1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

KTT Donor Palestina di Paris: Bantuan Tidak Digunakan di Jalur Gaza

17 Desember 2007

Presiden Prancis Nicloas Sarkozy menyerukan agar pembentukan negara Palestina bisa dilakukan secara resmi tahun 2008.

https://p.dw.com/p/CcpY
Presiden Nicolas Sarkozy dan Presiden Mahmud Abbas dalam KTT Donor Untuk Negara Palestina di ParisFoto: AP

Sarkozy mengemukakan hal ini saat membuka Konferensi donor untuk palestina di Paris. Dikatakan Sarkozy, sebelum akhir tahun 2008 nanti, negara Palestina seharusnya sudah bisa didirikan.

"Suatu negara Palestina yang merdeka dan demokratis, yang di dalamnya semua rakyat Palestina bisa menemukan kembali hidupnya. Suatu negara yang cinta damai, yang bisa jadi mitra terpercaya dari negara tetangganya - terutama untuk Israel."

Kata kuncinya memang kooeksistensi, hidup berdampingan secara damai dengan Israel. Karenanya, ia menyerukan kelompok ekstrimis Hamas yang menguasai Jalur Gaza, untuk meninggalkan jalan kekerasan dan mengakui hak hidup Israel. Di lain pihak, Sarkozy juga menyerukan Israel untuk mengakhir pendudukan dan pembangunan pemukiman Yahudi di Palestina.

Presiden Palestina Mahmud Abbas menegaskan, bantuan internasional mutlak diperlukan untuk menghindari terjadinya suatu bencana sosial di Palestina. Dikatakan Mahmud Abbas dalam pidatonya di depan para pejabat tinggi negara dan lembaga donor internasional:

"Saya mohon Anda semua untuk meningkatkan segala upaya, dalam kesempatan yang bersejarah ini demi menghindari bencana ambruknya perdamaian. Jalan perdamaian adalah jalan masa depan. Bukan jalan pendudukan, ketidakadilan atau ekstrimisme. Tahun 2008 mestilah diwujudkan sebagai tahun perdamaian. Dan seluruh dunia harus mendukung segala upaya untuk mencapai tujuan ini."

Sebagian besar negara donor menginginkan agar bantuan dana tidak digunakan di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, seteru kelompok Fatah pimpinan Mahmud Abbas. Namun Mahmud Abbas menegaskan tidak mungkin mengecualikan Gaza. Kendati Hamas sendiri mengesampingkan Mahmud Abbas dan menuding Pertemuan Paris, sebagai acara untuk memperkuat cengkeraman Israel di Palestina.

Pertemuan Paris dihadiri hampir 90 negara dan lembaga donor. Palestina mengharap bantuan internasional sekitar 5,6 milyar Dolar, atau sekitar 50 trilyun Rupiah. Amerika menjanjikan 550 juta Dolar, sedangkan Uni Eropa menjanjikan 650 juta Dolar. Komisiaris urusan hubungan luar negeri Uni Eropa, Benito Ferrero Waldner menjelaskan:

"Ini adalah bantuan yang kami fokuskan untuk tahun 2008, yakni sebesar 650 juta Dolar AS. Ini jumlah yang amat besar. Harus diingat, bahwa di luar itu, Uni Eropa secara keseluruhan dalam tahun ini saja telah memberikan 1 milyar Euro atau sekitar 1,4 milyar Dolar. Meliputi dana yang diberikan oleh Komisi Eropa dan juga yang diberikan masing-masing negara anggota Uni Eropa. Jadi untuk tahun 2008 ini pun, di luar 650 juta Dolar yang dijanjikan Uni Eropa, , masih akan ada dana bantuan lain yang diberikan terpisah oleh negara-negara anggota."

Memang, dalam Pertemuan itu sejumlah negara Uni Eropa menjanjikan bantuan secara terpisah. Prancis sebesar 300 juta dolar, Jerman sekitar 280 juta dolar, dan Swedia 210 juta dolar.

Yang jadi soal adalah penyaluran dana bantuan. Palestina menginginkan agar dana yang disalurkan melalui badan-badan internasional tak melebihi 70 persen. Palestina meminta agar 70 persen bantuan, atau sekitar 4 juta Dolar dikucurkan melalui anggaran Palestina sendiri. Untuk itu, perdana menteri Salam Fayyad memapar program reformasi di tubuh pemerintah Palestina, yang selama ini dituding korup.