1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mengapa Jerman?

Luky Setyarini

Banyak yang berpendapat Jerman merupakan tempat studi teknik terbaik di dunia. Faktor lain yang turut mendukung banyaknya mahasiswa Indonesia memilih untuk kuliah di Jerman karena kuliah di Jerman tidak memungut biaya.

https://p.dw.com/p/CsvH
Suasana kuliah di Universitas Teknik di kota München, Jerman selatan.Foto: AP

Menurut data dari Lembaga Statistik Jerman, pada semester musim dingin tahun kuliah 2006/2007 di seluruh universitas dan sekolah tinggi di Jerman tercatat 2537 mahasiswa yang berasal dari Indonesia dan hampir 500 orang di antaranya merupakan mahasiswa semester pertama.

Angka ini sebenarnya tidak beranjak jauh dari kisaran 2100 mahasiswa yang berhasil diterima di universitas dan sekolah tinggi di Jerman sejak 20 tahun lalu. Dari angka-angka tersebut, 70 persennya atau sekitar 1750 orang memilih jurusan eksakta, yaitu jurusan teknik ataupun ilmu pengetahuan alam dan matematika.

Dinas Pertukaran Akademis Jerman DAAD Jakarta juga mencatat jumlah mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di Jerman dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup tinggi sejak tahun 1998 seperti yang dikatakan Dr. Guido Schnieders, salah seorang pengurus DAAD Jakarta.

“Jumlah mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jerman sejak 1998 semakin meningkat hingga kini yaitu dari 1896 mahasiswa menjadi 2537 mahasiswa di tahun 2006. Dengan Jerman menduduki salah satu posisi teratas di Eropa yang memiliki banyak mahasiswa Indoensia selain Belanda dan Inggris.“

Goethe Institut dan DAAD

Tingginya minat calon mahasiswa Indonesia untuk berkuliah di Jerman juga terlihat dari banyaknya jumlah remaja yang mengikuti kursus bahasa Jerman secara super intensif di Goethe Institut Jakarta. Kursus super intensif berarti mengikuti pelajaran bahasa mulai jam delapan pagi hingga jam satu siang setiap hari dari Senin hingga Jumat.

Kepala Sekolah Bahasa Jerman Goethe Institut Jakarta, Maria Fischer-Siregar mengatakan, “Kami mengadakan kursus super intensif, yaitu 24 jam pelajaran per minggu yang artinya belajar bahasa Jerman setiap hari. Setiap semesternya ada lima kelas atau diikuti sekitar seratus peserta kursus.“

Sementara itu, minat untuk mendapat beasiswa studi di Jerman yang disediakan DAAD, juga tetap tinggi. Ini terbukti dengan banyaknya jumlah penerima beasiswa pendidikan tingkat S-2, doktoral dan pasca-doktoral. Seperti dikatakan pengurus DAAD Jakarta Dr. Guido Schnieders.

“DAAD Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir memberikan beasiswa kepada lebih dari 400 ilmuwan Indonesia setiap tahunnya ke Jerman. Program beasiswa yang penting yang ditawarkan DAAD adalah program doktoral dan ilmuwan yang merupakan program promosi di Jerman. Beasiswa diberikan hingga tiga tahun dan beberapa bulan persiapan yang diberikan dalam 25 program beasiswa per tahunnya. Di dalam program beasiswa itu ada sekitar 80 sampai 90 ilmuwan Indonesia yang mendapatkan sponsor. Jumlah seluruh beasiswa yang ditawarkan DAAD adalah 500 dan ini menjadikan DAAD sebagai lembaga paling banyak memberikan beasiswa kepada mahasiswa Indonesia dibandingkan dengan lembaga lain.“

Mengapa Kuliah di Jerman?

Mengapa Jerman yang dipilih untuk melanjutkan studi? Tentunya masing-masing punya alasan yang berbeda. Banyak yang berpendapat Jerman merupakan tempat studi teknik terbaik di dunia. Apalagi mantan presiden Indonesia BJ Habibie menyelesaikan studinya dari tingkat sarjana hingga doktoral di Rheinisch Westfalische Technische Hochschule, Aachen, Jerman. Faktor lain yang turut mendukung banyaknya mahasiswa Indonesia memilih untuk kuliah di Jerman karena kuliah di Jerman tidak memungut biaya alias gratis.

Alasan-alasan itulah yang semakin menguatkan motif mahasiswa Indonesia berbondong-bondong datang ke Jerman. Sayangnya informasi yang diperoleh sebagai bekal mereka menuntut ilmu ke negeri orang belum tentu tepat dan jelas.

Tidak sedikit calon mahasiswa yang merasa dalam tanda kutip ‘tertipu’. Bahwa kenyataan hidup di Jerman tidak semudah yang diceritakan. Perbedaan budaya dalam pergaulan turut menjadi faktor yang membuat nyali mereka ciut. Kepribadian sebagian orang Indonesia yang malu-malu bisa menjadi halangan dalam bergaul dengan teman-teman internasional.

Benarkah Kuliah di Jerman itu Murah?

Kebijakan tiap negara selalu mengalami perubahan, demikian pula kebijakan di Jerman. Beberapa anggapan umum seperti murahnya biaya hidup di Jerman atau sekolah di Jerman yang tidak memungut biaya harus dipertanyakan lagi. Apalagi dengan semakin menguatnya nilai tukar mata uang Euro terhadap Rupiah dan krisis ekonomi yang kini sedang melanda Jerman.

Biaya hidup murah dan pendidikan gratis nilainya menjadi sangat relatif bagi setiap orang. Kualitas pendidikan tiap universitas pun berbeda, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Informasi yang tepat sebenarnya mudah didapat. Bisa melalui internet, dari orang yang sedang atau sudah pernah kuliah di Jerman, atau dari lembaga resmi yang berhubungan dengan pendidikan seperti DAAD dan Goethe Institut.

Di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung atau Surabaya, DAAD dan Goethe Institut mempunyai konsultan studi untuk memberikan informasi yang jelas dan tepat tentang studi di Jerman. Selain itu, universitas yang menyediakan program studi Sastra Jerman biasanya juga memiliki dosen tamu dari negara asal dan mereka juga bisa memberikan informasi tentang pendidikan.