1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sepak BolaJerman

Luka Kroos, Duka Jerman

Hardimen Koto
Hardimen Koto
6 Juli 2024

Pedih. Sesak. Sakit. Itu yang terekam di Stuttgart Arena Jumat malam: Jerman kandas atas Spanyol di ujung extra-time. Hardimen Koto mengulasnya.

https://p.dw.com/p/4hxSe
Reaksi Toni Kroos setelah Jerman dikalahkan Spanyol di laga 8 besar Euro 2024
Toni Kroos (tengah) usai kekalahan Jerman dari Spanyol di babak perempat final Euro 2024Foto: Dean Mouhtaropoulos/Getty Images

Duel Jerman v Spanyol bak ring tinju yang mementaskan kelas berat. Ada sederet nama beken di situ. Salah satunya Toni Kroos, midfielder hebat yang kembali ke (Timnas) Jerman demi Euro 2024.

Tapi, Kroos dalam laga di Stuttgart ini seperti memikul beban. Sangat berat. Dia tak lepas, tak menunjukkan kelas layaknya pemain bintang dengan koleksi 34 mahkota juara di banyak event.

Kroos main lugas, kasar dan dalam interval 7 menit sudah dua kali membuat Pedri terkapar sebelum meninggalkan lapangan tertatih-tatih.

Pedri, anak muda Barcelona itu diganti Dani Olmo, gelandang asal RB Leipzig. Sejak itu, duel Jerman v Spanyol yang awalnya membosankan, mulai menarik.

Olmo, yang kerap menusuk, selalu dimatikan Kroos. Sampai datang sebuah assist berkelas dari Lamine Yamal, bocah 16 tahun, yang begitu terukur dari sisi kanan dan diselesaikan Olmo dengan indah.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Jerman tersentak. Berkali-kali Kroos coba membangkitkan semangat. Sejarah Euro menjelaskan, tidak pernah ada tim tuan rumah yang kandas di perempat final. Jerman pun, dalam dua turnamen besar, 14 kali di Piala Dunia dan 4 kali di Euro, selalu lolos dari perempat final. Ini rekor di antara tim-tim Eropa.

Itu sebabnya, Kroos optimis bisa menyamakan kedudukan. Itu sebabnya, Kroos habis-habisan. Dia, pastinya, tidak ingin gantung sepatu dengan luka, bukan di semifinal, final dan juara.

Kroos ingin kariernya sebagai pemain dengan kenangan keren. Maka, Kai Havertz, Jamal Musiala sampai Müller, Füllkrug, Wirtz, tak henti-hentinya dialirkan bola: mencoba peruntungan. Dan itu, mayoritas dari usaha Kroos. Mereka berjibaku, total, tanpa kompromi.

Spanyol, sesungguhnya, tak kalah berkelas. Bedanya, Carvajal dan kolega lebih tenang meski terkadang juga ikut arus dengan tempo panas Kross dkk.

Sepertinya, Spanyol akan menang dengan gol tunggal Olmo. Tapi tidak, Florian Wirtz bisa bikin gol satu menit sebelum usai.

Laga berlanjut ke extra-time. Keras. Bikin drama dengan sederet peluang matang. Wasit Anthony Taylor bahkan sudah mengeluarkan 13 kartu kuning!

Dan, di ujung extra-time, persisnya menit ke-119, Mikel Merino yang masuk mengganti Nico Williams, melesakkan gol buat Spanyol. Dia melayang, menyundul tajam assist Olmo.

Publik di Stuttgart Arena terdiam. Terhenyak. Kroos di satu sudut, hanya bisa menggigit bibirnya. Dia terluka: kariernya di sepak bola berakhir mengenaskan saat Jerman juga berduka.

Kini, tidak ada lagi Euro buat Jerman. Mereka hanya jadi penonton saat Spanyol jumpa Prancis untuk tiket ke final, dan menunggu salah satu dari Turki, Belanda, Inggris dan Swiss di Berlin.

Luka Kroos dan duka Jerman sudah seharusnya membukakan mata: Der Panzer yang tanpa gelar sepuluh tahun terakhir, pasca memuncaki Piala Dunia Brasil 2014, mesti melakulan revolusi.

Hardimen Koto
Hardimen Koto Jurnalis dengan passion hebat untuk dunia olahraga.