1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Menari untuk Promosikan Budaya Indonesia

28 November 2018

Selain menjadi mahasiswa S-2 jurusan Psikologi Bisnis di HBRS, Rheinbach, Albi juga memiliki kesibukan lain di luar kampus. Ia sering tampil memperkenalkan budaya Indonesia di berbagai acara kultur di Jerman.

https://p.dw.com/p/38HBq
Albiruni Raushanfikri
Foto: DW/Y. Pamuncak

Di mata pria yang akrab dipanggil Albi, sebagai negara besar, Indonesia belum banyak dikenal di dunia internasional. Menurutnya, karena daerah Indonesia yang luas maka perwakilan kebudayaan di tiap daerah diperlukan untuk memperkenalkan dan memberikan pengalaman budaya tersendiri kepada warga dunia. Apa kaitan antara studi yang dipelajarinya di Hochschule Bonn Rhein-Sieg dengan misi budaya ini? Simak wawancara DW dengan mahasiswa asal Jakarta tersebut.

DW: Apa yang kamu pelajari di jurusan Psikologi Bisnis ini?

Albiruni Raushanfikri: Saya belajar tentang perilaku dan pengalaman manusia di dalam konteks manusia sebagai makhluk ekonomi. Apakah makhluk ekonomi itu eksis dalam mempengaruhi keputusan-keputusan yang dibuat manusia, baik itu dalam bidang pemasaran atau bidang sumber daya manusia.

Kalau saya bisa ambil contoh satu kasus misalnya, prevensi terhadap stres dalam dunia kerja. Itu mungkin kita bisa lakukan banyak hal. Seperti pada awalnya kita bisa diagnostik pada stresnya. Kemudian melihat kenapa stres dalam dunia kerja itu bisa muncul. Lalu kita bisa melakukan langkah-langkah untuk melindungi tenaga kerja perusahaan tersebut dari stres atau memulihkan mereka agar lebih produktif. Bagaimana meningkatkan kepuasan dari tenaga kerja entah itu karyawan atau buruh. Saya juga mempelajari bagaimana pengambilan keputusan dalam dunia finansial seperti jual-beli saham agar tidak selalu melibatkan emosi tapi juga dengan objektifitas.

Seberapa penting psikologi dalam dunia bisnis?

Kita bisa melihat contoh kasus pada tahun 2016 yaitu krisis finansial, sebelum itu terjadi ada ledakan pasar perumahan di Amerika Serikat yang menyebabkan kredit merajalela. Yang penting untuk dipelajari adalah mengapa banyak individu menggunakan kredit padahal uang yang mereka akan bayarkan kemungkinan masih kurang. Dalam hal tersebut kita bisa menelaah mengapa manusia bisa melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan.

Penting juga bila kita melihat dalam konteks manajemen. Bagaimana kita merekrut orang yang tepat. Bila terjadi kesalahan perekrutan karyawan yang tidak kompeten. Di sana kita bisa melihat mana saja faktor-faktor yang harus direduksi. Atau cara lain dengan mengembangkan karyawan tersebut agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Ada kegiatan di luar kampus?

Saya aktif dalam program bantuan untuk para mahasiswa dan mahasiswi internasional. Saya membantu membentuk modul atau kurikulum, seperti apa saja materi yang bisa diberikan kepada mahasiswa-mahasiswi internasional pada semester tertentu. Untuk mengembangkan diri mereka, membekali mereka dengan berbagai macam input seperti proyek manajemen, sosial, budaya dan lainnya.

Di samping kegiatan tersebut, saya juga aktif dalam kegiatan budaya seperti menari. Bila ada kesempatan waktu dan tempat saya biasa tampil di acara-acara Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Jerman, contohnya acara Malam Kultur. Ada juga masyarakat Jerman yang tertarik dengan kebudayaan Indonesia, kemudian mereka meminta saya untuk menampilkan beberapa tarian dari Indonesia.

Sering mengisi kegiatan budaya apa tidak mengganggu perkuliahan?

Saat sedang banyak tugas di kampus memang terkadang sulit membagi waktu. Tapi karena bagi saya tarian itu adalah nafas, seperti kebutuhan. Kadang kalau saya sedang penat atau ada waktu luang sendiri, saya berhenti sejenak dari proses belajar, lalu saya mendengar gending-gending tarian dan saya bisa menari walau pun tidak secara menyeluruh. Dengan itu saya bisa keluar sejenak dari aktivitas dan kembali bugar untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan lainnya.

Bila ada permintaan untuk menampilkan tari dalam suatu acara, barulah saya membutuhkan waktu dan tempat khusus untuk latihan dan pemanasan selama 2 jam per hari.

Apa arti tarian bagi Anda?

Tarian bagi saya adalah penyalur unek-unek yang mungkin tidak bisa ditumpahkan dalam kata-kata tapi mampu ditafsirkan melalui gerakan-gerakan. Dalam tarian kita mengenal olah rasa.

Dengan padatnya kegiatan sehari-hari membuat kita terkadang penat terhadap kinerja tim, sering kali kita tidak bisa langsung mengungkapkan. Salah satu solusi untuk mengalihkan stres yang kita hadapi adalah dengan hobi yang kita sukai. Bagi saya tarian-lah hobi yang dapat memberikan solusi tersebut.

Sejak umur berapa Anda menari? Serta berapa tarian yang Anda kuasai?

Sejak saya umur empat atau lima tahun saya sudah belajar ektrakulikuler tari di Taman Kanak-kanak (TK). Saat kecil saya termasuk anak yang hiperaktif lalu orang tua saya mencarikan kegiatan yang bisa membuat saya capek, yaitu menari. Guru-guru saya juga melihat bakat dan minat saya untuk menari. Kemudian saat SD, SMP dan SMA saya biasa diminta untuk menampilkan tarian di acara sekolah.

Kata Orang Jerman Tentang Indonesia

Saat ini saya menguasai lima atau enam tarian. Yaitu tarian yang saya pelajari sejak TK adalah tari Dindin Badindin, tari Pasambahan, saat SMP saya juga menari Serampang 12 di Istana Maimun, Medan. Kemudian puncaknya saat menempuh studi SMA di Yogyakarta saya menari klasik Jawa gaya Keraton Yogyakarta. Saat itu saya berkesempatan latihan menari di Pendopo Ndalem Pujokusuman dan Pendopo Ndalem Kaneman. Beberapa tarian yang saya pelajari yaitu tari Klono Rojo, tari Klono Topeng Sewandono, juga tari Klono Topeng Alus Gunungsari.

Pernahkah tampil di pentas Internasional?

Kebanyakan memang tampil di Jerman. Mulai dari di Frankfurt, Karlsruhe dan yang lumayan sering di Bonn. Di Dortmund, Duisburg, Konstanz serta Köln saya juga pernah beberapa kali tampil. Biasanya saya tampil di taraf universitas. Kalau pada taraf internasional saya pernah lakukan di tahun 2017 ketika ada Konferensi Iklim Internasional (COP 23). Saat itu saya diminta menari dua kali untuk membantu delegasi Indonesia dalam memperkenalkan budaya Indonesia.

Tanggapan masyarakat internasional khususnya Jerman setelah menonton Anda menari?

Mereka memiliki pertanyaan. Karena memang gerakan serta pengertian dari tari itu sendiri berbeda dengan budaya mereka. Kalau tarian dari Indonesia penuh dengan falsafah yang kemudian harus dipikirkan secara mendalam, tidak hanya sekadar hiburan. Jadi sebelum atau sesudah menari kita harus menjelaskan kepada mereka tentang gerakan yang ditarikan. Setelah itu mereka akan mengerti maksudnya. Jadi memang ada gerakan yang harus diterjemahkan.

Menurut Anda seberapa penting memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia Internasional?

Penting sekali. Karena membawa harum nama Indonesia. Selain itu budaya adalah identitas. Sebagai identitas bagi diri sendiri, agar tidak lupa dari mana kita berasal. Tarian juga menjadi obat kangen saya bila saya kangen dengan Indonesia. Dengan budaya adiluhungnya saya bisa merasakan kehangatan budaya Indonesia.

Untuk pentingnya di dunia internasional khususnya Eropa karena Indonesia itu kan negara besar. Namun banyak juga masyarakat negara lain yang belum mengenal Indonesia karena belum ada kesempatan berkunjung. Di sini peran pengenalan budaya Indonesia sangat penting sebagai perwakilan daerah-daerah di Indonesia yang sangat luas agar masyarakat internasional bisa memiliki pengalaman tersendiri.

Harapan untuk tarian-tarian dari Indonesia di kancah Internasional?

Harapan saya akan adanya kaderisasi. Karena beberapa kali teman-teman yang bisa menari mengajarkan tarian di Jerman, lalu saat pulang ke Indonesia dan kembali ke Jerman, ajaran tarian tersebut sudah dilupakan para peserta, dan mereka harus mengajar dari nol lagi. Saya harap kaderisasi itu terus menerus. Dan organisasi mahasiswa-mahasiswi Indonesia itu sangat berperan penting dalam hal ini. Seperti PPI, itu perannya penting sekali untuk jadi wadah kaderisasi tersebut.

Saya juga berharap adanya dukungan pemerintah agar jaringan komunikasi antar seniman Indonesia di Eropa, khususnya seniman tari, terjalin baik. Agar ke depannya di acara-acara budaya, Indonesia bisa selalu hadir untuk unjuk gigi. (yp/ts)

*Simak serial khusus #DWKampus mengenai warga Indonesia yang menuntut ilmu di Jerman dan Eropa di kanal YouTube DW Indonesia. Kisah putra-putri bangsa di perantauan kami hadirkan untuk menginspirasi Anda.