1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kudeta di Thailand, Damai dan Tenang

Sutiara21 September 2006

Dua puluh empat jam setelah kudeta yang dipimpin oleh pemimpin militer Thailand, Jenderal Sonthi Boonyaratglin, suasana di Bangkok dan kota-kota lain di Thailand tampak sepi dan tegang.

https://p.dw.com/p/CJal
Jendral Sonthi Boonyaratglin
Jendral Sonthi BoonyaratglinFoto: AP

Penduduk seakan-akan menanti peristiwa apa yang bakal terjadi menyusul kudeta yang singkat dan damai pada Selasa (19/09) malam lalu. Jalanan lengang, toko-toko banyak yang tutup lebih awal, bahkan banyak yang tutup sama sekali. Perkantoran lokal dan asing baik yang berada di Bangkok dan sekitarnya memulangkan pegawainya ke rumah-masing-masing.

Rabu (20/09) pagi hari, siaran televisi tampak terganggu, khususnya Channel 9 yang merupakan statsiun televisi terbesar Thailand, juga saluran-saluran televisi asing seperti CNN dan BBC. Orang baru sadar, telah terjadi pergantian pemerintahan setelah diperintahkan pulang ke rumah oleh pimpinan kantor. Murid murid sekolahan pun diliburkan satu hari.

Beberapa jam kemudian, Jenderal Sonthi mengadakan konferensi pers di hadapan para diplomat dan wartawan, menetapkan diri sebagai penjabat perdana menteri menggantikan Thaksin Sinawatra. Ia menjanjikan akan membentuk pemerintahan sipil dalam tempo dua minggu ini dan menjadwalkan pemilu pada bulan Oktober tahun 2007 mendatang.

Sonthi memutuskan melancarkan kudeta yang rencananya dibahas dua hari bersama sama ARC (Adminitrative Reform Council) pada saat penjabat Perdana Menteri Thaksin Shinavatra sedang berada di New York. Keputusan ini diambil setelah dilancarkannya kritik tajam terhadap perilaku Taksin yang dituding sebagai koruptor. Itu sebabnya, ARC membentuk tim khusus penyelidik korupsi, khususnya penyelidikan atas aset aset yang dimiliki Thaksin. Kudeta berjalan mulus tanpa setetespun darah tumpah.

Raja Thailand Bhumibol Abdulyadej telah memberi pernyataan di televisi bahwa ia mendukung kudeta militer ini. Pernyataan ini diumumkan setelah ia bertemu dengan Jendral Sonthi Boonyaratglin yang baru saja menetapkan dirinya sebagai penjabat perdana menteri.

Ribuan rakyat turun ke jalan dengan suka rela mendukung pergantian pemimpin itu. Kudeta ini merupakan gabungan antara militer dengan kepolisian Thailand yang mayoritas mendukung kepemimpinan Jenderal Sonthi.

Jenderal Sonthi dianggap sebagai generasi muda militer Thailand yang meroket namanya dengan cepat. Lulusan Akademi Militer Kerajaan Chulaochomklao tahun 1969 ini, diangkat sebagai pimpinan militer Oktober tahun lalu. Ia mendapat banyak sorotan media, terutama dalam upaya menangani kerusuhan di Thailand Selatan.
Dilaporkan, masih terjadi dialog antara kelompok militer yang pro Thaksin dengan kelompok militer yang mendukung Jenderal Sonthi.