1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Masuki Musim Hujan BNPB Imbau Masyarakat Waspada Bencana

25 Oktober 2018

Bencana akibat cuaca ekstrem dan meningkatnya curah hujan diperkirakan akan tetap dominan di Indonesia. Masyarakat diimbau waspada terlebih lagi sebagian wilayah Indonesia memasuki musim penghujan.

https://p.dw.com/p/37CBX
Indonesia West Sumatra -Häuser und Straßen wurden durch Flut und Erdrutsche beschädigt
Foto: BNPB

Demikian ungkap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan pers yang diterima DW hari Kamis (25/10).

"Saat ini, wilayah Indonesia akan memasuki musim penghujan, diperkirakan banjir, longsor dan puting beliung akan banyak terjadi," kata Sutopo.

"Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada. Kenali bahayanya dan kurangi risikonya."

Data BNPB mengungkapkan bahwa selama tahun 2018, bencana hidrometeorologi tetap dominan dengan 605 kejadian puting beliung, 506 kali banjir, 353 kebakaran hutan dan lahan, 319 kali longsor, serta 33 kali gelombang pasang dan abrasi.

Beberapa bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar yaitu banjir bandang di Lampung Tengah (26/2) menelan korban jiwa tujuh orang, longsor di Brebes, Jawa Tengah (22/2) dengan 11 orang meninggal dunia dan 7 orang hilang. Banjir bandang di Mandailing Natal (12/10) menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 2 orang hilang. 

Selama tahun 2018 hingga Kamis (25/10) tercatat sedikitnya 1.999 kejadian bencana di Indonesia. Jumlah ini akan terus bertambah hingga akhir 2018 mendatang. 

"Gempa bumi tidak dapat diprediksi secara pasti. Rata-rata dalam setahun terjadi 5.000 – 6.000 kali gempa. Gempa bumi dapat terjadi kapan saja terutama di daerah-daerah rawan gempa."

Belum siap hadapi bencana besar

Kerugian ekonomi yang ditimbulkan bencana cukup besar. Sebagai gambaran, gempa bumi di Lombok dan Sumbawa menimbulkan kerusakan dan kerugian Rp 17,13 triliun. Begitu juga gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah menyebabkan kerugian dan kerusakan lebih dari Rp 13,82 triliun. Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah.

Meski rawan bencana, Sutopo mengakui bahwa secara umum masyarakat dan pemerintah daerah belum siap dalam menghadapi bencana-bencana besar.

"Mitigasi bencana, kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan pengurangan risiko bencana masih perlu terus ditingkatkan." Pengurangan risiko bencana harus dimaknai sebagai investasi pembangunan nasional. Tanpa itu maka bencana akan selalu menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi yang besar.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa bencana bersifat multidisiplin, multisektor, multidimensi dan multikomplek yang saling berkaitan dan memerlukan penanganan yang komprehensif dan berkelanjutan.

"Indonesia adalah negara yang rawan bencana. Berbagai bencana selalu menyertai setiap tahunnya. Trend bencana juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun," ujar Sutopo.

Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlah korban meninggal dunia dan hilang akibat bencana pada tahun 2018 ini paling besar sejak 2007. Jumlah kejadian bencana, kemungkinan hampir sama dengan jumlah bencana tahun 2016 dan 2017 yaitu 2.306 kejadian bencana dan 2.391 kejadian bencana. Namun dampak yang ditimbulkan akibat bencana pada 2018 sangat besar.

ae/hp (bnpb)