1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

MH370 'Kemungkinan Besar' di Utara Zona Pencarian

21 April 2017

Pesawat MH370 yang hilang “kemungkinan besar" berada di utara bekas zona pencarian di Samudra Hindia, demikian diungkapkan pihak berwenang Australia.

https://p.dw.com/p/2bfTc
Bildergalerie MH 370 Suche
Foto: Nick Perry/Pool/Getty Images

Sebuah laporan terbaru memberi harapan bahwa pesawat MH370 yang hilang pada suatu hari dapat ditemukan. Misi pencarian besar-besaran pesawat milik Malaysia Airlines di lepas pantai barat Australia terhenti pada bulan Januari lalu, setelah tidak ditemukan jejak pesawat yang hilang tiga tahun silam dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing.

Penelusuran bawah laut yang dipimpin Australia dijalankan dengan asumsi bahwa pesawat berpenumpang 239 orang tersebut -- berdasarkan data satelit -- berada di suatu tempat di Samudera Hindia bagian selatan.

Setelah pencarian dihentikan, pihak kerabat korban meminta agar pencarian diperpanjang, menyusul analisis pakar Australia dan internasional bulan Desember lalu yang menyimpulkan bahwa pesawat tersebut tidak berada dalam zona pencarian, melainkan mungkin berada di bagian utara.

Tiga fragmen pesawat juga ditemukan dari di luar zona pencarian resmi. Termasuk di antaranya, sayap pesawat berukuran dua meter yang dikenal sebagai flaperon, yang ditemukan di pulau La Reunion.

Mungkin berada di utara

Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh badan sains nasional Australia CSIRO mendukung teori bahwa pesawat berada di lokasi lebih utara, setelah mereka menyelidiki dengan menggunakan data dan analisis dari pengujian samudra terhadap sayap pesawat Boeing 777 asli yang ditaruh di laut.

Lewat analisis tersebut, para ilmuwan memodifikasi sayap asli untuk  menganalisis kerusakan yang terjadi pada MH370 saat ditemukan di Pulau Reunion pada Juli 2015. David Griffin, lmuwan CSIRO mengatakan, pengujian sebuah sayap yang hampir sama "menambah tingkat kepastian ekstra pada temuan dari hasil model penyimpangan sebelumnya."

"Penemuan flaperon MH370 di La Reunion pada bulan Juli 2015 sekarang masuk akal," ujar David Griffin, yang  menambahkan penjelasannya mengenai  bagaimana flaperon merespons angin, ombak dan arus laut.

"Kami menambahkan keduanya (angin dan ombak) secara bersamaan pada model komputer kami untuk mensimulasikan bagaimana arus melintasi samudera, lalu bandingkan hasilnya dengan pengamatan dimana puing-puing ditemukan, guna menyimpulkan lokasi pesawat terbang. "Kami tidak bisa benar-benar yakin, tapi semua bukti yang kami miliki menunjukkannya kepada kami, dan hasil terbaru ini membuat kami lebih percaya diri terhadap  temuan ini."

Temuan disampaikan ke Malaysia      

Laporan tersebut disambut oleh Menteri Transportasi Australia Darren Chester yang menyampaikan temuan itu kepada Malaysia. "Laporan CSIRO telah diberikan ke Malaysia untuk dipertimbangkan dalam penyelidikannya yang sedang berlangsung atas hilangnya MH370," katanya dalam sebuah pernyataan. "Malaysia adalah penyelidik utama dan permintaan sehubungan dengan pencarian MH370 di masa depan akan dipertimbangkan oleh Australia."

Namun dia menambahkan bahwa "penting untuk dicatat bahwa tidak ada bukti baru yang mengarah ke lokasi spesifik MH370". Australia mengatakan bulan Januari lalu bahwa pencarian tidak akan dimulai kembali tanpa adanya "bukti baru yang kredibel".

ap/ml (afp/dpa)