1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konferensi Iklim Global Poznan Tidak Akan Hasilkan Keputusan Baru

11 Desember 2008

Konferensi Iklim PBB ke-14 masuki tahap menentukan. Menteri Luar Negeri dari hampir 190 negara ada di 2 hari terakhir perundingan itu, berkutat untuk mencapai target merancang kerangka kesepakatan Iklim Global baru.

https://p.dw.com/p/GDOg
Foto: DW / Böhme

Banyaknya menteri yang menghadiri konferensi iklim di Poznan tidak menjamin adanya keputusan baru yang menjadi berita utama. Karena saat ini, perlindungan iklim sudah bukan tema utama. Antara lain, semua negara berkutat dengan ekonomi negaranya akibat krisis keuangan global.

Menteri Lingkungan Jerman, Sigmar Gabriel ingin supaya langkah perlindungan dibahas lebih cepat. Tapi ia sendiri terhambat oleh sikap Kanselir Jerman, maupun diplomasi urusan iklim. Sigmar Gabriel menjelaskan: "Konferensi ini merupakan salah satu langkah penting menuju kesepakatan perlindungan Iiklim yang akan ditetapkan di Kopenhagen. Dan kita selalu berharap, bahwa langkah kita tidak terlampau lambat. Namun memang, di sini tidak akan diambil keputusan yang hebat, karena kerap muncul pertanyaan seperti, siapa yang memiliki kepentingan ekonomi tertentu. Dan bagaimana menyesuaikan kepentingan-kepentingan negara berkembang, negara ambang industri dan negara-negara industri. Tampaknya, semua ini baru akan bisa dipastikan tahun depan."


Menetapkan struktur untuk kesepakatan iklim global yang mendatang merupakan hal yang pelik. Misalnya, dalam urusan janji dana bagi penyesuaian yang dilakukan negara-negara berkembang. Hal ini sudah dibahas sejak beberapa tahun. Tapi di Posen, hal ini kini masih diperdebatkan.

Selain itu, juga perubahan sikap yang ditunjukan para pemimpin Eropa menyuluh keraguan. Stephan Singer, utusan organisasi lingkungan WWF di Brüssel mengatakan: "Sungguh menyedihkan bahwa negara seperti Jerman, yang sebelumnya bermaksud memimpin dalam sektor energi bersih dan perlindungan iklim, kini bersikap seperti Poznan bukan sebuah kesempatan penting. Dan bahwa tidak ada yang bisa diharapkan darinya. Padahal kini tinggal satu tahun lagi untuk meluncurkan revolusi industri ketiga, yang dulu dicanangkan. Kita sekarang berjalan mundur, jauh ke belakang sampai sebelum kesepakatan Bali. Uni Eropa serta Jerman justru merupakan penyebabnya. "

Hal ini menyebabkan banyak partisipan konferensi di Poznan yang memandang khawatir ke arah Brussel. Yang jelas, pada rancangan paket perlindungan kini terdapat banyak sekali coretan, yang menjadi contoh buruk. Isyarat baik muncul dari negara-negara seperti Mexiko, Brasil und Afrika selatan, yang secara sukarela menggulirkan sejumlah inisiatif.


Menteri Lingkungan Hidup Jerman menilai, hal ini menambah desakan terhadap Uni Eropa: "Saya menyambut apa yang dilakukan oleh Afrika Selatan, Mexiko dan Brasil, negara-negara ini sangat progresif dalam hal ini. Uni Eropa harus berhati-hati, agar tidak terdesak dari peran kepemimpinan dan orang-orang mendapat kesan bahwa UE tidak serius. Amerika dengan presiden barunya justru berada dalam posisi yag lebih baik. Sedangkan minggu ini, Uni Eropa baru akan memutuskan bagaimana mereka akan menyikapi proses ini. Karena itu sangat penting bahwa Brüssel tidak hanya mengkonfirmasi targetnya, tapi menegaskan instrumen yang digunakan untuk bisa mencapai target itu."

Terkait hal ini, Sigmar Gabriel secara khusus memperhatikan sistim perdagangan emisi, yang dianggap sebagai kunci dari politik perlindungan iklim yang bisa berfungsi. Namun justru instrumen inilah yang disengketakan di Brussel. Bisa jadi hari Jumat, konferensi Poznan akan berhasil menjadi judul utama pemberitaan, tapi itu lebih karena jadwal kehadiran aktivis lingkungan dan penerima hadiah nobel perdamaian Al Gore. (ek)