1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korsel Populerkan Makanan dari Serangga

12 Agustus 2016

Inilah sumber protein masa depan. Makan serangga atau entomophagy atau entomofagi jadi tradisi di berbagai negara. Korea Selatan kini intensifkan riset untuk populerkan makanan dari serangga ke seluruh dunia.

https://p.dw.com/p/1JhAs
Taco
Foto: picture-alliance/dpa

Korsel Populerkan Makanan dari Serangga

Makan serangga bagi warga di beberapa negara bukan hal yang aneh. bahkan jadi semacam tradisi, memakan serangga tertentu jika sedang musimnya. Namun para pengusaha yang jeli di Korea Selatan hendak melakukan ekspansi bisnis makanan dari serangga ke tatanan global.

Serangga diketahui kaya akan nutrisi, protein, vitamin, lemak, serat dan mineral. Organisasi pangan dan pertanian PBB bahkan memuji serangga sebagai kaya akan lemak tak jenuh serta unsur Omega-3 yang diyakini mengurangi serangan jantung atau penyumbatan pembuluh darah pemicu stroke.

Jumlah warga dunia yang terbiasa menyantap serangga berdasar laporan FAO ditaksir berjumlah dua milyar orang. Jenis serangga yang bisa dimakan tercatat sekitar 1.900 spesies. Bagi pengusaha Korea Selatan, data dari PBB itu merupakan potensi bisnis dengan omset besar.

Kim Youn Wook pemilik restoran untuk Papillon's yang menu utamanya menyajikan makanan yang dicampur serangga menyakini tren ini akan makin kuat di masa depan. Karena itu KIm mendirikan Korean Edible Insect Laboratory (KEIL) untuk meneliti cara pengolahan serangga agar bisa merambah arena bisnis dunia.

Ekstrak serangga untuk pasar global

KEIL melakukan ujicoba pembuatan ekstrak sari serangga, yang bisa dicampurkan ke dalam berbagai makanan, dari spaghetti, pasta, hingga es krim, jus buah dan kue macarons. Kim melancarkan kiat pemasaran agresif, dengan menggelar acara "cicip makanan dari serangga" di ibukota Seoul.

Para konsumen di Korea Selatan yang sudah terbiasa menyantap serangga, antara lain larva ulat sutra yang dikukus yang disebut "beondegi" menyambut antusias aksi cicip makanan ini. Seorang konsumen perempuan berusia 55 tahun mengatakan; "jika diolah menjadi makanan semacam itu, generasi muda pasti akan tertarik dan menyukainya." Bahkan pelajar sekolah menengah Be Su Hyeon yang langganan restoran Papillon's milik Kim memuji rasa makanan masa depan itu.

Industri serangga Korea Selatan pada tahun 2015 silam meraup omset sekitar 278 juta US Dolar atau naik dua kali lipat dibanding omset tahun 2011. Diramalkan tren makan santapan berbasis serangga di Korsel akan terus naik, dan tahun 2020 omset ditaksir akan mencapi 482 juta US Dollar. Jumlah peternak serangga juga naik dua kali lipat dari tahun 2011, menjadi seluruhnya 724 peternak tahun silam.