1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Makan Kacang Bisa Atasi Alergi Kacang

30 Januari 2014

Peneliti Inggris mengatakan alergi kacang bisa diatasi justru dengan memakannya di usia anak-anak. Sehingga tubuh bisa mentolerir kacang yang dikonsumsi secara tidak sengaja dan nyawa bisa terselamatkan.

https://p.dw.com/p/1AzUW
Foto: Fotolia/Werner Gölzer

Penderita alergi kacang terus bertambah di seluruh dunia. Sekitar 1 dari 50 anak-anak, khususnya di negara dengan penduduk berpendapatan tinggi menderitanya. Konsekuensinya bisa membahayakan nyawa.

Kacang adalah penyebab utama reaksi alergi makanan yang berakibat fatal. Hingga kini belum ada cara lain untuk menghindari reaksi tersebut selain tidak memakan kacang sama sekali. Suntikan seperti yang digunakan untuk penderita alergi serbuk sari terlalu beresiko.

Kamis (30/01/14), sekelompok peneliti Inggris mengatakan sebuah terapi eksperimental yang mereka lakukan terhadap anak-anak penderita alergi kacang berhasil membantu lebih dari 80 persen untuk bisa makan kacang secara aman.

Dosis terus bertambah

Sekelompok dokter di rumah sakit Addenbroke di Cambridge mulai mencampurkan dosis dua miligram tepung kacang ke dalam makanan 99 anak-anak berusia tujuh hingga 16 tahun yang alergi kacang. Perlahan dosisnya dinaikkan menjadi 800 miligram.

Penambahan dosis diberikan di fasilitas penelitian dimana anak-anak terus dipantau akan kemungkinan munculnya efek samping yang membahayakan. Reaksi yang sering terjadi adalah mulut yang gatal, sakit perut atau pusing.

Setelah melewati eksperimen selama enam bulan, lebih dari 80 persen anak-anak tersebut yang bisa makan lima kacang sekaligus secara aman. "Ini perubahan dramatis bagi kehidupan mereka," ujar Dr. Andrew Clark dari Universitas Cambridge yang memimpin penelitian tersebut. "Sebelumnya mereka tidak bisa mentolerir kacang dalam jumlah sesedikit pun."

Bukan untuk bisa makan kacang

Namun, para peneliti juga menegaskan walau hasil eksperimen tersebut menggembirakan, ini bukan sesuatu yang bisa ditiru oleh orang tua di rumah.

Tujuan eksperimen ini bukan lah untuk membantu anak-anak bisa memakan kacang dalam jumlah banyak. Tetapi untuk mencegah terjadinya reaksi alergi yang membahayakan nyawa jika mereka secara tidak sengaja memakan sesuatu yang ternyata mengandung kacang.

Clark mengatakan, cara kerja ekseperimennya adalah dengan 'melatih kembali' sistem kekebalan tubuh pasien supaya bisa secara bertahap mentolerir kacang. Ia memperkirakan anak-anak tersebut harus terus berlatih makan kacang selama beberapa tahun. Clark dan koleganya berencana menawarkan proses perawatan tersebut di klinik khusus alergi kacang dan memulai penelitian yang lebih luas cakupannya.

vlz/hp (afp, ap)