1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menyusul Tunisia dan Mesir, Aksi Protes di Libya

16 Februari 2011

Sekarang tinggal menunggu waktu. Setelah revolusi di Tunisia dan Mesir, serta demonstrasi di Bahrain, warga Libya angkat suara menentang penguasa totaliter Ghaddafi. Apakah kini tahta Ghaddafi goyah?

https://p.dw.com/p/10IA5
Peta Libya
Peta LibyaFoto: DW

Salah satu dari sedikit surat kabar setengah independen Libya melaporkan hari Rabu (16/02), bahwa para demonstran menggunakan batu dan bom molotov sebagai pertahanan diri. 14 pengunjuk rasa dilaporkan mengalami cedera. Seperti yang dilaporkan media penyiaran Inggris BBC, 2000 orang turun ke jalan. ´

Stasiun televisi Al Jazeera mewawancarai lewat telepon penulis Libya Idris al Mesmari, di lokasi aksi protes."Saya khawatir. Pemerintah kini mengayun pentungannya pada kami. Mereka menyerang remaja Libya, dengan kanon air dan air panas," ujar al Mesmari.

Setelah wawancara itu, dilaporkan bahwa Mesmari ditangkap.

Dalam kerusuhan hari Rabu, dilaporkan puluhan orang mengalami cedera. Kepala rumah sakit Al Jala di Benghazi, Abdelkarim Gubeaili mengatakan pada kantor berita AFP, saat ini di rumah sakitnya dirawat 38 orang yang mengalami cedera ringan.

17 Februari Digelar "Hari Kemarahan Libya"

Kamis ini (17/02), para demonstran berencana memenuhi jalanan di Libya. Dengan menyebutnya sebagai "Hari Kemarahan", sejumlah kelompok menyerukan di internet, "Bangkitlah, seperti kakek kita, dan seperti yang sudah dilakukan tetangga kita di barat."

Video tersebut ditayangkan di portal internet Youtube, menyerukan protes. Yang dimaksud dalam video itu adalah perlawanan Libya terhadap penguasa kolonial Italia dan Revolusi Melati di negara tetangga Tunisia. Hari Senin lalu (14/02) di situs jejaring sosial Facebook, sekitar 4400 orang mendaftarkan diri untuk ikut aksi protes "Hari Kemarahan". Namun pada hari Rabu, jumlahnya meningkat menjadi 9600 setelah kerusuhan di Benghazi.

Inggris dan Uni Eropa mengimbau pemerintah di Libya untuk menahan diri. Uni Eropa meminta Libya untuk mematuhi "kebebasan berekspresi".

Aksi Protes Dipicu oleh Penangkapan Aktivis

Selasa malam lalu menjelang Rabu (16/02) di kota Benghazi, sekelompok demonstran meneriakkan kata-kata "Gaddafi, mengapa (melakukan) penindasan". Pejabat tinggi Uni Eropa urusan luar negeri Catherine Ashton mengatakan agar Libya untuk tetap tenang dan agar menghindari kekerasan.

Salah seorang di antaranya merekam aksi unjuk rasa dengan kamera video dan mengunggahnya di internet. "Tuhan Maha Besar – Gaddafi adalah musuh Tuhan" juga diteriakkan oleh para pengunjuk rasa. Dalam video lainnya di Benghazi, juga ditunjukkan mobil-mobil yang terbakar dan kendaraan polisi yang dipacu dalam kecepatan tinggi mengarah ke para demonstran. Granat gas air mata diledakkan, tembakan peringatan diletuskan.

Aksi protes di Benghazi pada mulanya dipicu oleh penangkapan pengacara Fathi Terbil. Ia mewakili keluarga 1200 narapidana yang pada tahun 1996 ditembak aparat keamanan di penjara Abu Sieem. Waktu itu para narapidana mengeluhkan standar penjara yang tidak manusiawi.

Esther Saoub/Luky Setyarini

Editor: Marjory Linardy