1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Media Independen Kembali Terbit di Myanmar

Edith Koesoemawiria/afp/apd1 April 2013

Untuk pertama kalinya sejak 1962, warga Myanmar bisa kembali membaca surat kabar yang bukan terbitan pemerintah.

https://p.dw.com/p/187k4
Foto: picture alliance/AP Photo

Setelah hampir setengah dekade hanya diizinkan mengikuti media pemerintah, kini harian-harian swasta dijual kembali di Myanmar. Langkah ini merupakan bagian dari reformasi demokratis yang didorong oleh Presiden Thein Sein. Empat bulan lalu pemerintah Myanmar membuka peluang bagi warga untuk mendapatkan izin penerbitan.

Izin Penerbitan bagi 16 Harian

Senin (01/04/13) empat harian baru terbit, termasuk “The Union Daily” yang dinilai dekat dengan pemerintah dan “The Voice Daily” milik majalah terkuat di Myanmar.

Myanmar Private Tageszeitungen Druck
Foto: picture-alliance/dpa

Seluruhnya ada 16 surat kabar mendapatkan izin penerbitan, termasuk harian yang diterbitkan oleh partai Liga Nasional Demokrasi yang dipimpin Aung San Suu Kyi, beserta partai Uni Solidaritas dan Pembangunan yang kini memerintah. Disebutkan, minat pembaca untuk harian-harian baru ini sangat tinggi.

President Thein Sein yang mulai memerintah dari Maret 2011 menggulirkan demokrasi setelah Myanmar puluhan tahun terhambat pemerintahan diktatur militer. Selain mengakhiri monopoli negara atas media, pemerintah sipil yang ia pimpin telah membebaskan ribuan tahanan politik, termasuk penyandang hadiah Nobel Aung San Suu Kyi.

Terbuka bagi Pers Asing

Juga terhadap pers internasional, Myanmar menampilkan wajah bersahabat. Kantor Associated Press (AP) telah membuka kantor baru di Rangun. Surat izin telah diberikan oleh Kementerian Informasi Myanmar kepada AP pada hari Sabtu (30/03/13). Siaran Jepang NHK juga diperbolehkan membuka kantor.

Birma erlaubt erstmals seit Jahrzehnten private Tageszeitungen
Foto: Reuters

Di masa rejim yang lampau hanya kantor berita Cina Xinhua dan harian Cina "Guangming Daily“ yang bisa bergerak relatif bebas di Myanmar dan memiliki koresponden khusus. Di masa itu berlangsung sensor media yang sangat ketat.

ek/vlz (afp, apd)