1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konvoi Bantuan Rusia Mendekati Ukraina

13 Agustus 2014

Konvoi bantuan Rusia masih berjalan menuju Ukraina. Moskow mengklaim konvoi berisikan 2000 ton barang bantuan untuk penduduk di Ukraina timur. Pemerintah Kiev menuntut inspeksi menyeluruh atas konvoi.

https://p.dw.com/p/1CtMa
Russischer Hilfskonvoi für die Ukraine 12.08.2014
Foto: Reuters

Konvoi bantuan yang dikirimkan Rusia masih berjalan menuju timur Ukraina. Sekitar 280 truk berwarna putih berjejer sepanjang tiga kilometer dan menurut klaim Rusia, mengangkut 2000 ton bahan bantuan.

Ukraina mengancam akan menolak bantuan jika Rusia tidak menyerahkan konvoi untuk diinspeksi. Kiev khawatir, konvoi tersebut antara lain mengangkut persenjataan dan amunisi buat tentara pemberontak.

Konvoi sebelumnya meninggalkan kota Voronezh selasa (12/8) pagi dan mengarah ke wilayah Belgorod yang berada di perbatasan dengan Ukraina. Informasi tersebut dipublikasikan oleh stasiun televisi negara RIA Novosti.

Lewati Perbatasan Ukraina

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, konvoi yang menuju kota Luhansk itu akan melewati perbatasan di wilayah Kharkiv. Langkah tersebut diambil sebagai konsensi dengan pemerintah di Kiev yang memerintahkan pembongkaran muatan dan inspeksi sebelum diizinkan melewati perbatasan.

Rute menuju Kharkiv berarti melintasi jalur memutar dan melewati kawasan yang dikuasai pemerintah Ukraina. Adapun rute langsung menuju Luhansk membentang di wilayah Rostov, di mana beberapa pos perbatasan dikuasai oleh kelompok separatis pro Rusia.

Sejauh ini juga belum jelas peran apa yang akan diemban oleh Palang Merah Internasional (ICRC). Kiev sebelumnya mendesak agar ICRC mengambilalih tugas pengiriman dan pendistribusian barang bantuan di wilayahnya.

Peran Palang Merah

Namun Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov cuma mengindikasikan, bahwa pejabat ICRC akan menemani dan mengawal konvoi bantuan Rusia.

ICRC sendiri menegaskan pihaknya akan mengirimkan bantuan selama prinsip netralitas dan imparsialitas-nya dihargai. Hal ini juga menyangkut garansi keamanan dan tidak dikawal oleh pasukan bersenjata.

Sementara itu kondisi penduduk di timur Ukraina semakin memburuk. Di kota Luhansk warga harus bertahan hidup tanpa air dan sambungan listrik selama 11 hari.


rzn/ab (dpa,rtr)