1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara dan Selatan Sepakati Reuni

28 Agustus 2009

Impian ratusan keluarga di Korea Selatan dan Utara untuk dapat bertemu lagi akan segera terwujud. Pyongyang dan Seoul sepakat melanjutkan program reuni keluarga yang dihentikan 1,5 tahun lalu.

https://p.dw.com/p/JK0R
Kim Young-Chol (ka), ketua delegasi dan Sekjen Palang Merah Korea Selatan, berjabatan tangan dengan Choi Sung-Ik (ki) dari Korea Utara pada pertemuan membahas kelanjutan program reuni keluarga.Foto: picture-alliance/ dpa

Pemerintah Korea Selatan dan Korea Utara, Jumat (28/08), menyatakan setuju untuk memulai lagi program reuni bagi keluarga-keluarga yang terpisah sejak perang Korea tahun 1950-53. Sekitar 100 keluarga dari masing-masing negara akan dipertemukan mulai 26 September hingga 1 Oktober mendatang, di resor Gunung Kumgang, Korea Utara.

Selatan dan Utara akan melanjutkan kerjasama menyangkut keluarga yang terpisah dan isu kemanusiaan lainnya, dengan menyertakan Palang Merah. Demikian bunyi pernyataan bersama, seusai perundingan tiga hari delegasi kedua negara.

Dalam program yang diorganisir Palang Merah dari masing-masing pihak, pertemuan dilakukan menjelang Chuseok, salah satu hari libur penting di Korea. Yaitu perayaan bulan purnama di musim gugur, berupa pesta makan untuk mengucapkan syukur atas keberhasilan panen.

Reuni mendatang merupakan isyarat terbaru meredanya ketegangan di Semenanjung Korea setelah suasana permusuhan mengental dalam 1, 5 tahun terakhir.

Pemerintah komunis Korea Utara menghentikan program reuni yang dilakukan sejak tahun 2000, karena berang terhadap kebijakan Presiden Lee Myung-bak. Sejak memimpin Selatan, Februari 2008, Lee memutus bantuan tak bersyarat pada Korea Utara. Keran dana akan dibuka lagi jika Pyongyang mengakhiri program senjata nuklirnya.

Agustus ini Utara mengakhiri boikot terhadap pemerintahan Lee dengan mengirim perwakilan ke Seoul, untuk pertama kalinya sejak Lee memerintah. Delegasi memberi penghormatan terakhir pada mantan Presiden Korea Selatan Kim Dae Jung, yang satu dasawarsa lalu memulai strategi damai terhadap Utara, dikenal dengan 'kebijakan matahari bersinar'.

Pyongyang juga menawarkan untuk memulai lagi perusahaan patungan pariwisata dengan Seoul. Sementara media resmi Korea Utara menghentikan gempuran penghinaan yang selama berbulan-bulan diarahkan kepada Presiden Lee Mung-byak.

Jumat ini (28/08) kantor berita Yonhap melaporkan, Pyongyang juga akan segera membebaskan empat nelayan Korea Selatan yang ditangkap karena memasuki perairan Utara.

Para pengamat menilai, langkah perujukan yang diambil Utara bertujuan untuk menyokong kas negara setelah sanksi PBB membuatnya sulit bergerak dalam perdagangan senjata, salah satu sumber kunci dana segar Pyongyang.

Di pihak lain, Korea Utara juga mencoba meredakan ketegangan dengan Washington. Bulan ini, dua reporter AS dibebaskan setelah mantan presiden Bill Clintonn mengunjungi Pyongyang dan bertemu pemimpin tertinggi Kim Jong Il. Pyongyang menyatakan kesediaan berunding dengan Washington guna mengakhiri kebuntuan soal nuklir.

Salah satu hal yang membantu dilanjutkannya lagi program reuni adalah kesediaan Seoul untuk membatalkan tuntutan bahwa reuni tersebut harus menyertakan sejumlah tahanan perang Korea Selatan dan warga sipil yang diyakini diculik oleh Utara selama era perang dingin.

Seoul berkeyakinan, 494 warganya, kebanyakan nelayan, ditangkap selama beberapa dekade setelah perang. Selain itu, lebih dari 500 tahanan perang tak pernah dipulangkan sejak tahun 1953.

RP/HP/ap/afp/rtr