Andy menyebut ada beberapa hal yang jadi hambatan utama gen M untuk punya dana pensiun. 

"Yang pertama adalah kadang mereka merasa pensiun masih jauh, jadi ya sudah dibikin nanti saja. Apalagi misalnya bekerja di institusi yang memberikan dana pensiun, semakin banyak yang ntar-ntar aja bikinnya," katanya saat dihubungi DW Indonesia.

"Mereka mengabaikan, kenapa mereka mengabaikan, karena merasa sekarang, oh sekarang lagi kuat-kuatnya bekerja nih, dalam peak performance." 

Pada akhirnya, kata Andy, uang yang seharusnya dipakai sebagai dana pensiun akhirnya dipakai untuk kebutuhan lainnya dengan alasan ‘ingin menikmati masa muda' dan You Only Live Once (YOLO).

Alasan selanjutnya, adalah banyak generasi milenial yang menjadi sandwich generation, dan kurangnya literasi tentang dana pensiun. Dijelaskannya, dana pensiun adalah satu hal yang penting untuk dipersiapkan sejak dini dan idealnya dimulai saat baru bekerja.

"Makin lama mempersiapkannya, maka makin enteng juga untuk nabung per bulannya. Jadi perhitungannya dibalik, mau punya uang berapa saat pensiun nanti dan lihat usia saat ini. Kalau sulit, maka sesuaikan dengan kemampuan, yang penting dibangun dulu habitnya untuk konsisten menabung."

"Jadi gaya hidup jangan terlalu diumbar ketika muda, karena kita harus memikirkan masa pensiun. Kenapa kita harus memikirkan masa pensiun? Biar nanti tidak bergantung sama anak. Anak bukan dana pensiun kita."

Ada BPJS, masih perlu dana pensiun mandiri?

Menambahkan Andy, Andreas Hartono, Perencana Keuangan, Direktur, dan Konsultan Insan People Academy mengungkapkan bahwa untuk dana pensiun adalah dana yang tak bisa diutak-atik.

"Asumsinya ini tidak diambil-ambil, maka tiap orang harus punya pos pengeluaran yang spesifik. Rekening jangan dicampur dan yang penting adalah balancing saja having fun-nya dapat kemudian future-nya juga dapat. Jangan sampai future-nya enggak ada, having fun-nya yang diprioritasin," ucapnya kepada DW Indonesia. 

Dicontohkannya, sesuai peraturan di Indonesia, usia pensiun berada di angka 55 tahun dan besarannya berkisar 20-30 kali gaji ditambah dengan dana lainnya. Jika seorang pegawai punya gaji Rp10 juta, ini berarti uang pensiun ini hanya bisa bertahan sampai 30 bulan saja.

"Mau tidak mau, setiap orang itu terutama yang muda-muda harus punya awareness, harus punya pemahaman buat pensiun itu jangan hanya mengharapkan dari perusahaan jangan hanya mengharapkan dari BPJSTK itu tidak akan cukup."

"Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Tapi yang ada adalah effort-nya jadi makin berat saat mulainya belakangan."

Baik Andreas dan Andy sama-sama menyarankan untuk mempersiapkan dana pensiun dalam berbagai instrumen investasi seperti reksadana, saham, emas dan lainnya dan bukan uang tabungan. Pasalnya, bunga tabungan terbilang kecil dibanding keuntungan dari investasi lainnya. Tabungan juga sulit mengejar inflasi yang mungkin terjadi di tahun-tahun mendatang.

Konsistensi, tantangan persiapkan dana pensiun

Ibu satu anak, Contasia Christie mungkin termasuk salah satu generasi milenial yang sudah merencanakan dana pensiun, meski diakuinya cukup terlambat.

"Aku mempersiapkan dana pensiun setelah menikah. Karena sebelum itu masih pusing dengan persiapan nikah dan juga belum paham cara atur finansial yang baik," katanya kepada DW Indonesia. 

"Usia 30-an baru mulai. Terlambat sih, harusnya dari awal kerja sudah harus pikirkan soal ini." 

Meski sudah memiliki persiapan dana pensiun, perempuan yang disapa Tasia ini juga punya tantangannya tersendiri. Dalam kasusnya, dana pensiun pernah terpakai saat anaknya dirawat di rumah sakit dan saat anaknya masuk ke TK.

Kini, dia memilih untuk menyimpan dana pensiunnya dalam bentuk deposito, saham, atau emas agar tak mudah diambil dan terpakai serta bisa berkembang.

Menyimpan dana pensiun dalam bentuk emas menjadi pilihan Irfana. Selain itu, dia juga memilih bentuk investasi lain agar dananya tak mudah terpakai. Dia juga mengaku kalau cukup terlambat memulai mempersiapkan dana pensiun.

"Mulai sadar harus punya dana pensiun dan nabung di usia 25. Di situ baru sadar kalau nggak nabung buat hari tua nanti bisa berabe," ucapnya.

Sebenarnya, kantor swasta tempatnya bekerja memiliki BPJS Ketenagakerjaan dan juga Jaminan Hari Tua, namun dia tak ingin bergantung hanya pada hal itu.

"Menurut aku tetap lebih baik ada tabungan, just in case BPJS agak susah nanti cairnya, kita nggak usah worry karena bisa pake uang sendiri."

Ia mengakui tantangan terbesarnya adalah konsistensi. "Kadang udah disisihkan buat tabungan tapi tahunya ada aja pengeluaran tak terduga."

Editor: Arti Ekawati

C. Andhika S. Detail, humanis, dan tidak ambigu menjadi pedoman saya dalam membuat artikel yang berkualitas.