Melepas Rindu di Pasar Senggol
Ada sekeping Indonesia di Cologne, Jerman akhir pekan lalu (16/09). Festival Budaya "Pasar Senggol" menjadi momen bagi perantau dan pecinta Indonesia untuk melepas kangen kepada teman, kuliner dan budaya tanah air.
Lenggak Lenggok Tari Bali
Bunyi musik gending Bali menyambut para pengunjung yang mendatangi kompleks pusat budaya Alte Feuerwache, Cologne. Setiap tahun sekitar bulan September, Deutsch-Indonesiche Gesselschaft (DGI) atau Persahabatan Jerman-Indonesia, rutin mengadakan Hari Indonesia di Cologne, yang dikenal dengan nama Pasar Senggol. Ini menjadi ajang bagi warga Indonesia dan pecinta nusantara untuk berkumpul.
Jajanan Pasar
Layaknya pasar di Indonesia, berbagai penganan kecil yang bisa ditemui di tanah air juga dapat dijumpai di sini. Para penjualnya datang dari berbagai latar belakang, ada yang memang koki di restauran, namun ada juga yang iseng-iseng menggelar lapak. Yang penting jualan yang disajikan harus asli Indonesia.
Warna-warni di Atas Piring
Yang terpukau dengan warna-warni cantik penganan kecil di Pasar Senggol adalah Sofie. Dia menata satu persatu kue yang disajikan para penjual di atas piring kertas. Dalam waktu dekat ia berencana mengunjungi saudara kembarnya yang melakukan program volunter di Rantepao, Sulawesi. Sekarang, ia mulai berkenalan dulu dengan kuliner Indonesia di tanah air, bekal cerita untuk saudara kembarnya nanti.
Antre demi Siomay
Pengunjung Pasar Senggol mengantre dengan setia demi bisa menikmati aneka panganan khas nusantara mulai dari siomay, sate padang dan bakwan malang. Bahkan es teler durian juga siap memanjakan lidah pengunjung yang merindu cita rasa kuliner tanah air.
Corak Nusantara
10 pakaian adat dari Indonesia turut dipamerkan dalam acara Fashion Show di Pasar Senggol. Para peserta bukan model profesional melainkan warga Indonesia yang telah menetap di Cologne dan daerah sekitarnya. Para pengunjung, khususnya warga Jerman, terpukau dengan pakaian adat Indonesia yang kaya dengan warna-warna cerah.
Di Bawah Rintik-rintik
Salah satu yang menjadi daya tarik Pasar Senggol adalah ajang bertemu dengan sesama warga Indonesia di perantauan. Begitu memasuki kompleks Alte Feuerwache, hiruk pikuk percakapan dalam bahasa Indonesia langsung terdengar mendominasi. Tentu ini jarang terjadi di Jerman. Inilah yang membuat, meskipun hujan rintik-rintik mulai turun, pengunjung tetap bertahan dan terhanyut dalam obrolan hangat.
Pancasila Menarik Minat
Aula di Alte Feuerwache dipenuhi para pengunjung terutama warga Jerman yang sedang mendengarkan pemaparan dari Dr Ingo Wandelt, ahli Asia Tenggara dan penulis buku Professional Dictionary of Modern Indonesian. Ia memaparkan tentang Pancasila, sebagai dasar pemersatu Indonesia. Warga Jerman turut menyoroti berbagai peristiwa di tanah air yang ingin menggoyang harmoni keragaman Indonesia.
Duduk dan Minum Bersama
Acara Pasar Senggol digagas sejak 20 tahun lalu sebagai upaya untuk menjembatani keberasamaan dan perbedaan Indonesia-Jerman. "Ini menjadi moment bagi kedua belah pihak untuk duduk dan makan minum bersama-sama, tapi juga sambil tukar menukar mimpi dan harapan bagi Indonesia dan Jerman," kata Ketua DGI Cologne, Karl Mertes.
Adu Nyali
Seni bela diri pencak silat menjadi salah satu atraksi yang meramaikan Pasar Senggol. Di hadapan para pengunjung, empat orang ibu dari perguruan Perisai Diri Silat Nasional adu kegesitan dalam menumbangkan lawan. Dalam pertunjukan ini yang menjadi lawan adalah suami mereka sendiri. Selain orang dewasa, pertunjukan pencak silat juga diperagakan anak-anak dan remaja.
Tombola
Selain menikmati kuliner dan pertunjukan, para pengunjung juga dapat mengikuti undian berhadiah. Ibu Indri yang sudah menetap lama di Cologne tak mau melewatkan kesempatan untuk membawa pulang hadiah kecil yang disiapkan panitia DIG. Ada tiga bingkisan kecil yang dapat dibawanya pulang kali ini. Tombola alias undian menjadi bagian kecil yang meramaikan acara Pasar Senggol tiap tahunnya.
Rasa Indonesia Dalam Botol
Satu yang tak bisa ketinggalan sebelum pulang dari Pasar Senggol adalah membawa makanan yang bisa disimpan untuk jangka panjang. Sambal dari aneka produk ini menjadi salah satu yang ramai diserbu. Selain harga yang terjangkau, sambal kemasan ini juga bisa awet disimpan di lemari pendingin, siap dinikmati bila sewaktu-waktu rasa rindu akan rasa kuliner tanah air kembali muncul. (Ed: ts/hp)