1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

050811 Afghanistan Truppenabzug

8 Agustus 2011

Menurut prediksi Bank Dunia 90 persen ekonomi Afghanistan secara langsung maupun tidak langsung berasal dari bantuan internasional. Bila sampai 2014 AS dan NATO menarik pasukannya, apa dampaknya bagi ekonomi Afghanistan?

https://p.dw.com/p/12D8N
Foto: AP

Masar i Sharif dekat perbatasan Usbekistan dikenal sebagai kota teraman di Afghanistan. Kubu Taliban di selatan dan timur Afghanistan, jauh dari kota tersebut. Pasar-pasar di Masar i Sharif dipenuhi pedagang dan banyak bangunan kembali dibangun. Sejak Juli lalu, bukan lagi militer Jerman melainkan militer Afghanistan yang menjaga keamanan kota tersebut.

Di kawasan Afghanistan lainnya 50 persen penduduk menganggur, petani tidak dapat bertahan tanpa bantuan ekonomi besar dari luar negeri. Menurut Thomas Ruttig dari jaringan analis Afghanistan, sejak dimulainya aksi militer 10 tahun lalu, Amerika Serikat sudah mengeluarkan 12,6 milyar Euro untuk pembangunan kembali bidang sipil Afghanistan. Lebih besar dibanding negara manapun. Namun banyak warga Afghanistan tidak melihat strategi jelas dalam pembangunan kembali. Misalnya Sayfuddin Sayhoon, pakar ekonomi di Universitas Kabul "Sektor ekonomi yang muncul lewat hadirnya pasukan asing, akan kehilangan maknanya. Juga lapangan kerja dan proyek-proyek yang dibiayai bantuan pembangunan masih belum cukup memajukan perkembangan ekonomi.“

Juga dalam mengucurkan dana, negara-negara barat melakukan kesalahan besar. Menurut laporan studi senat Amerika Serikat baru-baru ini, 80 persen dana bantuan Amerika Serikat mengalir ke kawasan selatan dan timur Afghanistan yang dikuasasi Taliban, dan hanya dipergunakan untuk proyek-proyek singkat di kawasan tersebut. Ribuan Euro dan dollar menghilang ke jalur-jalur yang korup. Demikian tutur pakar Afghanistan Ruttig "Ada jaringan patronase. Bos-bos ekonomi terbesar memiliki hubungan erat dengan lingkungan politik di Kabul. Dan orang-orang ini tahu bagaimana cara terbaik memperoleh bagian dana internasional.“

Terutama Amerika Serikat sementara ini mempercayakan banyak proyek pembangunan ke tangan perusahaan swasta. Tapi perusahaan-perusahaan ini seringkali kurang memiliki pengetahuan, kata Thomas Ruttig. Menurutnya mengenai pengaruh dana barat di Hindukush "Banyak negara termasuk Jerman selama ini tidak mengijinkan pengamat luar dalam proyek pembangunannya. Mungkin mereka merasa risih, karena banyak proyek mengalami masalah atau bahkan gagal.“

Yang berkembang justru industri obat bius, meskipun adanya penugasan pasukan NATO. 93 persen obat bius ilegal, terutama opium dan hashis, berasal dari Afghanistan. Pasukan internasional gagal memerangi bayangan gelap ekonomi ini. Kritik pakar ekonomi Sayfuddin Sayhoon. "Masyarakat internasional menuding industri obat bius kami. Tapi 70 persen produksi obat bius berasal dari Provinsi Hellmand dan itu dulu dibawah pengawasan pasukan Inggris, dan kini diawasi oleh Amerika Serikat.“

Para pakar memperkirakan baru 20 sampai 30 tahun lagi industri obat bius Afghanistan baru dapat ditumpas. Sementara itu jika laporan serangan-serangan yang terjadi di Afghanistan membuat takut perusahaan barat, Cina justru menanam investasi milyaran untuk pertambangan tembaga di Aynak, di timur ibukota Kabul. Menurut pandangan mantan penasihat presiden Afghanistan, jika situasi keamanan stabil, ekonomi akan berkembang, sebab minat masyarakat internasional terhadap sumber daya alam Afghanistan terlalu besar.

Julia Hahn/D. Kostermans

Editor: Pasuhuk