1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mantan Duta Besar Taliban Menyerukan "Dialog"

24 Mei 2006

Saat Mullah Abdul Salam Saif masih menjabat sebagai duta besar Afghanistan di Pakistan tahun 2001, ia dikenal di seluruh dunia. Saif merupakan wajah dan suara pemerintahan Taliban.

https://p.dw.com/p/CJcw
Milisi Taliban
Milisi TalibanFoto: AP

Namun, setelah Taliban berhasil ditumbangkan, kedutaanya di Pakistan terpaksa ditutup. Saif pun ditangkap oleh pemerintah Pakistan, kemudian diserahkan pada Amerika Serikat. Selama tiga tahun dan sepuluh bulan ia menjadi tawanan Amerika Serikat. Paling lama ia ditahan di Guantanamo. Sejak akhir tahun lalu mantan diplomat ini hidup di Kabul. Sebagai orang biasa, demikian ia menjuluki dirinya. Kini, Abdul Salam Saif menyerukan untuk berdialog dengan Taliban:

Hanya melalui perundingan dan pengertian yang dapat menghasilkan sebuah solusi, dan bukan dengan perang. Kekerasan justru memperburuk situasi dan stabilisasi di Afghanistan tidak bakal dapat diraih.”

Saif menyerukan, agar semua pihak menghentikan perang dan bersedia duduk bersama duduk di meja perundingan. Ia khawatir akan negaranya, demikian dikatakannya. Afghanistan sedang mengalami fase paling berdarah sejak berakhirnya rejim Taliban. Terutama di bagian selatan dan timur, dimana jumlah milisi Taliban sangat besar dan mereka tidak pantang menggunakan kekerasan. Militer Afghanistan dan tentara asing pun bertindak dengan kekerasan, dan hal ini justru membuat masyarakat Afghanistan geram. Abdul Salam Saif mengatakan:

Kehadiran tentara asing yang selalu lama di Afghanistan oleh rakyat Afghanistan dirasakan sebagai masalah. Bagi mereka situasi ini seakan-akan tidak ada akhirnya. Sampai kapan, tentara-tentara itu berada di Afghanistan, menggeledah rumah-rumah dan menahan warga sipil karena dituduh teroris dan penyelundup.”

Salam Saif melanjutkan:

Jika ada 100 milisi Taliban, itu berarti, di sana mereka memperoleh dukungan kuat. Mereka mendapat bantuan dari luar. Oleh karena itu, sangatlah penting berdialog dengan Taliban, dan bukan hanya menuntutnya.”

Menanggapi pertanyaan apakah Salam Saif menjalin hubungan dengan pemimpin kelompok Taliban Mullah Omar. Ia mengatakan tidak, namun ia yakin, para pemimpin Taliban akan bersedia untuk berunding:

Taliban berasal dari Afghanistan. Mereka tidak mungkin merusak negaranya sendiri dan membunuh warga lainnya. Taliban ingin tetap tinggal di Afghanistan dan membantu sesama warganya. Akan tetapi mereka takut. Banyak dari mereka yang ditahan. Ini bukan merupakan jalan keluar.”

Salam Saif sendiri merasa tidak takut. Namun, ia mengatakan untuk sementara ini ia tidak bersedia kembali ke kampung halamannya di Kandahar.

Jika saya kembali ke kampung saya dan terjadi sesuatu, maka pemerintah akan mendatangi saya, menginterogasi saya dan mungkin akan menuduh, saya terlibat. Maka, saya kembali punya masalah.”

Karena itu, untuk sementara Mullah Abdul Salam Saif lebih memilih tinggal di sebuah rumah baru yang mewah di bagian barat kota Kabul, meskipun diawasi oleh pemerintah.