1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara Menyatakan Kesiapan Berunding

9 Februari 2010

Kim Jong-il mengulang kembali janjinya untuk menyingkirkan senjata nuklir di semenanjung Korea.

https://p.dw.com/p/LxCC
Penguasa Korea Utara Kim Jong-il
Penguasa Korea Utara Kim Jong-ilFoto: dpa

Utusan khusus PBB Lynn Pascoe tiba di Pyongyang, guna membujuk Korea Utara untuk membuka kembali dialog perlucutan senjata atom. Pascoe, penasihat politik senior Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, adalah pejabat tinggi PBB pertama yang mengunjungi Korea Utara sejak tahun 2001.

Senin lalu (08/02), Kim Jong-il berbicara dengan utusan khusus senior Cina Wang Jiarui, yang juga berupaya membujuk Korea Utara untuk kembali pada perundingan enam negara mengenai perlucutan senjata nuklir yang dibekukan dengan kemarahan April tahun lalu.

Kantor berita resmi Cina, Xinhua, melaporkan bahwa Kim menyatakan kembali “posisi teguh negaranya dalam mewujudkan perlucutan senjata atom di semenanjung Korea.”

“Ketulusan pihak-pihak yang terkait untuk melanjutkan pembicaraan enam negara sangatlah penting,” demikian dikatakan Kim seperti yang dikutip dari laporan Xinhua.

Namun laporan Xinhua tidak mengindikasikan apakah Korea Utara akan mengakhiri boikotnya. Juru runding utama pemerintah Korea Utara Kim Kye-gwan berangkat ke Beijing, hari Selasa (09/02) bersama Wang Jiarui, seperti yang dilaporkan kantor berita Korea Selatan Yonhap.

Para pengamat mengatakan, Korea Utara yang miskin, terpukul sanksi PBB yang lebih keras akibat melancarkan uji coba peluru kendali dan senjata nuklir, mungkin mencari jalan kembali ke meja perundingan.

Perundingan enam negara itu kemungkinan akan dilanjutkan pada bulan Maret, demikian dikatakan Yang Moo-jin, pengamat Korea Utara dari Universitas Seoul. Ditambahkannya, Kim Kye-gwan diharapkan memberitahu Cina mengenai kemungkinan waktu yang tepat untuk melanjutkan perundingan tergantung dari Kim Jong-il. 

“Korea Utara ingin sekali membuat gebrakan untuk membangkitkan kembali perekonomian negaranya yang memburuk,” kata Yang kepada kantor berita AFP.

Juru bicara departemen luar negeri Cina, Ma Zhaoxu mengungkapkan, Korea Utara telah mengatakan pada Wang bahwa mereka “siap melanjutkan konsultasi dengan pihak-pihak yang terkait” mengenai masalah nuklir.

“Kami percaya semua pihak harus meningkatkan upayanya, menunjukkan kelenturannya, mendekati dialog dan menciptakan suasana yang mendukung serta kondisi bagi permulaan kembali perundingan enam pihak,” ujar Ma.

Sebagai imbalannya, Pyongyang meminta Washington untuk menyetujui diadakannya perundingan resmi mengenai perdamaian dan mencari jalan agar dicabutnya sanksi PBB terhadap Korea Utara.

Sebagai sikap ingin berdamai kepada pemerintah AS, pemerintah Korea Utara membebaskan misionaris AS yang memasuki wilayah Korea Utara dari Cina dalam rangka mempublikasikan pelanggaran HAM.

Tapi Senin lalu (08/02), pemerintah di Pyongyang menuduh Korea Selatan bersekongkol untuk menggulingkan rezim Kim dan memperingatkan bahwa Korea Utara punya “pasukan tempur rahasia” yang melindungi negara itu.

Pemerintah Korea Utara  mengritik upaya militer Korea Selatan dalam mempertahankan perbatasan di Laut Kuning yang juga merupakan alasan pertikaian. Bulan lalu, Korea Utara menembakkan artileri ke Laut Kuning. Korea Utara juga mengeluhkan banyak selebaran anti Kim yang disebarkan di wilayah antara Korea Utara dan Korea Selatan.

Dengan menuding ancaman dari luar, rezim Kim Jong-il berupaya mengetatkan cengkramannya terhadap rakyat setelah sebelumnya gagal melakukan revaluasi mata uang akhir November lalu, demikian diungkapkan Profesor Kim Yong-hyun dari Universitas Dongguk di Seoul. 

LS/AR/afp/dpa/ap