1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menlu Jerman Lakukan Kunjungan Mendadak di Sanaa

11 Januari 2010

Pada lawatan di sejumlah negara Arab, Menlu Jerman Guido Westerwelle lakukan kunjungan mendadak di Sanaa, Yaman. Saat ini Yaman merupakan salah satu negara yang mencemaskan komunitas internasional.

https://p.dw.com/p/LR5a
Menlu Jerman Guido WesterwelleFoto: picture alliance / dpa

Lawatan mendadak Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle di Sanaa merupakan kejutan ganda. Pertama-tama karena memang tidak dijadwalkan dan yang kedua karena ada berita baik dari lima warga Jerman yang diculik di Yaman tujuh bulan lalu. Seusai pembicaraannya dengan Presiden Ali Abdullah Saleh, dengan keterbukaan yang tidak sebagaimana biasanya bila orang berbicara mengenai penyanderaan, Westerwelle mengungkapkan tentang nasib keluarga Jerman dari Sachsen itu: "Begini, Presiden memaparkan kepada saya bahwa ia mendapat informasi yang sangat baru. Diperkirakan orang mengetahui lokasi di mana para sandera Jerman berada. Saat ini saya tidak dapat menilai informasi ini berdasarkan pengetahuan sendiri. Bila benar begitu, maka ini merupakan pertanda dan kabar yang penuh harapan. Semua akan dilakukan agar warga Jerman tersebut dapat dibebaskan dengan selamat dan kembali ke keluarganya."

Jemen Deutschland Guido Westerwelle in Sanaa
Guido Westerwelle dan Presiden Republik Yaman, Ali Abdullah Saleh (kanan)Foto: picture alliance / dpa

Yaman dicemaskan akan menjadi basis baru Al-Qaida

Alasan lawatan Westerwelle selama tiga jam di Yaman sebenarnya adalah untuk membicarakan situasi keamanan yang rawan di negeri itu. Setidaknya sejak gaganya serangan terhadap pesawat AS di Detroit, dunia internasional semakin khawatir Yaman akan menjadi basis baru Al-Qaida.

Pada kunjungan di empat negara, yaitu Turki, Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab, Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle mendengar keinginan yang diungkapkan agar Jerman ikut mengupayakan stabilisasi di Yaman. Ini dikehendaki juga demi kepentingan para negara yang bertetangga dengan Yaman. Karena itu, menlu baru Jerman, Westerwelle mengutarakan pesan yang jelas kepada Presiden Yaman:"Kami ingin penyelesaian politik dan berpendapat bahwa penyelesaian militer tidak akan membawa hasil."

Jemen Straße in Sanaa Altstadt mit Tor des Jemen
Bab el-Yemen di kawasan tua di kota SanaaFoto: AP

Presiden yang dianggap tidak mempan nasehat

Seruan ini sesuai dengan sikap Uni Eropa dan AS. Jerman memiliki reputasi yang baik di Yaman dan merupakan negara Eropa yang paling banyak memberikan bantuan pembangunan. Sebagai salah satu negara termiskin di dunia dengan masalah demografi yang cukup besar serta kurangnya perspektif bagi penduduk yang jumlahnya berkembang pesat, Yaman rentan terhadap struktur-struktur teroris. Pemerintah Jerman menilai kondisi negara ini sebagai sangat rawan.

Presiden Saleh yang berkuasa sejak 30 tahun di Yaman ini, dianggap sebagai seorang yang tidak mempan nasehat dan akhir-akhir ini hanya menggunakan kekuatan militer untuk menyelesaikan konflik yang meluas dan berlangsung sejak lama. Namun aksi militer itu tidak membawa perdamaian. Pertempuran antara angkatan bersenjata melawan pemberontak Houthi di utara masih terjadi. Sama halnya dengan konflik antara utara dan selatan meski penyatuan kembali negara itu 20 tahun yang silam. Suku-suku dan daerah-daerah merasa diterlantarkan oleh pemerintah pusat di Sanaa. Infrastruktur yang mengenaskan dapat dijadikan alasan untuk bergabung dengan kelompok-kelompok radikal.

Seriusnya kondisi di Yaman ini jelas terlihat melalui usulan PM Inggris Gordon Brown untuk juga melakukan Pertemuan Yaman pada Konferensi Afghanistan yang dijadwalkan digelar akhir Januari di London. Rencana ini menunjukkan bahwa masyarakat internasional melihat keadaan di negara termiskin di semenanjung Arab itu sama rawannya seperti di Hindukush.

Ulrich Leidholdt/Christa Saloh

Editor: Dyan Kostermans