1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

210211 Iran Proteste

21 Februari 2011

Oposisi Iran hari Minggu (20/02) kembali berdemonstrasi, satu orang tewas. Tapi di Iran, media nasional tidak memberitakan adanya aksi-aksi demo ini.

https://p.dw.com/p/10LAT
Aksi protes di biukota TeheranFoto: Kaleme

Sebelum berlangsungnya demonstrasi, kantor berita nasional Iran Fars sudah mewanti-wanti akan ancaman kekerasan. Disebutkan, kelompok-kelompok bersenjata Mujahidin datang dari Irak untuk menembaki demonstran. Foto-foto serta video hari Minggu (20/02) menunjukan ibukota Teheran yang dijaga keras oleh kelompok-kelompok milisi dan pasukan penjaga keamanan. Minggu malam, saksi mata melaporkan aksi protes di Teheran dan empat kota Iran lainnya.

Mehdi Khazali, seorang demonstran menulis dalam blog-nya, "Kota ini tampak seperi tangsi. Di mana-mana ada pasukan polisi. Siang tadi di tengah kota, jalan-jalan dan kakilimanya dipenuhi oleh milisi bersenjata. Saya melihat sendiri, bagaimana mereka menghantam dan memukuli seorang anak sekolah."

Menurut pengamat dan ahli ilmu sosial Michael Lüders, walaupun pemerintah menguasai aparat negara, konsep kenegaraan yang ditawarkan oleh pemerintah Iran tidak bisa dipertahankan selama-lamanya. Tapi menurut dia, jalan untuk pihak oposisi juga tidak mudah. Tegasnya, "Gerakan oposisi menghadapi risiko besar. Di pihak lain pemerintah Iran tidak bisa bertindak seperti Libya yang menembaki kaum oposisi. Semakin banyak korban yang jatuh, semakin kuat perlawanan gerakan oposisi."

Salah satu langkah pemerintah Iran untuk menguasai keadaan adalah meningkatkan tekanan terhadap politisi oposisi Mir Hussein Mussawi dan Mehdi Karubi yang berada dalam tahanan rumah. Jum'at (18/02), sejumlah anggota parlemen menuntut agar kedua tokoh itu dihukum mati.

Sikap keras ini meningkatkan kecemasan Ardeshir Amir-Arjomand, seorang penasihat Mussawi yang hidup dalam eksil di Paris, Perancis. Tuturnya, "Kami betul-betul cemas mengenai keadaan Mussawi dan istrinya, karena sama sekali tidak tahu bagaimana keadaan mereka, tidak tahu apa mereka mendapatkan cukup pangan. Kami ingin menegaskan bahwa pemerintah Iran bertanggung jawab atas kesehatan mereka."

Seruan protes tak hanya terdengar dari warga Iran di Paris. Juga di beberapa kota Jerman warga Iran menggelar aksi protes menuntut turunnya penguasa dan diktator di Iran.

Sementara itu, media nasional Iran menyensor semua pemberitaan mengenai aksi oposisi dan menyiarkan kunjungan Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle yang berada di Teheran untuk menjemput dua wartawan Jerman yang baru dibebaskan dari penjara Iran. Pertemuan antara Westerwelle dengan Presiden Mahmud Ahmadinejad dan Menlu Ali Akbar Salehi diberitakan sebagai pertemuan ekonomi, guna meningkatkan hubungan bilateral Jerman-Iran. Hal yang menurut Westerwelle tidak sepenuhnya benar, karena iapun mengritik situasi di Iran dan mengimbau agar hak azasi manusia setiap warga dihormati di negara itu.

Ilmuwan Michael Lüders skeptis terhadap pengaruh yang bisa dilancarkan oleh negara Barat, karena di satu pihak memang negara Barat tidak setuju dengan politik Iran. Namun di pihak lain, Baratpun menyadari bahwa situasi akan semakin berbahaya bagi pihak oposisi, apabila ada kesan bahwa mereka 'ditunggangi' kepentingan Barat.

Shabnam Nourian/ Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk