1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Global Corruption Barometer

9 Desember 2010

Satu dari setiap empat orang di dunia mengatakan mereka membayar suap dalam 12 bulan terakhir, menurut survei yang dilakukan kelompok anti korupsi Tranparansi Internasional.

https://p.dw.com/p/QUXD
Gambar simbol korupsiFoto: picture-alliance/dpa

Saat menyampaikan hasil survei Barometer Korupsi Global, hari Kamis (09/12) di Berlin, Transparansi Internasional menyampaikan, 60% dari orang yang disurvei menilai korupsi menjadi lebih buruk dibanding tiga tahun lalu. Mereka yang mengaku membayar suap, separuh mengatakan untuk 'menyelesaikan masalah', dan seperempatnya beralasan untuk mempercepat urusan dan pengambilan keputusan.

Menurut survei 2010, uang suap dibayarkan keapda petugas kesehatan, petugas pajak dan, paling banyak, kepada polisi. Lebih dari 30% responden menyatakan membayarkan uang suap kepada polisi, dalam 12 bulan terakhir. Peningkatan pembayaran uang suap juga terjadi di pengadilan dan dinas yang mengurus ijin tinggal.

Bersamaan dengan itu, hasil studi juga mengungkapkan, 7 dari 10 orang mengaku melaporkan bukti-bukti adanya praktik korupsi.

Huguette Labelle, Ketua Transparansi Internasional mengatakan, hal ini menumbuhkan harapan bahwa banyak orang siap untuk melawan korupsi. Kesediaan itu harus diperkuat.

Jajak pendapat tahunan yang dilakukan Tranparansi Internasional bermaksud mengukur persepsi dan pengalaman dari orang-orang di 86 negara, terkait penyuapan. Tahun 2010 ini lebih 91.000 orang ditanyai, di 86 negara atau kawasan lain.

Hasil survei yang dilakukan Transparansi Internasional menunjukkan, kepercayaan publik terhadap pejabat pemerintah semakin berkurang. Delapan dari 10 responden berpendapat partai-partai politik korup atau sangat korup. Dengan begitu, partai politik menduduki posisi teratas, diikuti sektor publik dan parlemen. Separuh dari responden menilai tindakan yang diambil pemerintah mereka untuk pemberantasan korupsi, tidak efektif.

"Hasil dari barometer tahun ini menunjukkan, betapa bahaya korupsi diam-diam menggerogoti. ia menyebabkan orang kehilangan kepercayaan pada institusi pemerintahan," kata ketua Tranparansi Internasional, Huguette Labelle.

Menyangkut pemberantasan korupsi, Georgia memimpin di posisi terdepan. Dalam survei terhadap 5000 orang di ibukota Tblisi, 77% responden menyatakan pemerintah bertindak efektif atau sangat efektif dalam memerangi korupsi. Sejalan dengan itu, 78% responden mengatakan korupsi di Georgia 'berkurang' atau 'berkurang banyak' dalam tiga tahun terakhir.

Ladang tersubur bagi penyuapan adalah kawasan sub-Sahara Afrika, dimana lebih dari separuh responden mengaku membayar uang suap dalam 12 bulan terakhir. Peringkat berikutnya adalah Timur tengah dan Afrika Utara, dimana lebih dari sepertiga responden membayar uang suap. Di Eropa dan Amerika Utara hanya 5% responden yang memberi suap. Di lebih dari 20 negara, terjadi peningkatan mencolok pembayaran uang suap, dibanding tahun 2006.

Indeks Persepsi Korupsi 2010 memberi nilai kepada 178 negara dengan skala 10, sangat bersih, sampai 0, sangat korup. Hampir 3/4 dari 178 negara dalam indeks mencatat nilai di bawah lima. Hal ini mengindikasikan persoalan korupsi yang serius, tandas Transparansi Internasional dalam laporannya.

Rolf Wenkel/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid