1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman, Dunia Baruku

Valeria Anggraeny Budihardjo
1 Januari 2021

Untuk pertama kalinya di Jerman aku menonton konser musik dan opera. Kemudian pimpinan di Diakonie menawarkan kami ikut bermain teater. Oleh Valeria Anggraeny Budihardjo.

https://p.dw.com/p/3nKMp
Valeria Anggaeny bersama teman-teman "Deutsch Aktiv", Juli 2019
Valeria Anggaeny (paling kiri) bersama teman-teman "Deutsch Aktiv", Juli 2019Foto: Privat

Ketakutan yang pertama saat tinggal di Jerman adalah selain bahasa, juga pola hidup, budaya dan makanannya. Ketika itu aku harus sekolah bahasa untuk menyelesaikan B1 di VHS di kota tempat tinggalku. Dan benar saja, disini tak seorang pun yang kukenal. Mereka berasal dari Thailand, Ukraina, Bulgaria, Rumania, Turki, Suriah, Lebanon, Iran, Filipina, Moldavia, Polandia, Lithuania, Hungaria, Uighur, Yunani dan Rusia. Berbagai karakter kutemui di sini. Ketika saling mengenalkan diri, tak ada yang tahu dengan pasti dimana letak Indonesia. Maka saat perkenalan itu aku tunjukan di peta dimana letak negaraku. Mereka kaget, karena ternyata besarnya hampir sama dengan Australia.

Valeria Anggaeny Budihardjo
Valeria Anggaeny BudihardjoFoto: Privat

Temanku yang berasal dari Eropa Timur agak sombong, sering merasa lebih daripada kami yang berasal dari Asia, karena mereka menganggap kebanyakan pendatang dari Asia adalah akibat konflik, peperangan, sulit membaur dan egois. Tetapi pendapat mereka tak sepenuhnya salah, karena memang mereka yang berasal dari daerah konflik sulit membaur, seperti misal bekerja kelompok.

Tentang kultur budaya, orang Jerman sangatlah tepat waktu. Saat kursus di Goethe-Institut dulu, tentang hal ini sudah kudengar. Maka disaat sekolah bahasa di VHS inipun hal ketepatan waktu ternyata menjadi unsur penentu kenaikan kelas, selain juga tugas sekolah dan absensi. Beberapa temanku tidak naik kelas karena sering terlambat dan tidak masuk. Bahkan ada yang sempat mengulang ujian B1 sampai tiga kali.

Sebenarnya yang membuat grogi adalah saat ujian praktek lisan (mündliche Prüfung). Walaupun sebelumnya kami sudah berlatih tapi kenyataannya temanku ada yang tidak lulus. Aku punya tips sendiri. Ujian ini dibagi tiga sesi: pada sesi pertama adalah mengenalkan diri selama tiga menit, sesi ke dua menceritakan gambar juga tiga menit, dan sesi ke tiga kami harus berkomunikasi dengan partner dengan tema tertentu selama lima menit. Solusi untuk sesi pertama adalah memperkenalkan diriku dan negaraku. Sebelumnya aku menulis dulu dan kutunjukan guruku, dikoreksi dan aku minta di tes sebelumnya. Pas tiga menit. Karena kalau kurang dari tiga menit, akan ada peluang buat penguji untuk bertanya dan aku takut salah menjawabnya. Jadi sengaja kuhabiskan waktu yang diberikan itu. Sesi ke dua dan ke tiga aku berlatih dengan partner yang kupilih sendiri.

Pada akhirnya nilai yang kudapat dari sesi pertama ini paling tinggi. Kupikir aku harus berani bilang ke guruku untuk membantu mengujiku sebelumnya, terbukti ketika aku minta waktu guruku untuk menilai tugas persiapanku dia senang. Juga saat Integrationskurs, aku suka sekali.

Sedikit banyak aku tahu sejarah Jerman dan kehidupan politiknya. Di sini pun sekali lagi ketepatan waktu dan absensi juga sangat mempengaruhi kelulusan. Dari 33 soal yang diujikan, aku benar 31. Untuk syarat kelulusan dibutuhkan minimal benar 16.

Merayakan Natal bersama sebagian teman Theater Global Players, Desember 2019
Merayakan Natal bersama sebagian teman Theater Global Players, Desember 2019Foto: Privat

Kegiatan di gereja dan ikut berlatih teater

Setelah kursus bahasa, tidak serta merta bahasaku bisa lancar tanpa praktek secara benar. Bekerja pun tidak mudah tanpa pengalaman. Maka saat itu di gereja sedang membutuhkan orang untuk menghias altar. Bekerja di gereja sebagai tenaga sukarela sungguh membuatku senang, karena aku bisa bergaul, bekerja dan berbicara dengan orang Jerman yang terkenal sangat ortodoks. Dengan keterbatasan bahasa, mereka sering membetulkan kesalahanku dan senang karena mereka bilang aku ramah, tepat waktu dan tidak malu bertanya. Kenapa malu, daripada gak ngerti kan…

Kegiatanku lainnya adalah ikut Deutsch Aktiv yang diadakan oleh Diakonie (organisasi gereja). Di sini aku berusaha menjalin banyak komunikasi untuk melatih bahasaku, dan juga mencari informasi lainnya. Tidak hanya duduk dan berbicara, namun juga berkunjung  ke Museum, ke Weihnachtsmarkt (pasar natal), dan bahkan kami pernah berkunjung ke gedung parlemen di Stuttgart. Di Deutsch Aktiv kami punya kesempatan lebih banyak untuk berkomunikasi.

Di Diakonie juga ada kegiatan lain yang kuikuti, yaitu Chor dan Teater. Di sini temanku berbeda lagi. Chor bukan dunia baru bagiku, karena di Surabaya dulu aku juga ikut Chor. Untuk pertama kalinya di sini aku menonton konser musik dan opera. Kemudian pimpinan di Diakonie menawarkan kami ikut bermain teater juga. Teater adalah hal baru bagiku, walaupun suka tapi belum pernah ikut secara profesional. Tapi justru di Jerman inilah aku berlatih secara profesional, dan bahkan bulan November kami rencananya akan tampil (kemudian batal karena corona).

Aku ingat betul, kata-kata guru bahasaku: di sini kalian bisa mengubah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dan sutradara di teater bilang, mungkin dari sini akan membuat kalian jadi terkenal. Wah…..

Sebetulnya banyak kelucuan saat berlatih teater. Cerita yang kami mainkan adalah Aladin. Kami agak sulit untuk menghafal dan mengekspresikan, bahkan pengucapan bahasa pun kadang sulit kami lakukan.. disini aku berperan sebagai Chalida, tante dari Aladin yang sering jengkel dengan tingkahnya. Dan akhirnya nama panggilan kami berganti dengan nama peran kami di teater hahaha…ini menjadikan kami lebih akrab satu dengan lainnya.

Kunci dari semuanya iadalah ramah, tidak malu, dan bisa menempatkan diri di manapun kita tinggal. Maka kita pun akan mudah bergaul dan berkomunikasi dengan siapa saja. Jerman benar-benar dunia baruku saat ini.

*Valeria Anggraeny Budihardjo datang ke Jerman thn 2015 dan tinggal di Göppingen, dekat Stuttgart. Ibu rumah tangga, berkegiatan main Teater dan paduan suara bersama Zebra. Kegiatan lainnya mengajak teman warga asing, khusus wanita, ikut dalam Deutsch Aktiv. Seharusnya sejak November 2020 mengikuti pelatihan sebagai Altenbegleiterin, namun terhenti karena pandemi.

**DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: dwnesiablog@dw.com. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri. (hp)