1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lawatan 4 Hari Presiden Turki ke Jerman

19 September 2011

Ketegangan Turki-Israel, ketegangan Turki-Siprus, serta kritik Turki terhadap Jerman mewarnai lawatan Presiden Abdullah Gül ke Berlin. Namun garis besar perbincangan Turki-Jerman adalah proposal keanggotaan Turki di UE.

https://p.dw.com/p/12cHq
Presiden Jerman, Christian Wulff (kanan) beserta Presiden Turki, Abdullah Gül, saat konferensi pers bersama di Berlin
Presiden Jerman, Christian Wulff (kanan) beserta Presiden Turki, Abdullah Gül, saat konferensi pers bersama di BerlinFoto: dapd

Jerman ingin mempererat hubungan politik dan ekonomi yang selama ini sudah terjalin dengan Turki. Pernyataan ini disampaikan Presiden Christian Wulff di tengah kunjungan empat hari rekan sejabatnya. Padahal Presiden Abdullah Gül sebelum lawatan sempat mengkritik kebijakan imigrasi Jerman yang ia nilai tidak manusiawi. Gül merujuk pada syarat kemampuan berbahasa Jerman bagi warga Turki untuk bisa bergabung dengan pasangannya di Jerman.

Pernyataan yang berusaha dinetralisir Gül saat di Berlin. "Semua warga Turki yang tinggal di Jerman dan ingin tetap tinggal disini berkewajiban untuk dapat berbahasa Jerman. Saya sudah pernah mengatakan ini sebelumnya, dan saya akan mengatakannya lagi, warga Turki yang ingin tinggal di Jerman harus mampu berbicara dalam bahasa Jerman," ralat Gül.

Gül beserta istri ditemani walikota Berlin, Klaus Wowereit (kanan) di depan gerbang Brandenburger Tor
Gül beserta istri ditemani walikota Berlin, Klaus Wowereit (kanan) di depan gerbang Brandenburger TorFoto: dapd

Kesepakatan baru menyangkut pajak

Lawatan Gül bertepatan dengan 50 tahun kesepakatan kerja yang berujung pada arus pekerja migran Turki ke Jerman. Kini Jerman-Turki memilih meniadakan kesepakatan pajak yang mengharuskan warga Turki yang mengadu nasib di Jerman membayar pajak pendapatan di kedua negara. Kesepakatan yang sangat berpengaruh bagi 3,5 juta warga Turki yang tinggal di Jerman.

Dalam kesempatan ini Turki kembali menegaskan keinginannya bergabung dengan Uni Eropa, dan menuntut negosiasi dapat berlangsung bebas prasangka. Wulff membenarkan bahwa negosiasi harus berlangsung terbuka dengan Uni Eropa dan bertujuan untuk mewujudkan keanggotaan penuh. Jerman mengaku netral mengenai proposal keanggotaan Turki. "Saat ini kami berada dalam tahap yang menunjukkan bahwa kami banyak memiliki kesamaan yang dapat direalisasikan. Sejumlah pendekatan baru juga menjadi bahan perbincangan kami," jelas Wulff.

Prospek keanggotaan Turki di UE

Presiden Gül juga dijadwalkan membahas ketegangan negaranya dengan Israel kala bertemu Kanselir Angela Merkel hari Selasa (20/9). Ketegangan Turki-Israel terus memuncak sejak bentrokan armada Gaza tahun 2010. Terlebih lagi, bulan Desember lalu Israel menyepakati garis pantai dengan Siprus sehingga kedua negara tetangga Turki tersebut dapat memulai eksplorasi gas alam di Laut Tengah. Ankara baru-baru ini mengancam membekukan hubungan dengan Uni Eropa apabila Siprus mendapat giliran menjabat presiden blok negara tersebut tahun depan.

Juru bicara bagian kebijakan luar negeri Uni Eropa mendesak Turki untuk menahan diri dari segala bentuk ancaman yang dapat menimbulkan friksi hingga berdampak negatif bagi hubungan Turki-Israel-Siprus, dan tentunya hubungan Turki dengan Uni Eropa. Namun Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan hari Senin (19/9) kembali melayangkan ancaman untuk segera memulai eksplorasi sumber daya alam dengan kawalan angkatan laut di Laut Tengah pekan ini.

dpa/afp/Carissa Paramita

Editor: Edith Koesoemawiria