1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lapangan Mutiara di Manama 'Dikosongkan' Paksa

16 Maret 2011

Pemerintah Bahrain menggunakan kekerasan untuk menghentikan aksi para demonstran. Di pagi hari setelah pemerintah menetapkan situasi darurat, Lapangan Mutiara di Manama 'dikosongkan' secara paksa.

https://p.dw.com/p/10ZqR
Aksi protes di gedung kedutaan Arab Saudi di ManamaFoto: dapd

Padahal di Lapangan Mutiara lah para demonstran bermarkas sejak berminggu-minggu. Saat matahari terbit, ratusan anggota pasukan keamanan mulai melancarkan serangan mereka. Kendaraan panser dan truk-truk yang penuh dengan tentara masuk ke kawasan tersebut. Polisi menembakkan senjata dan melemparkan granat gas air mata ke arah tenda-tenda para demonstran. 500 orang bermalam disana. Menurut saksi mata, aksi polisi sangat cepat. Banyak demonstran yang langsung melarikan diri.

Apakah pada aksi pagi ini (16/03) tentara asing juga terlibat, masih belum jelas. Senin lalu (14/03), pasukan asing dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah tiba. Satu hari kemudian, terjadi bentrokan di beberapa kota sekaligus. Paling parah terjadi di Sitra, dimana sebagian besar penduduknya adalah kaum Syiah. Informasi yang diperoleh dari Sitra tidak banyak. Namun, sepertinya kelompok bersenjata yang setia dengan pemerintah bekerja sama dengan tentara pemerintahan memburu para penduduk.

Seorang dokter melaporkan dari sebuah klinik, lebih dari 200 orang dilarikan kesana dengan luka yang disebabkan oleh peluru dumdum. 200 lainnya harus dirawat karena terkena gas air mata. Seorang pria muda dari rumah sakit Salmaniye di Manama menghubungi stasiun televisi Al Jazeera dan bercerita, "Tentara Bahrain dan Arab Saudi melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan di Bahrain. Ada banyak korban disini. Di Sitra korban tergeletak di jalanan. Kami tidak tahu keadaan mereka, karena kami tidak bisa kesana. Polisi menghentikan ambulans, petugas medis dipukuli. Beberapa diantara mereka dirawat di kamar yang sama dengan saya."

Menurut pernyataan resmi, tiga orang dikabarkan tewas. Namun, televisi resmi pemerintahan membantah laporan yang mengatakan, bahwa demonstran menembak seorang tentara Arab Saudi. Pemuka agama Syiah terpenting Bahrain meminta bantuan dunia Islam dan Dewan Keamanan PBB.

Selasa kemarin (15/03), ribuan orang berjalan dari Lapangan Mutiara ke gedung kedutaan Arab Saudi untuk memprotes keterlibatan tentara negara itu. Demonstrasi tidak dicegah oleh polisi dan berlangsung secara damai. Nabil Rajab dari 'Pusat Kemanusiaan' termasuk diantara para demonstran. "Situasinya kritis dan sangat buruk. Warga marah karena Arab Saudi dan negara Teluk lainnya mengirimkan tentara untuk mengganggu protes yang berjalan damai. Demonstran hanya menuntut hak politik mereka dan menjunjung hak asasi manusia. Kami tidak bisa menerimanya dan kami akan terus berjuang hingga pasukan tersebut meninggalkan negara ini."

Sementara itu, para pendukung oposisi kini memiliki pandangan, bahwa Amerika Serikat memberikan lampu hijau bagi pemerintah Bahrain untuk menyerang para demonstran. Karena, pemerintah di Washington hingga kini belum menuntut, agar pasukan dari negara-negara Teluk lainya segera keluar dari Bahrain.

Carsten Kühntopp / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Hendra Pasuhuk