1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kunjungan Bosworth di Korut Tanpa Hasil Berarti

10 Desember 2009

Stephan Bosworth, utusan khusus AS telah menyelesaikan kunjungannya di Pyongyang. Kunjungan ini bertujuan untuk membicarakan kemungkinan Korea Utara kembali ke meja perundingan 6 negara, membahas sengketa nuklir.

https://p.dw.com/p/KzAU
Stephen Boswort ketika tiba di bandara udara PyongyangFoto: AP

Stephen Bosworth tiba di ibukota Korea Utara Selasa lalu (08/12) untuk pertemuan dengan para pejabat tinggi Korea Utara. Namun selama kunjungan tersebut, Bosworth tidak dijadwalkan untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Il.

Stephen Bosworth tidak menerangkan secara rinci hasil pertemuan tersebut. Tapi kantor berita Cina, XinHua mengutip komentar Bosworth saat berada di bandara Sunan, Pyongyang. Ia mengatakan bahwa pertemuan tersebut sangat bermanfaat. Setibanya di Seoul, Bosworth mengatakan, hari Kamis (10/12) ini, belum ada jadwal pasti, kapan Korea Utara akan kembali ke meja Perundingan.

Oktober lalu, dalam kunjungan Wen Jibao, perdana menteri Cina ke Korea Utara, Kim Jong Il telah mengisyaratkan bahwa negaranya mungkin saja kembali pada meja perundingan sengketa nuklir, bila Amerika Serikat mengirimkan seorang utusan.

Pada tahun 2005 dalam pertemuan di Cina, sebuah pembicaraan negoisasi diselenggarakan dengan dihadiri oleh Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, Rusia dan Amerika Serikat. Dalam perundingan 6 negara itu, Korea Utara sempat berjanji untuk mengakhiri program nuklirnya. Sejak itu, Pyongyang tidak pernah menepati perjanjian itu. Pemerintah Pyongyang keluar dari meja perundingan April lalu, setelah Dewan Keamanan PBB memperingatkan negara itu setelah uji coba roketnya.

Seorang pejabat Amerika Serikat di Washington mengatakan, dengan kondisi yang tidak jelas dari kunjungan Bosworth tersebut ke Korea Utara,dibutuhkan adanya pertemuan lain. Pejabat itu mengatakan bahwa pada akhir prosesnya, diharapkan ada jawaban ya, tidak atau mungkin, tapi hasil pertemuan yang tidak jelas ini, tidak mengejutkan, dan nampaknya perlu ada pertemuan kedua untuk menjelaskan apa yang tengah dipersiapkan Korea Utara.

Para pengamat mengatakan bahwa krisis ekonomi yang melanda Korea Utara memaksa negara itu untuk kembali ke meja perundingan, dengan harapan untuk mendapatkan bantuan, melalui taktik memberikan janji baru untuk menghentikan program nuklirnya. Aidan Foster-Carter, pengamat Korea dari Universitas Leeds menulis bahwa ini merupakan lubang yang digali sendiri oleh Pyongyang, seperti yang sudah sudah, dengan tetap menolak bahkan mengigit tangan yang ingin membantunya keluar dari sana.

Seorang pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa Korea Utara tengah mencari keuntungan ekonomi dengan menggunakan perjanjian tahun 2005, walaupun Korea Utara dikenakan sanksi PBB atas uji coba nuklirnya pada Mei lalu. Sebelum uji coba nuklir pada Mei lalu, Korea Urara memproduksi 50 kilogram plutonium, yang cukup untuk membuat 6 hingga 8 senjata nuklir.

Amerika Serikat, juga negara negara lain, ingin agar Korea Utara menghormati kesepakatan 6 negara dari tahun 2005 tersebut.

MH/HP/afp/rtr