1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara Siap Lanjutkan Perundingan Enam Negara

6 Oktober 2009

Syarat yang diajukan Kim Jong Il adalah keberhasilan perundingan bilateral dengan AS. Dalam hal ini Kim ingin dianggap sebagai mitra yang sederajat.

https://p.dw.com/p/K0GV
Presiden Korea Utara Kim Jong Il dan program atomnyaFoto: AP/APTN

Alasan resmi kunjungan Wen Jiabao selama 3 hari ke Korea Utara adalah peringatan 60 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara. Hubungan antara Korea Utara dan Cina memang dapat dikatakan sangat baik. Walaupun begitu, Wen Jiabao merupakan PM Cina pertama yang mengunjungi Pyongyang sejak tahun 1991. Dan kali ini Kim Jong Il yang kesehatannya tampak stabil setelah desas-desus bahwa dia terkena stroke, dapat dikatakan meremehkan sahabatnya yang terakhir.

Bila Korea utara diharapkan kembali ke meja perundingan enam negara, Kim Jong Il mengajukan syarat yang jelas. Kantor berita Korea Utara KCNA mengutip Kim dengan kata-kata, kesediaan Korea Utara untuk melakukan perundingan multilateral tergantung pada keberhasilan perundingan dengan AS. Melakukan 'pembicaraan tentang perundingan' sejak bertahun-tahun merupakan taktik yang dijalankan Korea Utara. Selain itu Kim Jong Il konon mengatakan kepada Wen Jiabao, bahwa dia berharap sikap bermusuhan antara Korea Utara dan AS dapat beralih menjadi hubungan bersahabat lewat pembicaraan langsung.

Sekembalinya dari kunjungan persahabatan itu, Wen Jiabao berusaha menggambarkan bahwa kunjungannya itu bernilai positif. Kantor berita Xinhua juga memberikan gambaran yang kabur, tentang tercapainya 'konsensus yang penting'. Pada hari Minggu (04/10) Kim Jong Il memang menyambut dengan istimewa kedatangan Wen Jiabao di bandar udara dan ribuan warga Korea Utara melambai-lambaikan bunga di jalan yang dilalui, tetapi ambisi nuklir Korea Utara tidak dapat diganggu gugat. Sebagai penengah, Cina harus merasakan ketidakberdayaannya.

Bulan April lalu Korea Utara melakukan ujicoba rudal jarak jauh dan kemudian keluar dari perundingan enam negara, sebagai protes atas kecaman dari Dewan Keamanan PBB. Terutama setelah diperketatnya sanksi PBB setelah ujicoba nuklir bulan Mei, front yang ada semakin meruncing. Hanya Cina yang masih menjalin hubungan dengan Korea Utara, sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Terutama lagi setelah terputusnya pengiriman bantuan dari Korea Selatan. Bagi para pengamat, kesediaan Korea Utara untuk kembali berunding ada kaitannya dengan sanksi yang diperketat dan buruknya situasi perekonomian negara itu.

Dalam bulan-bulan terakhir Korea Utara mengintensifkan komunikasi dengan Korea Selatan dan berupaya mengaktifkan kembali berbagai proyek yang terhenti. Korea Utara yang menganggap diri sebagai negara atom, hendak berunding dengan AS secara langsung dan sederajat. Pemerintah baru AS memang menginginkan pula dilanjutkannya perundingan enam negara, dan bila diperlukan juga berunding secara bilateral dengan Korea Utara. Untuk itu sedang dipertimbangkan untuk mengirim utusan khusus Stephen Bosworth ke Pyongyang.

Tetapi berdasarkan pengalaman sejak tahun 2003 semuanya tidak akan selesai dalam waktu singkat. Dan sementara itu menurut media-media Korea Selatan, negara komunis itu terus meluaskan program atomnya. Park Young Ho dari Lembaga Reunifikasi Korea di Seoul, tidak yakin, bahwa Korea Utara akan melepaskan program atomnya, karena senjata itu menjamin sistem politik Kim Jong Il dan kekuasaannya.

Peter Kujath/dpa/afpd/ Dewi Gunawan-Ladener
Editor: Hendra Pasuhuk