1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara Mereda

24 Mei 2013

Utusan Korea Utara mengatakan kepada presiden Cina bahwa negaranya bersedia mengambil “aksi positif” untuk memastikan kedamaian dan stabilitas di semenanjung Korea.

https://p.dw.com/p/18dSw
Foto: REUTERS/KCNA

Choe Ryong-hae, seorang utusan khusus pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, bertemu dengan para pejabat Cina, termasuk Presiden Xi Jinping, dalam sebuah kunjungan tingkat tinggi yang untuk pertama kalinya dilakukan pejabat Pyongyang selama setengah tahun terakhir. Tapi Choe, utusan Korea Utara itu, tidak menyampaikan sebuah tawaran baru untuk meninggalkan program nuklir.

Media milik pemerintah Cina mengatakan bahwa Choe menyampaikan sebuah surat yang ditulis tangan oleh Kim untuk Presiden Xi di Balai Besar Rakyat di ibukota Beijing. Namun media tidak memberikan keterangan rinci mengenai isi surat tersebut.

Aksi Positif

“Korea Utara bersedia melakukan upaya bersama dengan seluruh kelompok untuk menyelesaikan masalah secara pantas melalui dialog multilateral dan konsultasi seperti pembicaraan enam pihak, dan menjaga perdamaian dan stabilitas di semenanjung,” kata Kantor Berita Xinhua mengutip Choe saat menyampaikan hal itu kepada Xi.

“Untuk tujuan ini, Korea Utara bersedia mengambil beberapa aksi positif,” tambah Choe.

Xi mengatakan kepada Choe bahwa de-nuklirisasi di semenanjung itu adalah aspirasi seluruh rakyat dan merupakan sebuah tren yang tidak terelakkan, sambil menambahkan bahwa masalah itu harus diselesaikan melalui dialog.

“Cina berharap semua pihak menahan diri dan bersikap tenang, mendorong berkurangnya ketegangan, memulai kembali proses pembicaraan enam pihak dan melakukan upaya tanpa henti… untuk stabilitas dan perdamaian jangka panjang,“ kata Xi.

Cina telah berulangkali mendesak Korea Utara untuk kembali ke apa yang disebut sebagai prose perundingan enam pihak, yang bertujuan untuk melucuti program nuklir negara yang diisolasi dunia itu.

Perundingan yang Buntu

Amerika dan para sekutunya percaya bahwa Korea Utara telah melanggar kesepakatan bantuan yang diberikan dengan kompensasi de-nuklirisasi, saat negara pariah itu melaksanakan uji coba nuklir pada tahun 2006 dan menjalankan program pengayaan uranium yang akan membuka jalan kedua bagi pembangunan senjata nuklir di samping program berbasis plutonium.

Pembicaraan pelucutan senjata enam pihak, yang melibatkan kedua Korea, Amerika, Jepang, Rusia dan tuan rumah Cina, menemui jalan buntu pada tahun 2008 setelah pihak Korea Utara mangkir dari kesepakatan.

Cina sebagai satu-satunya sekutu Korea Utara, telah mendorong Negara itu kembali ke meja perundingan setelah beberapa pekan munculnya kata-kata permusuhan dari Pyongyang menyusul jatuhnya sanksi PBB atas percobaan nuklir ketiga Korea Utara pada Februari lalu.

Bagaimanapun, tanpa sebuah tawaran dari Korea Utara kelihatannya pembicaraan itu tidak akan mungkin bisa terjadi.

Amerika berkeras bahwa Korea Utara harus mengambil langkah untuk melakukan langkah-langkah yang menunjukan sinyal de-nuklirisasi sebagai syarat awal perundingan. Cina sendiri memandang ketegangan itu dengan cemas, mereka khawatir salah mengambil langkah yang akan justru membawa perang di semenanjung, yang dampaknya bisa mengenai kawasan Cina Timur Laut.

ab/rn (rtr/afp/ap)