1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konferensi Iklim 16 Negara di Paris

17 April 2008

Kebijakan iklim Presiden AS kembali mengundang kritik. Baik dari Menlu Jerman Sigmar Gabriel menyebut pidato Bush pidato jaman neandertal, yang tidak akan mengatasi tantangan iklim global, juga dari pakar iklim

https://p.dw.com/p/Dk0F
Reaktor nuklir di Dampierre, Perancis

Presiden Bush menunda upaya Amerika Serikat mengatasi perubahan iklim hingga waktu mendatang. Dengan sengaja Bush mengungkapkan pernyataan itu tepat saat dimulainya konferensi internasional iklim di Paris, Kamis (17/04). Demikian kritik Daniel Mittler pakar iklim dari Greenpeace International

„Pada akhirnya itu tamparan bagi Eropa dan negara-negara lain yang ingin sungguh-sungguh bertindak. Kelihatannya saja ia ingin melakukan hal positif, pada kenyataannya ia mengatakan dalam pertemuan ini di Paris, tidak ada yang dapat diharapkan dari Amerika Serikat hingga tahun 2025. Kami kembali mengabaikan ilmu pengetahuan yang mengatakan kami sekarang harus menurunkan reduksi pelepasan CO2, dalam 10 tahun mendatang kami harus menghentikan naiknya emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Semua itu seperti sebelumnya tidak ditanggapinya secara serius dan ia tidak bersedia untuk hal yang menjadi tema di Paris, bahwa semua negara berkembang, bahwa semua negara industri mengatakan, kami mereduksi emisi gas rumah kaca kami sebesar 25 hingga 40 persen hingga tahun 2020.“

Mereka yang mengadakan pembicaraan di balik pintu tertutup di Paris sejak Kamis kemarin adalah para pencemar udara terbesar di dunia. 16 negara, yang secara keseluruhan melepaskan 80 persen gas karbondioksida yang merusak iklim ke atmosfir. Amerika Serikat yang mengusulkan dilakukannya pertemuan ini secara teratur, pertemuan yang disebut Major Economies Meeting. Juga, menurut Daniel Mittler dari Greenpeace International, dengan sadar mengucilkan penderita akibat perubahan iklim

„Di sini, di Paris baik mereka yang sekarang paling mengalami perubahan iklim ataupun negara yang paling sedikit berkembang, tidak diajak berunding, juga tidak ada masyarakat sipil yang diundang untuk berpartisipasi.“

Perundingan di Paris berjalan alot. Misalnya tentang usulan yang diajukan Amerika Serikat dan Jepang. Kedua negara ingin agar batas maksimal pelepasan CO2 di masa mendatang diatur berdasarkan sektor-sektor industri yang melakukan pencemaran, bukan lagi pada angka batas nasional. Banyak negara Eropa dan organisasi perlindungan lingkungan memandang hal itu sebagai upaya mengelak dari kewajiban nasionalnya, dan karena itu menolaknya.

Hari Jumat (18/04) ini, Presiden Perancis Nikolas Sarkozy akan memaparkan gagasannya untuk perang melawan perubahan iklim. Pakar organisasi lingkungan Greenpeace Daniel Mittler merasa skepsis

„Ia terutama akan memanfaatkan kesempatan ini untuk meyakinkan, sekarang Perancis sudah memiliki jawaban untuk perubahan iklim dan jawaban ini adalah energi nuklir. Jawaban yang bukan hanya tidak dapat diterima, karena mengandung risiko bahaya dan kini pun sudah membahayakan kehidupan manusia. Itu juga jawaban yang salah untuk perubahan iklim, karena setiap Euro yang diinvestasikan dalam energi atom, adalah Euro yang terbuang untuk alternatif yang benar-benar berguna bagi efisiensi energi dan untuk energi terbarukan.“

Tidak diharapkan adanya keputusan dari pertemuan di Paris. Namun yang menentukan sebenarnya adalah pengambilan keputusan. Hingga akhir tahun mendatang masyarakat internasional harus menyepakati, sasaran iklim bagaimana yang akan berlaku secara mengikat mulai tahun 2012. Setelah itu berakhirlah fase pertama Protokol Kyoto, yang tidak pernah dilakukan Amerika Serikat. (dk)