1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

151209 Kopenhagen Klima Jugend

17 Desember 2009

Tidak pernah ada anak muda sebanyak ini dalam KTT Iklim. Tetapi karena kurangnya tempat, mereka tidak bisa masuk ke gedung konferensi Bella Center di hari-hari terakhir yang menentukan.

https://p.dw.com/p/L6Jo
Bella Center semakin ramai menjelang akhir perundingan KTT Iklim.Foto: AP

Anak muda yang datang ke Kopenhagen sangat kecewa. Juga Ruchi Jain dari India, yang mengatakan: “Kita sudah membagi diri ke berbagai kelompok kerja dan memikirkan, apa yang dapat kita lakukan di luar. Tetapi kita sangat kecewa karena tidak dapat masuk ke Bella Center. Banyak yang menempuh perjalanan ribuan kilometer, kami sudah bekerja keras untuk datang ke sini, kami sudah mengabaikan kuliah, kami sudah menabung biayanya sendiri. Kalau mereka tidak mau kita disini, mereka seharusnya mengaatakan dua bulan lalu. Cukup dengan: Maaf, tempatnya tidak cukup, kalian tidak bisa masuk.“

Ruchi Jain bekerja untuk organisasi www.350.org di India dan sejak setahun bekerja penuh waktu di gerakan iklim anak muda India. Ia pergi ke Kopenhagen untuk menyuarakan kekhawatiran anak-anak muda.

Tetapi baik PBB maupun pihak penyelenggara Denmark tidak memperhitungkan adanya desakan massa sebesar ini di konferensi iklim. Sekitar 45 ribu orang ingin masuk tetapi gedung konferensi Bella Center hanya dapat menampung 15 ribu. Di minggu terakhir yang menentukan semakin banyak yang datang ke Kopenhagen, sehingga tidak ada tempat lagi di sana dan akses masuk bagi LSM sangat terbatas.

Anak-anak muda di Kopenhagen ini harus banyak berkorban untuk bisa datang dan harapan di negara asalnya juga besar sekali. Agustine Njaamnshi dari organisasi aliansi iklim Afrika di Kamerun menceritakan, ibunya bertanya, apa sih Kopenhagen ini? Kenapa ini selalu menjadi bahan pembicaraan? Apakah ini sebuah produk baru? Jawaban Augustine: "Bukan, ini bukan produk baru, tetapi ini akan menjadi sesuatu yang baru dan ini akan mengubah hidupmu. Kopenhagen adalah harapan kami, karena itu kami membicarakannya. Kopenhagen adalah sebuah produk yang belum pernah kita lihat sebelumnya, ini akan mengubah hidup kita. Setelah itu kamu bisa bilang, apakah Kopenhagen bagus atau tidak.“

Sekarang di tahapan perundingan yang menentukan, suara generasi yang harus menanggung hasil perundingan, hampir hilang total. Hanya karena kekurangan tempat di gedung konferensi. Padahal suara mereka penting sekali, demikian pimpinan delegasi Greenpeace, Martin Kaiser.

“Ini adalah hal yang menyegarkan dan ini juga ada akibatnya. Karena para juru runding juga akan melihat, bahwa mereka juga manusia, yang mungkin juga punya anak dan dengan demikian punya tanggung jawab lebih dari jabatannya. Karena itu, penting sekali dilibatkan suara generasi yang nantinya harus lebih berjuang dengan akibatnya daripada kita sendiri.“

Selain itu, menurut aktivis asal India Ruchi Jain, para delegasi juga dapat belajar sesuatu dari kaum muda. Yaitu bagaimana anak muda dari berbagai negara ini bisa bersatu dalam tema politik iklim. Mereka tidak punya perbedaan pendapat dan kepentingan.

Untuk makan satu kali di Kopenhagen Augustine Njaamnshi asal Kamerun harus mengeluarkan uang lebih banyak, dari yang dibutuhkan keluarganya untuk makan selama dua hari. Karena itu ia cuma makan sehari sekali untuk berhemat. Namun ini bukanlah hal yang paling parah, menurutnya. Yang paling buruk adalah, bahwa ia tidak akan bisa memberikan kabar baik ke ibunya dan kehilangan harapan di Kopenhagen.

Helle Jeppesen/Anggatira Rinaldi
Editor: Asril Ridwan