1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mantan Presiden Korea Selatan Tewas Bunuh Diri

23 Mei 2009

Mantan presiden Korea Selatan, Roh Moo-Hyun, yang tengah dililit kasus korupsi, mengakhiri hidupnya dengan melompat dari tebing di belakang rumahnya. Bulan lalu, Roh diperiksa kejaksaan dalam kasus uang suap.

https://p.dw.com/p/Hvoy
Seorang penumpang kereta di Seoul membaca koran tentang kematian mantan presiden Korea Selatan Roh Moo-hyun, Sabtu (23/05).
Seorang penumpang kereta di Seoul membaca koran tentang kematian mantan presiden Korea Selatan Roh Moo-hyun, Sabtu (23/05).Foto: AP

Mantan presiden Korea Selatan Roh Moo-Hyun, yang tengah disorot karena skandal korupsi, tewas bunuh diri dengan terjun dari sebuah tebing setinggi 20-30 meter, Sabtu pagi waktu setempat (23/05). Polisi menyatakan saat ini tengah menyelidiki apakah Roh benar-benar bunuh diri.

Roh, yang pernah menjabat presiden Korea Selatan pada periode 2003-2008, meninggalkan kediamannya Sabtu pagi, ditemani oleh seorang pengawalnya. Mereka kemudian mendaki bukit di dekat rumahnya di desa Bonghoa, di wilayah pesisir tenggara Korea. Kepada media, mantan sekretaris presiden Moon Jae-In mengatakan, "Dia melompat tebing sekitar pukul 6.40 pagi. Dia juga meninggalkan pesan terakhir untuk anggota keluarganya."

Roh sempat dilarikan ke rumah sakit setempat dan kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Nasional Pusan. Pada pukul 9.30 waktu setempat, Roh Moo-Hyun dinyatakan meninggal dunia. Dalam sebuah pernyataan rumah sakit, Roh meninggal akibat luka berat di kepalanya. Selain itu, Roh mengalami patah tulang di beberapa bagian, termasuk iga dan panggul. Isi pesan terakhir Roh antara lain agar jasadnya dikremasi dan keluarganya meletakkan batu nisan kecil di desa kediaman terakhirnya.

Menjelang kematiannya, Roh Moo-Hyun tengah dililit kasus korupsi. Kasus tersebut berpusat pada pembayaran uang suap senilai satu juta dolar AS kepada istri Roh dari seorang pengusaha sepatu. Pengusaha itu disebutkan memberikan uang suap lima juta dollar AS kepada suami salah satu keponakan Roh.

30 April lalu, Roh diperiksa kejaksaan sebagai tersangka dan waktu itu pihak kejaksaan berencana akan menahan Roh. Mantan pengacara pembela hak azasi manusia Roh Moo-Hyun waktu itu menyatakan minta maaf atas keterlibatan keluarganya dan menyangkal keterlibatan pribadinya dalam kasus itu. "Saya sangat malu terhadap rekan-rekan senegara, “ ujarnya waktu itu. "Saya minta maaf karena mengecewakan Anda," tambahnya.


Roh Moo-Hyun Dulunya Dikenal sebagai Aktivis HAM

Mendiang mantan presiden Roh Moo-Hyun ketika masih menjabat.
Mendiang mantan presiden Roh Moo-Hyun ketika masih menjabat.Foto: AP

Mendiang Roh Moo-Hyun, merangkak dari nol dalam meniti karir politiknya. Roh lahir pada tahun 1946 di keluarga miskin di kota Gimhae, di wilayah tenggara Korea Selatan. Roh kemudian dikenal sebagai pengacara dan aktivis pembela hak azasi manusia mulai tahun 1981 ketika membela mahasiswa disiden yang mengalami penyiksaan akibat memiliki literatur yang dilarang beredar oleh pemerintah.

Di tahun 2002, Roh memenangkan pemilihan presiden. Kampanyenya waktu itu adalah memberantas korupsi dan menggunakan gelombang anti Amerika serta menggunakan internet sebagai media mengumpulkan pendukung dari kalangan profesional muda yang dulunya aktivis gerakan demokrasi di dasawarsa 1980an. Roh sempat menghadapi masa sulit ketika oposisi dari kubu konservatif menuntutnya telah melakukan pelanggaran kecil Undang-Undang Pemilu di tahun pertamanya sebagai presiden. Mahkamah Konstitusi Korea Selatan kemudian menghentikan gugatan itu.

Roh juga dikenal sebagai pendukung kritis "politik sinar matahari" dalam upaya rekonsiliasi dengan Korea Utara. Argumen Roh waktu itu, setiap sanksi terhadap Korea Utara justru akan memberatkan risiko peningkatan ketegangan hubungan kedua negara. Mendiang Roh mendapatkan pujian ketika mencapai kesepakatan pasar bebas dengan Amerika Serikat, memperbaiki sistem pemilu dan meningkatkan kewenangan seorang presiden. Roh kemudian digantikan Lee Myung-bak yang memenangkan pemilihan presiden terbuka. Lee waktu itu berkampanye akan membatalkan semua kebijakan ekonomi Roh dan mengakhiri pemberian bantuan tanpa syarat Korea Selatan kepada Korea Utara.

Pejabat Bunuh Diri di Korea Selatan Bukan Peristiwa Luar Biasa

Di Korea Selatan, aksi bunuh diri di kalangan pejabat pemerintahan bukan peristiwa luar biasa. Daripada menanggung malu, lebih baik mati, begitu prinsip yang dianut. Gubernur provinsi Jeola Selatan di tahun 2004 bunuh diri dengan melompat ke sungai. Walikota Pusan, tahun yang sama, mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di penjara. Keduanya terlibat kasus korupsi atau suap. Bunuh diri merupakan penyebab kematian keempat terbanyak di Korea Selatan.

LS/RP/rtr/afp/dpa/ap