1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAmerika Serikat

Menlu Jerman Tuding Perang Rusia Didasari Kebohongan

2 Maret 2022

Menlu Jerman Annalena Baerbock meminta dunia untuk mengecam serangan Rusia ke Ukraina. Perang Rusia ini didasarkan pada kebohongan, ujar Baerbock di pertemuan darurat Majelis Umum PBB.

https://p.dw.com/p/47rHk
Menlu Jerman Annalena Baerbock di Majelis Umum PBB
Menlu Jerman Annalena Baerbock di Mejelis Umum PBBFoto: Carlo Allegri/REUTERS

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock pada Selasa meminta negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memilih mendukung resolusi yang mengecam keras invasi Rusia ke Ukraina.

Berbicara dalam pertemuan darurat Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat, Annalena Baerbock mengatakan komunitas global perlu membuat pilihan antara "perdamaian dan agresi, antara keadilan dan keinginan yang mereka terkuat, antara bertindak dan berpaling."

Perang Rusia "berdasarkan kebohongan"

Baerbock mengatakan bahwa serangan Rusia ke Ukraina menandakan adanya sebuah titik balik. "Itulah mengapa perang ini bukan hanya tentang Ukraina, bukan hanya tentang Eropa, tetapi tentang kita semua. Perang Rusia menandai awal dari sebuah era baru. Ini adalah titik balik," ujar Baerbock pada hari Selasa (01/03).

Lebih lanjut, diplomat papan atas Jerman ini mengatakan bahwa: "Perang Rusia adalah suatu bentuk agresi dan didasarkan pada kebohongan."

"Anda mengatakan Anda bertindak untuk membela diri, tetapi seluruh dunia menyaksikan Anda telah membangun pasukan selama berbulan-bulan untuk mempersiapkan serangan ini," kata Baerbock.

Klaim oleh Rusia bahwa negara itu tengah menjalani misi penjaga perdamaian di Ukraina juga ditolak mentah-mentah oleh menteri luar negeri ini.

"Anda mengatakan Rusia mengirim pasukan penjaga perdamaian, tetapi tank Anda tidak membawa air, tank Anda tidak membawa nutrisi untuk bayi, tank Anda tidak membawa perdamaian. Tank Anda membawa kematian dan kehancuran." 

Bicara langsung kepada Menlu Rusia

Baerbock menuduh Rusia menyalahgunakan kekuasaannya sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Kepada rekannya sesama menlu dari Rusia yakni Sergey Lavrov, ia mengatakan: "Tuan Lavrov, Anda dapat menipu diri sendiri, tetapi Anda tidak bisa menipu kami dan Anda tidak bisa menipu rakyat kami, dan Anda tidak bisa menipu rakyat Anda," ujar Baerbock.

Baerbock mengatakan dia selama ini punya hak istimewa besar untuk tumbuh dalam perdamaian dan keamanan. Ia juga merujuk pada pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah Perang Dunia II, yang dia katakan adalah "perang kejam yang diluncurkan oleh Nazi Jerman."

Menanggapi tuduhan bahwa sejumlah imigran asal Afrika yang selama ini tinggal di Ukraina mengalami diskriminasi saat mencoba mengungsi dan melintasi perbatasan, Baerbock mengatakan bahwa "setiap pengungsi harus menerima perlindungan, tanpa melihat apa kebangsaan mereka."

Tidak mengikat secara hukum

Dalam pertemuan darurat sidang Majelis Umum PBB yang berlangsung pada Selasa, Presiden Rusia Vladimir Putin memang punya beberapa negara pendukung, antara lain yakni Kuba dan Korea Utara. Ada negara-negara yang memilih untuk tidak memberikan suara seperti Suriname dan Afrika Selatan, yang mendesak kompromi dan diplomasi untuk menemukan resolusi permanen atas krisis ini.

Majelis Umum PBB terdiri dari 193 negaraanggota dan menjadwalkan pemungutan suara untuk resolusi tersebut pada Rabu (02/03) sore waktu setempat setelah mendengarkan pidato dari 120 negara. Namun, tidak seperti resolusi Dewan Keamanan, resolusi Majelis Umum ini sifatnya tidak mengikat secara hukum tetapi memiliki pengaruh dalam mencerminkan opini internasional.

ae/hp (AFP, Reuters, AP)