1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Melacak Sinyal Gaib Jagad Raya

13 September 2017

Diprediksi oleh Albert Einstein satu abad silam, gelombang gravitasi baru bisa dideteksi baru-baru ini. Kerutan pada ruang waktu itu bisa mengungkap banayak rahasia tentang peristiwa kosmik yang tak kasatmata.

https://p.dw.com/p/2jrQa
Deutschland Max-Planck-Institut Gravitationswellen
Foto: picture-alliance/dpa/M. Hanschke

Melacak Gelombang Gaib Dari Jagad Raya

Ilmuwan di Hannover, Jerman, adalah yang pertama kali menganalisa data yang direkam oleh sebuah detektor di Amerika Serikat, yakni gelombang gravitasi. Karsten Danzmann dan timnya mengembangkan dan mengujicoba teknik pengukuran gelombang ajaib tersebut. Padahal detektor LIGO yang digunakan buat mengukur gelombang pertama terlihat sederhana. Kenapa selama ini sulit mendeteksi gelombang gravitasi?

Prof. Karsten Danzmann, Direktur MPI untuk Fisika Gravitasi, Leibniz Universität Hannover menjelaskan: "Ide dasarnya sederhana. Bagaimana kita bisa membuktikan gelombang gravitasi? Kita harus mengukur ruang yang mengerut dan memuai. Dan bagaimana mengukur ruang yang mengerut? yaitu dengan mengukur panjangnya. Cuma saja kita harus mengukur panjang dengan sangat akurat. Karena gayanya terlalu kecil. Dan teknologi pengukuran menggunakan sinar laser ini baru saja kita miliki sejak beberapa tahun terakhir."

Jantung detektor disimpan di kontainer ini. Instalasi ini memancarkan sinar laser melalui dua pipa panjang di bawah tanah. Pancarannya dipantulkan, lalu ditabrakkan satu sama lain. Seharusnya kedua gelombang cahaya saling mengeliminasi. Tapi jika cahaya berpendar, penyebabnya kemungkinan adalah gelombang gravitasi.

Mendengar nyanyian gelombang gravitasi

Begini kenampakan sinyal pertama gelombang gravitasi. Meski terlihat biasa, buat Karsten Danzmann sinyal ini adalah segalanya. Menurutnya gelombang ini indah. Seperti yang digambarkan Albert Einstein. Gelombang gravitasi juga bisa didengar.  

Terpaut jarak lebih dari satu milyar tahun cahaya dari Bumi ada dua lubang hitam yang saling berpusar dengan kecepatan luar biasa. Sekitar 200.000 kilometer per detik. Pada saat melebur, keduanya melepaskan momentum energi yang jumlahnya 50 kali lipat lebih besar dari seluruh alam semesta. 

"Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa peristiwa kosmik paling dahsyat yang pernah dideteksi manusia ini gelap total. Ada 20 aktivitas buat mendeteksi sisa tabrakan dengan harapan bisa menemukan sinyalnya di sepanjang rentang spektrum elektromagnetik, dengan gelombang radio, radiasi rontgen, atau gelombang pendek. Tapi tidak ada jejak," papar Prof. Karsten Danzmann lebih lanjut.

Tidak ada teleskop yang bisa merekam peristiwa meleburnya dua lubang hitam. Gelombang gravitasi diyakini akan membuka jendela baru ke alam semesta. Lebih dari 99 persen jagad raya tidak kasatmata. Sebab itu ilmuwan mengembangkan detektor yang lebih peka untuk bisa mendengar lebih jauh ke dalam kegelapan. Mereka bahkan merencanakan misi luar angkasa.

Trio satelit Laser

Misi antariksa itu berupa tiga satelit yang saling memancarkan sinar laser dalam jarak lima juta kilometer. Ilmuwan akan mengawasi jarak antara satelit dengan akurat untuk mendeteksi gelombang gravitasi. Dengan itu, kata Karsten Danzamnn, ilmuwan bisa mendengar lubang hitam di seluruh semesta. Dan bahkan mungkin menangkap gelombang gravitasi dari dentuman besar yang membentuk alam semesta. Tapi kenapa ilmuwan ingin mengungkap rahasia gelombang gravitasi?

Prof. Karsten Danzmann menjesalkan: "Untuk mengetahui bagaimana segalanya tercipta, dari mana asalnya. Saya tidak tahu, manusia sepertinya dilahirkan dengan keinginan besar untuk mengetahui segalanya. Seperti pengetahuan tentang garis keturunan. Itu juga tidak berguna. Tapi tetap ada banyak orang yang ingin mengetahui siapa nenek moyangnya. Jadi seperti mencari garis keturunan kosmik untuk mengungkap rahasia dentuman besar"

Sampai para peneliti alam semesta bisa melacak rahasia dentuman besar dengan lebih rinci, mereka harus menempuh jalan panjang terlebih dahulu. Karena baru pada tahun 2028 detektor luar angkasa yang mereka kembangkan bisa sepenuhnya difungsikan.

(DWInovator)