1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
BudayaKolombia

Kolombia Bakal Larang Adu Banteng

30 Mei 2024

Anggota parlemen Kolombia sepakat melarang adu banteng mulai tahun 2027. Kelompok pembela hak hewan berpendapat olahraga ini tidak mewakili budaya, tapi penyiksaan.

https://p.dw.com/p/4gRLY
Aksi adu banteng di Kolombia
Budaya, atau peninggalan kolonial yang kejam? Kolombia akan melarang aksi adu banteng. Foto: Vanessa Gonzalez/NurPhoto/picture alliance

Kolombia memilih untuk melarang adu banteng, pada Selasa (28/05), saat majelis rendah di Kongres sepakat dengan suara 93 setuju dan dua tidak setuju, untuk melarang olahraga ini mulai tahun 2027. 

Langkah ini diambil setelah lobi bertahun-tahun dari para kelompok pembela hak hewan di berbagai negara Amerika Latin, termasuk Portugal dan Spanyol, dua negara asal modernisasi olahraga ini terbentuk.

Para aktivis yang menyerukan pelarangan ini berargumen, atraksi adu banteng melawan matador bukanlah sebuah tradisi budaya, melainkan bentuk peninggalan kolonialisme dan penyiksaan hewan yang kejam. 

Rancangan Undang-Undang (RUU) ini akan diajukan ke meja Presiden Gustavo Petro, yang diharapkan nantinya ditandatangani untuk kemudian dapat disahkan menjadi undang-undang (UU). 

Di platform media sosial X, Petro memuji para anggota parlemennya, karena telah menjelaskan bahwa "kematian bukanlah suatu tontonan.”

Aksi adu banteng di Kolombia
Meskipun akarnya berasal dari zaman kuno, adu banteng modern sudah mulai di awal abad ke-18 di Spanyol.Foto: Oscar Manuel Sanchez/ZUMA Press Wire/picture alliance

Aktivis hak hewan merayakan 'kemenangan besar' 

Kolombia akan bergabung dengan Argentina, Brasil, Chili, Guatemala, dan Uruguay, jika aturan larangan ini mulai berlaku di negara itu. 

Meski ada keputusan Mahkamah Konstitusi pada 2018 yang mengakui bahwa adu banteng adalah bagian dari tradisi budaya negara itu, kota-kota seperti Bogota dan Medellin kerap memberlakukan pembatasan dan pelarangan melukai hewan. Namun, olahraga ini masih sangat populer di kota Cali dan Manizales.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Olahraga adu banteng masih terus berlangsung di Ekuador, Prancis, Meksiko, Peru, Portugal, Spanyol, dan Venezuela yang sejauh ini belum melarangnya.

Aktivis hak hewan Terry Hurtado, yang memperjuangkan pelarangan ini sejak 1990-an, menyebut pemungutan suara pada Selasa (28/05) sebagai "kemenangan besar,” seraya menambahkan, "Saya merasa lega karena banteng dan kuda [yang menjadi bagian tak terpisahkan dari acara ini] di Kolombia tak lagi disiksa, dan anak-anak tak lagi terpapar tontonan ini.”

Tontonan adu banteng raup jutaan dolar, pekerjakan puluhan ribu orang 

Secara tradisional, banteng aduan itu dikembangbiakkan untuk menjadi agresif dan dibesarkan di padang rumput yang luas, milik para tuan kaya raya, di mana banteng-banteng itu tidak pernah kontak dengan manusia, dan binatang ini nantinya dipilih yang paling beringas untuk dibawa ke arena.

Setelah berada di amfiteater, hewan yang mengalami disorientasi ini akan diejek oleh banyak peserta dalam sebuah ritual yang dikoreografikan secara khusus.

Aksi adu banteng di Kolombia
Kuda juga memainkan peran integral dalam koreografer tontonan adu bantengFoto: Fernando Vergara/AP Photo/picture alliance

Pada penghujung atraksi ini, hewan yang lelah dan luka-luka ini akan berhadapan langsung dengan seorang matador yang memegang pedang dan jubah, yang keahliannya diukur dari ketepatan dan kecepatannya menancapkan pedang ke jantung hewan melalui titik di antara tulang belikatnya.

Hewan-hewan yang dikirim ke arena dan mati dibunuh itu, kemudian dijual ke toko-toko daging dan restoran lokal untuk nantinya dikonsumsi warga.

Komunitas Kemanusiaan Internasional, sebuah kelompok pembela hak-hak hewan, memperkirakan secara global sekitar 180.000 banteng terbunuh dalam olahraga adu banteng setiap tahunnya. Sebagai perbandingan, sebanyak 1,5 miliar sapi disembelih oleh industri daging dalam kurun waktu yang sama. 

Sementara, orang-orang yang menentang aturan baru ini berpendapat, nantinya aturan baru ini akan mengekang kebebasan dan juga merugikan banyak pihak, tidak hanya karyawan yang terlibat dalam industrinya, tetapi juga kota-kota yang akan kehilangan akses terhadap pendapatan dari jutaan turis yang mengunjungi tontonan adu banteng setiap tahunnya. 

Pemerintah Kolombia kini harus bertanggung jawab, untuk mencari pekerjaan alternatif bagi puluhan ribu orang yang bekerja secara langsung atau tidak langsung di sektor adu banteng ini, serta mencari penggunaan alternatif untuk arena adu banteng yang sudah dibangun di negara itu. 

kp/as (AFP, AP)