1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kursi Panas PDIP buat Jokowi

27 Januari 2015

Kisruh seputar Budi Gunawan menjadi ujian politik terbesar di 100 hari pertama pemerintahan Joko Widodo. Ketika tekanan memuncak, PDIP justru bermanuver melewati sang presiden demi kepentingan sendiri.

https://p.dw.com/p/1ER11
Indonesien Präsidentschaftswahlen Joko Jokowi Widodo 22.07.2014
Foto: Reuters

Belum seratus hari berkuasa, gejolak membalut internal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyusul kisruh seputar pencalonan Budi Gunawan. Politisi senior PDIP, Effendi Simbolon melayangkan bola panas ke arah Istana. Ia menilai, kini saat yang tepat "buat memakzulkan Presiden Jokowi."

"Siapa pun yang punya peluang menjatuhkan Jokowi, saatnya sekarang, karena begitu banyak celahnya dan mudah-mudahan dua-duanya yang jatuh," ujarnya seperti dilansir situs Tempo.

Effendi terutama menyoroti manajemen krisis pemerintahan Jokowi terkait kisruh antara Polri dan KPK. Menurutnya, Jokowi seharusnya bisa lebih tegas dalam menengahi konflik kedua lembaga tersebut.

Ketika situasi memanas, "muncul Presiden yang bicara dua tiga menit, tapi tidak tahu ngomong apa," tukasnya lagi.

Manuver PDIP Sudutkan Jokowi

Effendi Simbolon bukan tokoh partai pertama yang menohok Istana. Belum lama ini Hasto Kristiyanto membenarkan pertemuan antara ketua KPK Abraham Samad dengan sejumlah tokoh PDIP serta calon Kapolri Budi Gunawan terkait pencalonannya sebagai wakil presiden.

Dalam pernyataannya Hasto mengisyaratkan dendam Samad kepada Budi Gunawan yang menggagalkan ambisinya mendampingi Jokowi ke Istana Negara. Pernyataan Hasto tidak cuma memanaskan situasi, tetapi juga secara tidak langsung mempersulit posisi Jokowi.

Bahwa PDIP ikut bermain di balik kisruh KPK versus Polri, sudah menjadi dugaan umum. Sebagian meyakini, Budi Gunawan adalah sosok yang dijagokan oleh Megawati. Dugaan tersebut diperkuat oleh pernyataan Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Sutiyoso.

Bola Panas Berupa Budi Gunawan

Menurutnya, saat menghadiri rapat tertutup di rumah Megawati 13 Januari silam, bekas orang nomor satu di Indonesia itu mempertanyakan alasan KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka. Ironisnya koalisi pimpinan PDIP tetap ngotot menggolkan Gunawan sebagai calon kapolri lewat jalur parlemen, bukan melalui Istana Negara yang notabene dikuasai oleh kader sendiri.

Sehari setelah pertemuan di jalan Teuku Umar itu, DPR meloloskan Budi Gunawan sebagai calon tunggal melalui uji kelayakan dan kepatutan. Lalu muncul gelombang serangan kepada KPK yang dilakukan Hasto Kristiyanto dan Sugianto Sabran. Sabran adalah politisi PDIP yang melaporkan wakil ketua KPK, Bambang Widjojanto ke Mabes Polri.

Maka tak heran jika komentar bernada miring bermunculan. Peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Syamsuddin Haris, menduga "Jokowi sudah di-fait accompli oleh Mega supaya mengajukan Budi Gunawan,” ujarnya kepada Tempo.

rzn/vlz