1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

KNKT: Kemungkinan Besar Sriwijaya Air Tak Meledak di Udara

Detik News
12 Januari 2021

KNKT menyebut pesawat Sriwijaya Air SJ 182 kemungkinan besar sampai di ketinggian 250 kaki masih dalam keadaan utuh, namun saat menyentuh air dengan kecepatan tinggi terjadi impact yang sangat kuat.

https://p.dw.com/p/3noBG
Tim SAR gabungan dalam proses evakuasi Sriwijaya Air SJ 182
Tim SAR gabungan terus melakukan upaya pengangkutan black box dan bagian pesawat Sriwijaya Air SJ182 lainnya dalam pencarian hari keempat.Foto: Dita Alangkara/AP Photo/picture alliance

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap kemungkinan besar pesawat Sriwijaya Air SJ182 tidak meledak di udara. KNKT menyebut pesawat Sriwijaya itu meledak di satu titik.

"Ya kalau selama ini informasinya ya memang ini seperti yang dikatakan oleh Pak Ketua KNKT bahwa kemungkinan besar pesawat itu jatuhnya di satu titik artinya dia tidak meledak di udara. Jadi dia betul-betul di satu poin, cuman kan ketika dia di satu poin juga bisa saja menyebar di beberapa meter mudah-mudahan tidak lebih dari 200 meter jadi kita gunakan fokus di situ," kata Investigator Keselamatan Pelayanan KNKT Bambang Irawan kepada wartawan di atas Kapal Riset Baruna Jaya IV, Selasa (12/01).

Bambang menerangkan pesawat Sriwijaya Air SJ182 itu ada kemungkinan meledak di laut Kepulauan Seribu. Hal ini, sebut Bambang, bisa saja terjadi lantaran penurunan ketinggian pesawat ketika sampai di 250 kaki.

"Iya betul (meledak di laut) jadi sesuai dengan yang disampaikan Pak Ketua demikian. Jadi karena proses penurunan ketinggian juga didapat diikuti demikian, jadi pesawat tersebut sampai di ketinggian 250 kaki masih dalam keadaan utuh. Jadi kemungkinan besar sampai ketika dia menyentuh di air dengan kedalaman 20 meter ya dia dengan kecepatan yang cukup tinggi ya tentu akan menjadi impact yang sangat kuat," ungkapnya. 

Tim penyelam Kopaska  TNI AL
Tim penyelam Kopaska TNI AL berupaya mencari serpihan pesawat dan black box Sriwijaya Air SJ 182 Foto: Indonesian Navy via AP/picture alliance

Diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu, pada Sabtu, 9 Januari 2021, pukul 14.40 WIB. Pesawat hilang kontak setelah 4 menit mengudara. Tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 masih belum diketahui apa penyebabnya.

Operasi SAR masih terus dilakukan hingga saat ini. Bagian serpihan pesawat serta sejumlah bagian tubuh manusia yang diduga korban Sriwijaya Air sudah mulai ditemukan.

DVI Polri terima 56 kantong jenazah-58 sampel DNA keluarga korban SJ182

Tim DVI Polri sampai pagi ini telah menerima 58 sampel DNA dari keluarga korban Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu. Adapun 56 kantong jenazah yang saat ini diterima tim DVI Polri.

"Sampai dengan jam 9 pagi tim DVI telah terima sebanyak 58 sample DNA dari keluarga korban. Kemudian juga kami telah menerima 56 kantong jenazah dan juga 8 kantong properti," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono di RS Polri, Jakarta Timur, Selasa (12/01).

Temuan-temuan itu akan segera di periksa oleh tim antemortem dan postmortem. Setelah datanya lengkap, tim DVI akan melakukan kecocokan dengan keluarga.

"Data antermortem maupun postmortemnya akan dilakukan tindak lanjut tindakan rekonsiliasi ataupun kecocokan kedua data tersebut sehingga akan kita identifikasi korban-korban dari kecelakaan Sriwijaya," jelas Rusdi. 

Tanda tanya penumpang SJ182 gunakan KTP orang lain

Pasangan kekasih asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), disebut turut menjadi penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ182, yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Namun keduanya disebut terbang dengan menggunakan kartu tanda penduduk (KTP) milik orang lain.

Berdasarkan data yang dihimpun, sejoli tersebut bernama Teofilus Lau Ura dan Selfi. Namun, dalam penerbangan, keduanya menggunakan KTP milik Feliks Wenggo dan Sarah Beatrice Alomau.

Pasangan kekasih tersebut hendak ke Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), untuk bekerja. Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT Marius Ardu Jelamu mengaku sudah mendengar kabar soal dua warga Ende tersebut.

"Selama ini mereka kan di Jakarta. Mereka orang Ende tapi tinggal di Jakarta. Karena tak ada kerja lagi, maka mereka ingin ke Pontianak. Jadi mereka mungkin mereka belum mengurus KTP-nya. Mereka itu orang Ende," kata Marius Ardu Jelamu saat dihubungi, Senin (11/01).

Jelamu belum dapat memastikan soal alasan keduanya menggunakan KTP orang lain. Di sisi lain, sejoli tersebut dikabarkan akan segera menikah. Meski demikian, Jelamu berharap sejoli tersebut tetap mendapatkan santunan.

"Dugaan saya, karena orang mau naik pesawat kan biasa periksa KTP. Mungkin karena itu mereka berani pakai KTP orang lain. Mereka kan pasangan yang akan menikah, kan sebenarnya harus punya KTP. Kita harapkan juga meski mereka tidak punya KTP atau pakai KTP orang lain, tetap dapat santunan juga," kata dia. (Ed: pkp/rap) 

 

Baca selengkapnya di: detiknews

KNKT: Kemungkinan Besar Pesawat Sriwijaya Air Tidak Meledak di Udara

DVI Polri Terima 56 Kantong Jenazah-58 Sampel DNA Keluarga Korban SJ182