1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

KTT Iklim Tentukan Masadepan Kemanusiaan

15 Desember 2009

KTT Iklim di Kopenhagen seharusnya tidak sekedar menentukan sasaran perlindungan iklim.

https://p.dw.com/p/L33l
Para aktivis dari negara kepulauan Tuvalu menuntut perjanjian iklim yang membela kepentingan warga di negara-negara kepulauan.Foto: AP


Konferensi Tingkat Tinggi Iklim di Kopenhagen tetap menjadi tema komentar dalam tajuk harian-harian internasional.

Harian liberal kiri Inggris The Guardian yang terbit di London dalam tajuknya berkomentar : KTT Iklim merupakan perang untuk menetapkan definisi baru mengenai kemanusiaan. Hal itu sangat sulit bagi sebuah spesies, yang sudah terbiasa terus-menerus melanggar ambang batas. Padahal, untuk dapat tetap eksis, kita tergantung dari pengertian bahwa kita harus hidup di dalam batasan. Praduga dari KTT ini adalah, era kepahlawanan telah lama berlalu. Kita berada dalam era saling memberi dan menerima. Tapi kita tidak dapat hidup lebih lama tanpa sikap menahan diri.

Harian Belanda de Volkskrant yang terbit di Amsterdam berkomentar : Sebuah konflik lama antara negara kaya melawan negara miskin kembali berkobar. Negara-negara berkembang dari Afrika mengancam akan meninggalkan Kopenhagen, jika negara kaya tidak menetapkan janji tegas menyangkut pengurangan emisi karbon dioksida. Baru setelah itu, mereka bersedia membicarakan tindakan perlindungan iklim. Konfliknya memuncak seputar pertanyaan, apa yang seharusnya dilakukan dengan Protokol Kyoto? Negara-negara miskin tetap menuntut, agar mereka tidak dibebani kewajiban apapun. Tapi negara industri maju menghendaki kesepakatan baru, dengan tuntutan kepada negara di ambang industri seperti misalnya Cina. Ancaman Afrika, menunjukkan meningkatnya rasa percaya diri dari negara-negara berkembang, dan mereka juga sukses dengan tekanannya. Kini yang dibicarakan terutama mengenai kesepakatan penerus Protokol Kyoto.

Harian Perancis L'Alsace yang terbit di Mülhausen berkomentar : Dunia tidak boleh mati. Dan juga tidak ada satupun penanggung jawab politik, yang akan berdatangan ke babak akhir konferensi di ibukota Denmark, bersedia bertanggung jawab bagi kegagalannya. Pasti dapat tercapai kesepakatan. Akan tetapi semuanya tergantung dari bagaimana bentuk kesepakatannya. Kopenhagen merupakan kesempatan yang fantastis, untuk menarik perhatian rakyat menyangkut pemborosan energi. Dalam tema ini KTT Iklim sudah mencatat sukses. Tapi jangan harapkan akan muncul keajaiban di Kopenhagen.

Terahir harian Swiss Tages Anzeiger yang terbit di Zürich berkomentar : Dengan sedikit keberuntungan, KTT Iklim di Kopenhagen akan berakhir dengan kesuksesan bagi aliansi negara-negara kepulauan. Karena pada dokumen penutup akan dicantumkan pasal mengenai asuransi ganti rugi bagi negara-negara kepulauan, yang paling menderita dampak perubahan iklim. Baik akibat gagal panen atau akibat banjir. Untuk pertama kalinya terdapat sistem baru untuk membayar ganti rugi, dengan bantuan lewat prinsip asuransi. Perusahaan asuransi dalam dasawarsa lalu meraup keuntungan besar dengan membebani ongkos lingkungan. Kini para korban perubahan iklim harus ikut menikmati keuntungan tersebut.

AS/AR/dpa/afpd