1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

241109 Klimaverhandlungen UN Kopenhagen Klima

24 November 2009

Konferensi iklim di Kopenhagen akan menentukan masa depan dunia, baik dalam arti positif maupun negatif. Tetapi berbagai faktor lain juga memainkan peran penting dalam menyelamatkan bumi kita.

https://p.dw.com/p/KeMC
Gambar simbol emisi karbondioksidaFoto: picture-alliance/ dpa

Bagi Yvo de Boer, pimpinan sekertariat PBB urusan iklim, pertanyaan pentingnya bukanlah apakah dunia akan bertindak melawan perubahan iklim, tetapi seberapa cepat dan efisien kah dunia bertindak. Karena ia yakin, perubahan akan terjadi, baik dengan maupun tanpa konferensi di Kopenhagen. Tentu de Boer melihat pentingnya dunia internasional menyepakati kebijakan internasional yang mengikat di Kopenhagen. Tetapi tanpa kebijakan pun dunia harus berjalan menuju masa depan dengan kadar CO2 netral.

Rainer Wendt, pimpinan bagian politik dan perkembangan berkelanjutan di DHL, salah satu perusahaan logistik terbesar di dunia, juga menegaskan, bahwa jalan menuju dunia dengan kadar CO2 netral tidak hanya akan ditentukan oleh perundingan iklim global. DHL mempunyai sasaran besar, yaitu mengurangi emisi CO2 sebanyak 30 persen sampai 2020. Ini antara lain ingin diraih dengan tawaran DHL kepada konsumennya untuk mengirim surat atau paket yang netral CO2. Menurut Wendt, pelanggan juga mengharapkan, bahwa DHL menjalankan logistik dengan emisi gas rumah kaca yang rendah dan ini akan semakin dituntut oleh pasar.

Dalam jangka panjang, efisiensi energi merupakan investasi yang bagus dan semakin tinggi harga energi, semakin menguntungkan juga untuk berinvestasi di efisiensi energi dan sumber daya alternatif. Ini artinya, bidang ekonomi juga mempuyai harapan pada konferensi iklim di Kopenhagen.

Peter Thime pimpinan bagian lingkungan hidup dan perkembangan berkelanjutan di DEG, sebuah organisasi investasi dan perkembangan di Köln, mengatakan, “Karena kami berinvestasi di negara-negara berkembang, maka kami tertarik dengan negara-negara industri, hanya dalam beberapa aspek. Terutama seperti, berapa nilai satu ton CO2 di masa depan atau berapa nilai penghindaran satu ton CO2, serta bagaimana kita dapat membiayai mekanisme alokasinya.”

Karena itu para investor mengharapkan adanya mekanisme pasar yang mengikat bagi perdagangan CO2 di masa depan. Menurut Thimme, peraturan semacam ini akan membawa investasi lebih bagi negara-negara berkembang.

Sekarang tergantung para politisi, apakah konferensi di Kopenhagen akan membuahkan hasil semacam itu. Hal-hal lain yang kita perlukan untuk bergerak sudah kita miliki. Demikian ditekankan Achim Steiner, ketua program lingkungan PBB, UNEP.

Tidak ada pilihan lain. Kerugian yang ditimbulkan jika kita tidak berbuat apa-apa akan jauh lebih besar daripada biaya yang diperlukan untuk investasi di bidang perlindungan iklim saat ini.

Helle Jeppesen/Anggatira Rinaldi
Editor: Hendra Pasuhuk