1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel Berbicara tentang Ukraina, Putin, dan Warisannya

Alistair Walsh | Rina Goldenberg
8 Juni 2022

Dalam wawancara pertamanya sejak meninggalkan kantor, mantan Kanselir Jerman Angela Merkel telah membela kebijakannya terhadap Rusia dan mengatakan dia tidak menyalahkan dirinya sendiri atas situasi saat ini di Ukraina.

https://p.dw.com/p/4COTK
Mantan Kanselir Jerman Angela Merkel
Untuk pertama kalinya setelah meninggalkan jabatannya sebagai Kanselir Jerman, Angela Merkel berbicara soal Ukraina, Putin, dan kebijakannyaFoto: JOHN MACDOUGALL/AFP

Mantan Kanselir Jerman Angela Merkel membela warisannya di Ukraina pada hari Selasa (07/06) dalam wawancara pertamanya sejak tidak lagi menjabat kanselir. Dia menolak untuk meminta maaf atas kebijakannya terhadap Moskow, tetapi menekankan tidak ada pembenaran untuk invasi Rusia ke Ukraina.

"Ini adalah pelanggaran objektif terhadap segala hukum internasional dan segala sesuatu yang membuat kita di Eropa hidup dalam damai. Jika kita mulai kembali selama berabad-abad dan berdebat tentang bagian mana yang seharusnya menjadi milik siapa, maka kita hanya akan mengalami perang. Itu bukan pilihan sama sekali," ucapnya.

Merkel tentang Putin

Mantan kanselir itu bersikeras bahwa dia tidak naif saat berurusan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. "Diplomasi tidak salah hanya karena tidak berhasil," ungkap Merkel. Namun, Merkel tidak pernah percaya Putin bisa dimenangkan oleh embargo perdagangan. "Pencegahan militer adalah satu-satunya bahasa yang dia mengerti," katanya.

Merkel mengingat momen pada KTT 2007 di kota Sochi, Rusia. Putin yang mengetahui ketidaksukaan Merkel pada anjing, justru mendorong anjingnya sendiri untuk mendekati kanselir Jerman itu.

Putin mengatakan kepada Merkel bahwa runtuhnya Uni Soviet telah menjadi "peristiwa terburuk abad ke-20." Merkel menjawab bahwa baginya, sebagai seseorang yang tumbuh di Jerman Timur yang komunis, runtuhnya Tembok Berlin berarti dia bisa menjalani hidupnya dalam kebebasan. Merkel menegaskan bahwa sudah jelas, ada "ketidaksesuaian besar" antara dirinya dengan Putin.

Merkel soroti penentangan terhadap Ukraina yang bergabung dengan NATO

Merkel membela penentangannya terhadap Ukraina dan Georgia yang bergabung dengan NATO pada tahun 2008. Pada saat itu, NATO berjanji bahwa kedua negara akan bergabung di beberapa titik di masa depan, tetapi menolak untuk memicu "rencana aksi keanggotaan" untuk membiarkan mereka bergabung dengan aliansi dalam waktu lima hingga 10 tahun.

Pada April lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengecam Angela Merkel dan mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, dengan menunjukkan bahwa langkah mereka merupakan "salah perhitungan" yang membuat Rusia berani. Presiden Ukraina membuat pernyataannya setelah dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh pasukan Rusia terungkap di Bucha.

Dalam wawancara hari Selasa (07/06), Merkel mengatakan bahwa jika NATO memberi mereka keanggotaan pada Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin dapat menyebabkan "kerusakan besar di Ukraina." Karena itu, Rusia menginvasi Georgia kurang dari enam bulan setelah deklarasi di Bukares ini, yang memicu perang pertama Eropa di abad ke-21. Merkel juga mengutip masalah korupsi sistemik di Ukraina sebagai alasan untuk memblokir keanggotaan mereka.

"Presiden Zelenskyy dengan berani memerangi korupsi, tetapi pada saat itu, Ukraina benar-benar negara yang diperintah oleh oligarki, jadi Anda tidak bisa hanya mengatakan 'ok besok kita akan membawa mereka ke NATO,'" katanya.

"Bukan Ukraina yang kita kenal hari ini. Ukraina yang sangat, sangat terpecah secara politik," ungkap Merkel. "Itu bukan demokrasi yang stabil. Dan ketika Anda menerima sebuah negara menjadi NATO, dan Rencana Aksi Keanggotaan adalah pendahulu yang jelas untuk itu. Anda harus tahu bahwa kami kemudian siap untuk benar-benar membela negara seperti itu jika ada serangan."

"Kedua, saya sangat yakin ... bahwa Putin tidak akan membiarkan itu terjadi begitu saja. Dari sudut pandangnya, itu akan menjadi deklarasi perang."

Angela Merkel berbicara di Berlin Ensemble
Wawancara dengan Angela Merkel dilakukan di teater Ensemble BerlinFoto: DW

Merkel tentang perjanjian Minsk

Merkel mengatakan perjanjian Minsk yakni kesepakatan 2014 yang dia bantu menengahi untuk meredakan konflik antara pasukan pemerintah dan separatis yang didukung Rusia. Menurut Merkel meskipun tidak sepenuhnya cocok untuk Ukraina, tapi upaya itu bisa "membeli waktu" penting bagi Ukraina.

"Perjanjian ini dipuji, disetujui, disambut baik oleh Uni Eropa. Perjanjian ini telah dimasukkan ke dalam resolusi Dewan Keamanan PBB, sehingga bersifat hukum internasional," katanya.

"Pada saat itu, itu membawa ketenangan dan memberi Ukraina, misalnya, banyak waktu, tujuh tahun, untuk berkembang menjadi seperti sekarang ini."

Merkel mengakui bahwa mungkin ada tanggapan yang lebih keras terhadap pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014, tetapi langkah-langkah serius telah diambil. Dia mengutip pengecualian Rusia dari Kelompok Delapan (Negara Industri Terkemuka) dan ketentuan NATO bahwa anggota menghabiskan 2% dari PDB untuk pertahanan.

Pada akhir jabatannya sebagai kanselir, jelas bahwa Rusia bergerak ke arah konflik, ungkap Merkel. Dan bahwa Rusia telah menyelesaikan pembicaraan format Normandia [antara Jerman, Prancis, Ukraina, dan Rusia].

"Saya tidak menyalahkan diri sendiri karena tidak berusaha cukup keras," Merkel menjawab pertanyaan tentang seberapa banyak yang bisa dia lakukan untuk mencegah eskalasi dengan Rusia. "Saya sudah cukup berusaha. Sangat disayangkan saya tidak berhasil."

Merkel tentang sanksi AS dan Nord Stream 2

Mantan kanselir itu juga menyinggung secara singkat tentang jalur pipa Nord Stream 2 yang kontroversial, yang sekarang sudah tidak ada lagi, sebagian besar mengkritik keputusan Amerika Serikat untuk memberikan sanksi kepada entitas atas partisipasi mereka dalam proyek gas.

"Pada dasarnya, mereka memberi kami sanksi sebagai sekutu karena perbedaan pendapat politik."

Proyek gas Nord Stream 2
Terminal gas yang menjadi bagian dari proyek Nord Stream 2 di LubminFoto: Abdulhamid Hosbas/AA/picture alliance

"Apa yang kami pelajari adalah Putin menyerang Ukraina meskipun Nord Stream 2 belum beroperasi. Jadi dia tidak menunggu, tetapi ini adalah tujuan geopolitik untuk mencegah sebuah negara di ambang pintunya memilih model lain, yang dia gambarkan sebagai dipengaruhi Barat."

Dia mengatakan bahwa mengingat kedekatan Rusia dengan Eropa, secara politis tidak mungkin tanpa perdangangan antara satu sama lain. Namun, Merkel yakin perdagangan tidak dapat juga mengubah kebijakan Rusia.

Kepemimpinan Merkel telah dikritik karena mengarahkan Jerman ke ketergantungan yang cukup besar pada minyak dan gas Rusia. Pembangunan pipa Nord Stream 2 selama bertahun-tahun untuk membawa bahan bakar Rusia langsung ke Jerman secara resmi selesai dan siap untuk memulai operasi sebelum ditahan tanpa batas waktu oleh Kanselir Olaf Scholz. Penghentian proyek itu hanya beberapa hari sebelum pasukan Rusia meluncurkan serangan mereka pada bulan Februari ke Ukraina.

Namun, kebijakan Jerman untuk "mesra" dengan Rusia berjalan beberapa dekade melalui kebijakan luar negeri Jerman. Pergeseran sikap yang paling jelas terjadi di bawah mantan Kanselir Willy Brandt, seorang politisi Sosial Demokrat, yang fokus pada kebijakan pada Eropa timur atau "Ostpolitik", meski kebijakan itu pada 1969 dicerca oleh kaum konservatif.

Pemerintah Jerman Barat dan Jerman yang bersatu kembali berturut-turut, termasuk yang dipimpin oleh Merkel, kemudian melanjutkan kebijakan kerja sama yang konstruktif.

(rs/ha)