1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

May Day 2011 di Penjuru Dunia

1 Mei 2011

Puluhan ribu orang turun ke jalan di seluruh dunia pada May Day Minggu (01/05) untuk memperjuangkan hak-hak buruh di tengah situasi sulit ekonomi.

https://p.dw.com/p/117HQ
SILENT PROTEST © kabliczech #11410749
Foto: kabliczech

Sari Indonesia sampai Hongkong, dan dari Moskow hingga Paris, pemrotes berunjuk rasa dan turun ke jalan dalam demonstrasi yang sebagian besar berlangsung tenang, memperingati Hari Buruh Sedunia.

Unjuk rasa anti-Kremlin kalah jauh dari segi jumlah dibandingkan dengan demonstrasi pro-pemerintah yang diorganisir partai-partai dan serikat kerja pro-Kremlin. Kerumunan orang yang melambaikan balon dan bendera biru atau merah berkumpul di berbagai kota, dari Vladivostok hingga Moskow, dalam rapat umum yang ditata dengan hati-hati, mengingatkan pada era Soviet ketika 1 Mei merupakan salah satu hari libur nasional paling penting, merayakan sosialisme internasional.

Di pusat Moskow, aktivis berhaluan kiri Left Front mendesak rakyat Rusia untuk mengikuti contoh dunia Arab dan menentang para pemimpin mereka. Para aktivis mengulang-ulang seruan 'Entah itu Kairo atau Moskow, hanya dengan perjuangan kau bisa mendapatkan hak!.'

Di Perancis, National Front (FN) yang berhaluan kanan keras membuka tradisi pawai May Day "Joan of Arc" dengan pemimpin baru di baris terdepan, dan larangan potongan rambut skinhead serta sepatu boot. Marine Le Pen, putri pendiri FN Jean-Marie Le Pen yang sukses menggantikannya sebagai pemimpin bulan Januari, disambut tepuk tangan saat ia menempati posisinya di baris terdepan pawai di depan gedung opera tua di Paris.

Secara terpisah, lima serikat kerja utama merencanakan sekitar 200 unjuk rasa di penjuru Perancis, termasuk di timur Paris, menyerukan segera diambil tindakan untuk mengatasi melonjaknya biaya hidup, juga mengutuk rasisme.

Di Istanbul, ribuan pekerja berkumpul di lapangan simbolis di jantung ibukota Turki, memperingati May Day di tempat dimana puluhan orang tewas dalam aksi 34 tahun lalu. Sampai May Day tahun lalu, lapangan Taksim dinyatakan terlarang sejak pertumpahan darah pada unjuk rasa May Day 1977, ketika para pria bersenjata, diyakini militan kanan keras didukung anggota dinas rahasia, menembaki kerumunan yang tenang, menewaskan 33 orang dan memicu panik massal. Para penyerang tak pernah tertangkap. Keputusan pemerintah untuk membuka lagi lapangan itu bagi perayaan May Day muncul setelah parlemen mengembalikan hari itu sebagai libur nasional, tahun 2009.

Di Yunani, sekitar 15.000 buruh turun ke jalan di berbagai kota menentang tindakan penghematan yang dilakukan pemerintah di tengah krisis ekonomi. Serikat-serikat buruh menyerukan mogok umum tanggal 11 Mei, namun PM George Papandreou dalam pidato May Day menyerukan kepada "setiap orang untuk mendukung peluang terbesar yang dibutuhkan negara."

Di Hongkong, ribuan orang berunjuk rasa dalam prosesi yang gaduh, menyerukan UU pekerja yang lebih kuat. Sedikitnya 4.000 orang berpawai di kawasan pusat kota, membunyikan cymbal dan drum dalam protes menentang naiknya harga makanan dan sewa rumah. Mereka meneriakkan, "Akhiri eksploitasi buruh!"

Di Seoul, sedikitnya 50.000 buruh berkumpul meneriakkan slogan-slogan tuntutan kenaikan gaji dan jaminan kerja yang lebih baik, juga mencela pemerintah konservatif.

Di Indonesia, para pemrotes menyerukan jaminan sosial yang lebih baik. Tidak ada keadilan sosial bagi rakyat Indonesia tanpa jaminan sosial, demikian antara lain bunyi pernyataan bersama dari lebih 60 serikat kerja. Aksi digelar di berbagai kota, termasuk Jakarta, Surabaya, Semarang dan Makassar, di mana ratusan buruh gagal menduduki bandara internasional Sultan Hasanuddin.

afp, rtr/ Renata Permadi

Editor: Christa Saloh