1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kunjungan PM Cina Wen Jiabao Ke Afrika Selatan

23 Juni 2006

Seperti direncanakan sebelumnya Perdana Menteri Cina Wen Jiabao tidak mau terikat pada komitmen.

https://p.dw.com/p/CPDZ
PM Cina Wen Jiabao di Afrika
PM Cina Wen Jiabao di AfrikaFoto: AP

Akan tetapi Wen Jiabao menjanjikan akan lebih ketat mengontrol serta membatasi ekspor garmen ke Afrika Selatan. Produk garmen murah asal Cina membanjiri pasaran benua itu. Diperkirakan di Afrika Selatan saja sedikitnya 25.000 pekerja kehilangan pekerjaannya akibat import murah dari Cina.

Walaupun serikat buruh Afrika Selatan COSATU menentang dan mengritik keras kunjungan pertama Perdana Menteri Cina ke Afrika Selatan, tetapi seperti negara-negara Afrika lainnya, Afrika Selatan juga mengadakan pendekatan dengan negara adidaya Asia itu. Seorang pejabat Kamar Dagang dan Industri Afrika Selatan Cheso Madona mengatakan, pada dasarnya yang diupayakan tentu lebih banyak daripada beberapa komitmen saja. Cheso Madona menjelaskan:

“Jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki masalah yang sama, kami mempunyai komitmen yang lebih menguntungkan. Namun, menurut saya, hal ini janganlah mendominasi kunjungan Perdana Menteri Cina, sebab yang diupayakan di sini jauh lebih penting. Kami sedang memperluas hubungan kemitraan kami.”

Tepatnya, Afrika Selatan akan memanfaatkan semua peluang.

Perdagangan bilateral antara Cina dan Afrika Selatan meningkat empat kali lipat selama enam tahun belakangan ini. Volume perdagangan bilateral kedua negara itu mencapai nilai 40 milyar dolar. Sejak tahun 1998 Afrika Selatan dan Cina membuka hubungan diplomatik. Dan sekarang, negara itu merupakan mitra perdagangan Cina terbesar di benua Afrika. Hampir semua negara Afrika bekerjasama dengan Cina di bidang perdagangan, karena Cina tidak banyak persyaratan dan tidak terlalu mengusik soal pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di negara mitra dagangnya. Oleh karena itu, Afrika Selatan tentunya tidak ingin ketinggalan.

Di Angola Wen Jiabao menjanjikan pemberian kredit sebesar 1,6 milyar Euro, untuk membantu pembangunan kembali di negara itu. Jelas, Cina punya maksud tertentu. Angola merupakan pemasok minyak mentah terbesar untuk Cina. Bersamaan dengan itu setiap tahunnya milyaran dolar dari keuntungan penjualan minyak Angola mengalir ke kantong-kantong pejabat pemerintahan. Sementara rakyatnya tetap menderita. Menurut pendapat sejumlah pengritik, Cina hanya mempunyai satu kepentingan:

“Hasrat memiliki stabilitas dan ketertiban tidak kunjung terpenuhi, situasi ini mengingatkan kita pada zaman apartheid. Cina hanya memberikan pekerjaan, namun sama sekali tidak memikirkan hukum kerja, apalagi hak asasi manusia.”

Profesor Robert Schrirer dari Universitas Capetown mengamati kunjungan Perdana Menteri Cina dengan penuh kecurigaan. Apalagi tidak ada kontrak yang ditandatangani Cina, melainkan hanya melontarkan janji belaka akan tunduk pada peraturan yang ada. Sejumlah pengamat mempunyai penilaian yang sama seperti Schrirer. Situasi ini merupakan dampak dari imperialisme tidak berperikemanusiaan Cina di benua Afrika.

Dalam perjalannya ke Afrika Perdana Menteri Wen Jiabao sudah melawat ke Mesir, Ghana, Kongo dan Angola. Setelah dari Afrika Selatan ia meneruskan perjalanannya ke Tansania dan Uganda.